²©²ÊÍøÕ¾

Kala Freddy Widjaja Mengenang Sang Ayah: Suka Main Ping Pong

Syahrizal Sidik, ²©²ÊÍøÕ¾
26 September 2020 13:59
Freddy Widjaja (²©²ÊÍøÕ¾/Syahrizal)
Foto: Freddy Widjaja (²©²ÊÍøÕ¾/Syahrizal)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ -Kala Itu tahun 1991. Udara California, negara di pesisir barat Amerika Serikat itu sedang terik-teriknya, Juni, musim panas baru juga tiba. Freddy Widjaja, sedang jalan-jalan bersama mendiang ayah, Eka Tjipta, konglomerat pendiri Grup Sinar Mas.


Dalam perjalanan, di mobil, Eka Tjipta rupanya kepanasanan, mafhum, mobil Toyota Tercel, yang dibeli Freddy seharga US$ 3.500 belum dipasang air conditioner (AC). Eka Tjipta jelas kegerahan, apalagi saat itu dia memakai jas tanpa dasi. Waktu itu, Eka hadir ke AS selama 10 hari sekaligus menghadiri wisuda Freddy di California State University.




"Ini mobil gak ada AC nih," kata tutur Freddy, menirukan ucapan sang ayah.


"Mana ada AC-nya mobil 3.000 dollar," timpal dia.




Sepanjang perjalanan, sang ayah lebih banyak diam saja. Namun sesampainya di rumah, Eka memerintahkan Freddy untuk memasang AC di mobilnya. Masalah beres.


Ia mengenang, sosok ayahandanya bukan yang suka memanjakan anak-anaknya dengan uang.


Teguh dalam pendirian, ia juga termasuk orang tua yang peduli dalam pendidikan anak-anaknya, sebab tak mau bernasib sama seperti dirinya yang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar saja. Mendiang Eka juga mengajarkan anak-anaknya agar tidak boros dan hidup secukupnya.


"Ayah saya termasuk pelit, saya punya mobil di AS pertama kali saya beli pakai uang jajan saya, murah, tahun 1987 saya beli 200 dolar Honda Civic, tapi 200 meter sekali mati mesin," tutur dia.


Namun, bekal ini yang mengajari Freddy agar bisa hidup mandiri. Ia juga menuturkan, sejak kecil Eka Tjipta adalah pribadi yang terkenal kerja keras. Pendiri Grup Sinar Mas ini biasa kerja sejak pagi pukul 5 pagi dan selesai pulang kantor pukul 22.00. Freddy temasuk anak yang dekat dengan ayah.


"Dia bangun tidur jam 5, pulang makan siang, kalau lagi gak enternait orang balik kantor lagi jam 2, balik lagi jam 10 malam, saya bukain pintu rumah saya di Ketapang, jam 11 malam, tin, oh itu mobilnya saya lari, bukain pintu," cerita Freddy kepada ²©²ÊÍøÕ¾.


Pada lain kesempatan, Eka juga senang mengajaknya berolahraga jalan santai di Ancol atau sekadar menemani bermain ping pong. "Jam 4 pagi pintu saya sudah digedor. Ha ha ha," paparnya lagi.


Ada lagi satu kenangan yang membekas di ingatan. Suatu ketika, mendiang ayah hendak pergi ke Bandung bersama ibu, Lidia Herawaty Rusli meninjau Bank Internasional Indonesia (BII), Freddy ikut diajak.


Rupanya, Freddy, si anak muda saat itu sedang galau karena sedang patah hati. Lantas, di Puncak, Bogor, dalam perjalanan menuju kota kembang itu, sang ayah memberikan saran-saran yang mengena. Diingatnya kata-kata itu.


"Gak boleh begitu, sama wanita gak boleh gitu. Musti begini, musti begini," Fredy menuturkan saran sang ayah.


Tidak hanya itu, Eka juga sangat menyayangi putri semata wayang Freddy, Frances Widjaja yang saat ini sedang menempuh studi doktroal di Belanda. Sebelumnya, putri Freddy mendapat beasiswa di Nanyang Technology (NTU), Singapura. Frances, jadi satu-satunya cucu yang namanya tercantum di akta wasiat dan mendapat Rp 1 miliar.


"Itu saya terkesan sekali. Anak saya puji Tuhan dikasih talenta, pintar sekali, dapat beasiswa di Nanyang Singapura, terus pokoknya prestasinya luar biasa, makanya ayah saya sayang sekali sama dia. Itu satu kebanggan orang tua, bisa sampai diinget sama engkongnya sampai begitu," ceritanya.


(sef/sef) Next Article Jejak Freddy Widjaja, Anak Bos Sinarmas yang Gugat 5 Saudara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular