
Risiko Terjaga, Laba bank bjb Jauh lampaui Industri

´³²¹°ì²¹°ù³Ù²¹,Ìý°ä±·µþ°äÌý±õ²Ô»å´Ç²Ô±ð²õ¾±²¹Ìý- Ketika ketakutan pasar menghantam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Maret silam, mungkin tidak akan ada yang menyangka bahwa salah satu emiten yang berhasil bertahan melawan pandemi virus Covid-19 akan datang dari sektor finansial.
Ya, sektor finansial terutama perbankan memang salah satu sektor yang paling terdampak oleh pandemi virus corona.
Perbankan menjadi sektor yang terdampak parah sebab ketika di masa pandemi, sangat sedikit orang yang berani berhutang kepada bank untuk ekspansi usaha, dan tentunya kredit-kredit sebelumnya resiko macetnya naik sehingga rasio pencadangan juga perlu ditingkatkan.
Akan tetapi hal ini ternyata tidak berlaku bagi PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Tbk (BJBR) atau lebih dikenal oleh orang awam dengan sebutan bank bjb. Emiten ini berhasil meraup laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik sebesar Rp 807,48 miliar pada semester I-2020, tumbuh dibandingkan setahun sebelumnya Rp 799,99 miliar.
Khusus untuk kuartal II-2020, bank bjb meraih laba bersih Rp 390 miliar, tumbuh 2,7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (YoY).
Bank bjb menjadi salah satu dari sedikit bank yang masih dapat tumbuh positif, ketika sejumlah raksasa perbankan merasakan penurunan laba yang dalam.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) merasakan penurunan laba bersih 36,88%, sementara laba PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) susut 23,9%, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun 41,6%. Sementara laba industri perbankan tercatat turun 12,55% secara year on year hingga Mei 2020.
Berikut perbandingan BJBR dengan perbankan besar lain di Indonesia.
Ìý
Total nilai aset yang dimiliki bank bjb pun tumbuh sebesar 3,8% YoY menjadi Rp125,3 triliun memasuki setengah jalan perjalanan perusahaan di 2020.
Sektor kredit yang menjadi salah satu penopang pertumbuhan laba, tumbuh 9,8% YoY, berada di atas rata-rata pertumbuhan industri perbankan nasional data per Juni 2020 yaitu sebesar 1,49%.
Total jumlah kredit yang disalurkan mencapai Rp85,8 triliun, dengan Net Interest Margin (NIM) yang terjaga tetap tinggi yakni 5,54% lagi-lagi berada di atas rata-rata industri yang hanya berada di kisaran 2,56%. Sementara Loan to Deposit Ratio (LDR) masih tergolong aman di angka 91,3%
Selanjutnya dapat dilihat dari tabel di atas tingkat risiko BJBR dapat terkelola dengan baik yang mencerminkan terjaganya kualitas penyaluran kredit perusahaan dengan rasio kredit macet (Non Performing Loan/NPL) di angka 1,6%.
Catatan NPL ini jauh lebih rendah ketimbang catatan kredit macet rata-rata bank nasional hingga Juni 2020, yakni 3,11% bahkan lebih baik dibandingkan dengan NPL triwulan sebelumnya sebesar 1,65%. NPL BJBR juga tetap terjaga di bawah 2% sementara perbankan lain terpaksa mengalami pembengkakan NPL sampai ke angka 3% karena kredit macet akibat pandemi corona.
Ciamiknya data NPL tidak lepas dari klien bank bjb terutama untuk sektor kredit konsumsi yang notabene adalah dari kalangan Pegawai Negeri Sipil (PNS) sehingga cicilan kredit bisa langsung diamankan ketika pembayaran gaji dan hal ini tentu saja membantu menjaga NPL tetap apik.
Selanjutnya yang menjadi daya jual BJBR adalah kemampuan perusahaan untuk memanfaatkan ekuitasnya di tengah pandemi virus corona, tercatat Return on Equity (ROE) perusahaan pada kuartal kedua tahun 2020 adalah sebesar 15,16% dan menjadi kedua terbaik di antara bank-bank yang diamati.