²©²ÊÍøÕ¾

Sempat ke Atas Rp 14.900/US$, Rupiah Melawan & Melemah Tipis

Putu Agus Pransuamitra, ²©²ÊÍøÕ¾
28 September 2020 17:00
mata uang rupiah dolar dollar Bank Mandiri
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (²©²ÊÍøÕ¾/Andrean Kristianto)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾Â Indonesia - Nilai tukar rupiah bergerak bolak-balik antara penguatan dan pelemahan hingga pertengahan perdagangan Senin (28/9/2020). Tetapi selepas tengah hari, Mata Uang Garuda tertahan di zona merah hingga penutupan perdagangan. Dolar AS sebenarnya tidak cukup kuat pada hari ini, tetapi rupiah juga lesu.

Melansir data Refinitiv, rupiah dibuka menguat tipis 0,03% ke Rp 14.845/US$, tetapi tidak lama langsung melemah hingga 0,46% ke Rp 14.914/US$. Setelahnya, rupiah terus bolak-balik di antara Rp 14.840 sampai 14.850/US$ hingga pukul 12:00 WIB.

Setelahnya rupiah tertahan di level Rp 14.850/US$ hingga penutupan perdagangan, melemah 0,03%.

Mata uang utama Asia bergerak bervariasi pada hari ini, meski mayoritas mengalami pelemahan. Dolar Taiwan menjadi mata uang terbaik di Asia pada hari ini dengan penguatan 0,52% hingga pukul 15:20 WIB.

Penguatan cukup tajam tersebut menunjukkan dolar AS memang tidak terlalu kuat.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia pada hari ini.

Rupiah memang sedang tertekan sejak pekan lalu tertekan setelah Menteri Keuangan Sri Mulyani yang memberikan proyeksi terbaru pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020, yang lebih buruk dari sebelumnya.

"Kemenkeu yang tadinya melihat ekonomi kuartal III minus 1,1% hingga positif 0,2%, dan yang terbaru per September 2020 ini minus 2,9% sampai minus 1,0%. Negatif teritori pada kuartal III ini akan berlangsung di kuartal IV. Namun kita usahakan dekati nol," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita September, Selasa (22/9/2020).

Sri Mulyani mengatakan Kemenkeu memprediksi perekonomian di kuartal III-2020 minus 2,9% sampai minus 1,0%. Melihat prediksi tersebut, resesi pasti terjadi di Indonesia, dan menjadi yang pertama sejak tahun 1999.

Sentimen pelaku pasar global yang membaik membuat rupiah mampu menguat tipis di awak perdagangan. Membaiknya sentimen tersebut terlihat dari penguatan bursa saham Amerika Serikat (AS) pada Jumat lalu, yang diikuti mayoritas bursa utama Asia hari ini.

Tetapi dengan kondisi perekonomian global yang kembali dipenuhi ketidakpastian akibat peningkatan kasus penyakit virus corona (Covid-19) di beberapa negara-negara Eropa membuat dolar AS kembali lebih unggul.

Selain itu, Pemilihan Presiden (Pilpres) di AS yang akan berlangsung pada awal November nanti mulai menjadi perhatian.

Pada Rabu pagi waktu Indonesia, Donald Trump (Partai Republik) dan Joseph 'Joe' Biden (Partai Demokrat) akan diadu di debat perdana calon presiden Negeri Paman Sam. Investor (dan seluruh dunia) tentu akan menunggu apa saja visi-misi yang dibawa oleh kedua calon.

"Pemilu AS, stimulus, dan pemulihan ekonomi. Kalau itu tidak berjalan baik, maka di pasar akan terjadi flight to safety. Arus modal akan bergerak ke dolar AS," kata JB Mackenzie, Managing Director of Futures and Forex di TD Ameritrade, seperti dikutip dari Reuters.

Akibat kembali meningkatnya ketidakpastian pemulihan ekonomi para pelaku pasar yang sebelumnya mengambil posisi jual (short) dolar AS kini disebut mulai menutup posisinya, yang menjadi salah satu pemicu penguatan dolar AS.

"Penguatan dolar AS merefleksikan ditutupnya posisi short dolar. Ada 2 penyebabnya, naiknya riil yield Treasury AS dan sentimen alih risiko pelaku pasar," kata Tatsuya Chiba, manajer trading forex di Mitsubishi UFJ Trust Bank.

Selain itu, di pekan ini Amerika Serikat banyak merilis data yang akan menunjukkan kinerja perekonomian, sehingga pelaku pasar masih wait and see. Dampaknya, dolar AS pun tak mampu menguat tajam melawan rupiah.

TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular