
Pajak 0% Rangsang Saham Otomotif, Semoga Bukan Harapan Palsu

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Harga saham emiten yang bergerak di sektor otomotif maupun sektor pendukungnya sumringah di tengah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang masih galau dengan penurunan 0,22% pada sesi pertama perdagangan hari ini (17/9/20) menyambut kabar yang semakin santer bahwa pajak mobil akan ditekan hingga 0%.
Terpantau kenaikan hari ini dipimpin oleh emiten komponen otomotif PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM) yang berhasil terbang 2,63% ke level harga Rp 1170/unit.
Sementara itu kenaikan juga terjadi pada 'raja' kapitalisasi pasar emiten otomotif PT Astra Internasional Tbk (ASII) yang terapresiasi 0,63% ke level Rp 4.810/unit, sedangkan anak usahanya yang bergerak di bidang spare part otomotif yakni PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) juga berhasil terbang 1,17% ke level Rp 865.
Terpantau penurunan terjadi pada duo emiten otomotif Grup Salim yakni PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) dan PT Indomobil Multi Jasa Tbk (IMJS) akibat aksi profit taking setelah kemarin kedua saham ini berhasil terbang tinggi merespons sentimen yang sama.
IMAS terpaksa terkoreksi 3,27% ke level Rp 740/unit sedangkan anak usahanya IMJS juga anjlok 3,57% ke level Rp 270/unit.
Meskipun sejatinya saham-saham sektor otomotif masih 'sakit' yang ditunjukkan dengan saham-saham otomotif yang masih terkoreksi hingga puluhan persen selama tahun berjalan, akan tetapi sepertinya kabar pajak 0% sukses menjadi obat penahan rasa sakit saham otomotif.
Terpantau seluruh emiten otomotif dan sektor pendukungnya masih terkoreksi secara tahun berjalan. Bahkan raja otomotif ASII masih terkoreksi cukup parah yakni 30,54% secara YTD lebih parah daripada IHSG sebagai indeks acuan yang 'hanya' terkoreksi 19,65% secara YTD.
Hal ini menandakan sektor otomotif menjadi salah satu sektor yang terpukul paling parah akibat serangan pandemi virus corona. Bahkan bulan-bulan awal masa pandemi corona, penjualan otomotif sempat anjlok sangat parah karena penurunan daya beli masyarakat.
Sentimen positif sendiri baru saja datang untuk sektor otomotif di Indonesia setelah harga mobil baru diprediksi bakal terjun bebas jika pemerintah jadi memberikan pajak 0%. Kementerian perindustrian (Kemenperin) sedang mendorong penurunan pajak sampai 0% terhadap mobil baru.
"Misalnya saja untuk PKB (pajak kendaraan bermotor) dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB). Misal Avanza bisa turun Rp 15 juta-20 juta tergantung model, lumayan," Ujar Ketua umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Yohannes Nangoi kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Selasa (15/9).
"Jadi kami diskusi dengan Kemenperin. Ada dua hal, pertama PPnBM kita minta keringanan pajak barang mewah untuk pajak-pajak yang diproduksi di Indonesia. kedua kita juga ingin harga on the road ada relaksasi. PKB, bea balik nama bisa dapat support government, ini address ke kemendagri. PPnBM ke Kemenkeu ini dikoordinasikan Kemenperin di bawah Pak menteri langsung," sebutnya.
Namun, Yohannes mengingatkan bahwa rencana ini masih dalam sebatas wacana. Komunikasi dengan pemerintah terus berjalan, baik pemerintah pusat maupun daerah. Ia berharap adanya relaksasi ini bisa diberikan hingga kuartal pertama tahun 2021 mendatang
Selain itu sentimen lainya datang dari data penjualan mobil secara bulanan mengalami tren kenaikan setidaknya sejak Juni 2020.
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gakindo) mencatat penjualan mobil pada Agustus 2020 tercatat 37.277 unit, naik 47% dari Juli yang hanya 25.283 unit. Secara tahunan penjualan Agustus masih turun 58% dari Agustus 2019 yang sempat menembus 90.568 unit.
Namun, capaian ini masih jauh lebih buruk dari Juli 2020, Gaikindo mencatat penjualan mobil pada Juli 2020 ada kenaikan bila secara bulanandibandingkan Juni 2020 sampai 100,2%, dari 12.623 unit pada Juni, menjadi 25.283 unit. Artinya ada perlambatan pertumbuhan. Apalagi bila dibandingkan dengan penjualan m to m Juni terhadap Mei 2020 yang naik 255%.
Sedangkan secara tahunan penjualan mobil Agustus masih lebih baik dibandingkan penjualan Juli 2020 yang sampai turun 71,5% dibandingkan Juli 2019.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(trp/trp) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000