Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Emas menjadi primadona di tahun ini, harganya melesat lebih dari 36% menyentuh level tertinggi sepanjang masa US$ 2.072,49/troy ons pada 7 Agustus lalu. Tetapi terbangnya harga emas masih kalah tinggi dengan mata uang digital, bitcoin.
Melansir data Refinitiv, sepanjang tahun ini, Bicoin (BTC) melesat nyaris 60,82% ke US$ 11.510,95/BTC pada penutupan perdagangan Rabu (26/7/2020). Bahkan jika dilihat dari level tertinggi yang dicapai tahun ini US$ 12.489/BTC, pada 17 Agustus lalu, bitcoin melesat nyaris 75%, nyaris 2 kali lipat kenaikan harga emas dunia.
Meski demikian, bitcoin masih jauh dari rekor tertinggi sepanjang masa US$ 19.458,19/BTC, yang dicapai pada 18 Agustus 2017 lalu.
Bitcoin yang terbang tinggi di tahun ini membuatnya disebut "emas digital". Dalam "Bloomberg Crypto Outlook" edisi bulan Juli yang dikutip oleh Asia Times, disebutkan beberapa alasan cryptocurrency kini sedang dalam perjalanan menjadi emas digital.
Dalam laporan tersebut, disebutkan volatilitas bitcoin akan terus menurun sampai pada satu titik tidak lagi menjadi aset spekulatif. Bitcoin juga diperkirakan akan jauh mengungguli mata uang digital lainnya seperti ethereum, XRP, litecoin dan lainnya.
Laporan tersebut menyatakan bitcoin paling unggul dari sisi adopsi ketimbang mata uang digital lainnya.
"Sebagian besar alat ukur menunjukkan peningkatan adopsi bitcoin, sehingga kondisi berkurangnya supply harus dibalikkan agar harganya bisa turun. Kinerja buruk pasar lainnya, adalah tren yang kami perkirakan akan bertahan, kondisi tersebut akan mendukung emas versi digital," tulis laporan tersebut sebagaimana dikutip Asia Times, Kamis (9/7/2020).
Salah satu contoh adopsi bitcoin disebutkan adalah pembelian yang dilakukan oleh Grayscale Bitcoin Trust (GBTC) yang jumlahnya lebih besar ketimbang hasil mining bitcoin.
Selain itu, laporan Bloomberg tersebut juga menyebutkan kebijakan bank sentral di dunia menjadi faktor penting yang berkontribusi terhadap kinerja cryptocurrency. Suku bunga rendah dan kebijakan pembelian aset (quantitative easing/QE) yang membuat jumlah uang beredar bertambah akan membuat harga bitcoin melesat.
Bloomberg memprediksi harga Bitcoin akan mencapai US$ 12.000 dalam jangka pendek. Dan prediksi tersebut sudah dicapai pada 17 Agustus lalu.
Melansir Forbes, Xolali Zigah founder dan chairman Cash Angel, pada bulan Mei lalu menyebutkan agar bitcoin bisa disebut sebagai "emas digital" harus juga memiliki atribut seperti emas, kecuali aset berwujud tentunya.
Artribut utama, yakni kelangkaan, baik emas dan bitcoin memiliki supply yang terbatas.
Kemudian ada 3 atribut lainnya.
Yang pertama sebagai alat pembayaran. Emas maupun bitcoin bisa digunakan sebagai alat pembayaran, keduanya bisa ditukarkan dengan barang maupun jasa.
Yang kedua, unit akun, dimana kedua aset ini bisa dipecah-pecah menjadi ukuran lebih kecil. Emas bisa dipecah menjadi setengah ons, seperempat ons, atau dalam gram. Sementara bitcoin bisa dibagi menjadi 1 satoshi, yang merupakan 1/100.000.000 bitcoin.
Yang ketiga, sebagai penyimpan nilai (store of value), yang dikatakan masih menjadi perdebatan apakah bitcoin memilikinya atau tidak. Store of value biasanya menunjukkan aset yang akan diburu saat terjadi gejolak perekonomian karena memiliki nilai intrinsik.
Zigah menyatakan, banyak investor yang skeptis menyatakan bitcoin tidak memiliki nilai intrinsik karena merupakan aset tidak berwujud. Tapi menurut Zigah, nilai intrinsik tidak selalu harus berwujud, bisa juga dilihat dari sisi keamanan yang diberikan.
Ia menyatakan dalam beberapa bulan atau tahun ke depan, akan diketahui apakah bitcoin benar menjadi emas digital atau tidak. Zigah menyakini bitcoin akan menunjukkan sebagai aset store of value.
Emas dan bitcoin memang sama-sama menunjukkan kinerja cemerlang di tahun ini, meski bitcoin melesat jauh lebih tinggi. Meski demikian, investor emas dan bitcoin ternyata berbeda menurut bank investasi ternama JP Morgan.
"Dua kelompok menunjukkan perbedaan dalam preferensi untuk mata uang 'alternatif'. Kelompok yang lebih tua lebih memilih emas, sementara kelompok muda memilih bitcoin," kata analis JP Morgan yang dipimpin Nikolaos Panigirtzoglou dalam sebuah catatan yang dikutip Kitco, Selasa (18/8/2020).
Preferensi emas dan bitcoin sebagai alternatif berdampak pada korelasi kedua aset tersebut menjadi lebih positif. Artinya keduanya bergerak searah, ketika emas menguat, bitcoin juga akan naik. Menurut JP Morgan, hal itu terjadi karena milenial di AS melihat bitcoin sebagai uang 'alternatif' untuk dolar AS.
"Aliran modal simultan telah menyebabkan perubahan pola korelasi antara bitcoin dengan aset lainnya, menjadi lebih positif antara bitcoin dan emas, tetapi juga antara bitcoin dengan dolar karena milenial di AS melihat bitcoin sebagai uang 'alternatif' untuk dolar AS," kata Panigirtzoglou.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA