
BCA Cetak Laba Q3 Rp 20 T, Aset Tembus Rp 1.000 T

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di bursa, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) melaporkan perolehan laba pada kuartal III-2020 atau 9 bulan tahun ini turun 4,2% menjadi Rp 20,04 triliun. Pada periode yang sama tahun lalu BCA membukukan laba bersih Rp 20,9 triliun.Â
Hera F. Haryn, Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA, dalam paparannya menyampaikan laba turun karena pencadangan perusahaan yang meningkat.Â
"Pencadangan Rp 9,1 triliun, naik dari sebelumnya Rp 5,6 triliun atau 160,6% secara year on year sejalan dengan penurunan risiko kualitas kredit,"Â jelas Hera, saat konferensi pers laporan keuangan, Senin (26/10/2020).
Dari sisi kredit, penyaluran kredit BCAÂ turun 0,6% menjadi Rp 581,9 triliun hingga akhir September.Â
Namun pertumbuhan kredit untuk korporasi menjadi penopang pendapatan bunga di tengah pelemahan kredit segmen lainnya.
"Tercatat Rp 252 triliun [kredit korporasi] meningkat 8,6% yoy sementara kredit komersial dan UKM turun 4,9% yoy jadi Rp 182,7 triliun. KPR turun 3,1% yoy jadi Rp 89,3 triliun dan KKB [kredit kendaraan bermotor] turun 19,3% yoy jadi Rp 38,6 triliun," jelas Hera.
Sementara itu, saldo outstanding kartu kredit turun 18,5% yoy jadi RP 10,9T, kredit konsumer turun 9,4% menjadi Rp 141,7 triliun.Â
"Dari total porto kredit, 20% atau Rp 114 triliun merupakan porto kredit keuangan berkelanjutan dalam mendukung ESGÂ [Environmental, Social and Good Governance]Â dan komunitas UKM," kata Hera.Â
Manajemen BCAÂ menyatakan, pada sisi penyaluran kredit, BCA berfokus untuk membantu nasabah dalam merestrukturisasi kreditnya sejak awal pandemi. Sampai dengan pertengahan Oktober 2020, BCA memproses Rp 107,9 triliun pengajuan restrukturisasi kredit atau sekitar 19% dari total kredit, yang berasal dari 90.000 nasabah.
Total kredit yang direstrukturisasi pada akhir 30 September 2020 adalah sebesar Rp90,7 triliun, atau 16% dari total kredit pada semua segmen.
"Kami sangat bersyukur atas program relaksasi dari regulator yang membantu perbankan dan nasabah dalam melewati masa yang sulit untuk mencapai pemulihan" tutur Presiden Direktur Bank Central Asia, Jahja Setiaatmadja, dalam siaran pers, paparan kinerja BCA.
Dari sisi pendanaan, BCA berhasil mencatat kinerja yang solid pada 9Â bulan pertama 2020. CASAÂ (dana giro dan tabungan)Â tumbuh 16,1% YoY, mencapai Rp596,6 triliun, menghasilkan total dana pihak ketiga (DPK) dengan pertumbuhan sebesar 14,3% YoY menjadi Rp780,7 triliun.
Sementara itu, deposito berjangka meningkat sebesar 8,8% YoY mencapai Rp184,1 triliun. Pertumbuhan dana pihak ketiga yang solid tersebut telah mendukung pertumbuhan total aset BCA menembus level seribu triliun atau tepatnya Rp 1003,6 Triliun, meningkat 12,3% YoY.
Pada laporan laba rugi, terlepas dari pertumbuhan stagnan pada pendapatan bunga, BCA mencatat pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 9,0% YoY menjadi Rp 40,8 triliun selama 9Â bulan pertama tahun 2020, terutama ditopang oleh beban bunga yang rendah.
BCA telah menurunkan suku bunga berbagai produk pendanaan, sejalan dengan kebijakan suku bunga rendah dari Bank Indonesia.
Pendapatan selain bunga tercatat sebesar Rp 15,1 triliun, meningkat 3,0% YoY. Total pendapatan operasional selama 9 bulan pertama tahun 2020 ³¾±ð²Ô³¦²¹±è²¹¾±Ìýsebesar Rp55,9 triliun, tumbuh 7,3% YoY.
Rasio keuangan BCA berada pada kondisi yang tetap kokoh untuk melewati pandemi yang berkepanjangan, dengan rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 24,7% pada September 2020, lebih tinggi dari ketetapan regulator, dan rasio LDR yang sehat sebesar 69,6%.
Rasio kredit bermasalah (NPL) terjaga pada level 1,9% dibandingkan tahun lalu yang sebesar 1,6%. Rasio pengembalian terhadap aset (ROA) tercatat sebesar 3,4% dan pengembalian terhadap ekuitas (ROE) sebesar 16,9% pada sembilan bulan pertama tahun 2020.
"Pandemi COVID-19 tidak hanya menciptakan tantangan di berbagai aspek, namun juga mengharuskan kita untuk mengelola ketidakpastian. Terlepas dari tantangan-tantangan yang ada, pandemi juga memberikan peluang dalam meningkatkan layanan digital kami untuk dapat melayani nasabah dengan lebih baik," kata Jahja.
"Ke depannya, kami memperkirakan akan lebih banyak lagi transaksi non-tunai dan tanpa kartuyangakan menjadi bagian signifikan dalam kehidupan normal baru. BCA akan terus berinovasi menyiapkan berbagai inisiatif untuk mendukung kebutuhan nasabah terkini," katanya.
(hps/hps) Next Article Tumbuh 7%, Laba Bersih BCA Q1-2021 Capai Rp 7,04 Triliun