
Stok Babi Banjir, Inflasi China Terendah 11 Tahun Terakhir

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Jatuhnya harga makanan menyeret inflasi konsumen China ke level terendah dalam 11 tahun terakhir. Dari data resmi badan statistik setempat, Ini didorong oleh peningkatan pasokan daging babi.
Harga daging babi telah turun tipis setelah sempat melonjak tahun lalu karena wabah demam babi Afrika. Sebelumnya wabah tersebut menghancurkan stok babi China dan membuat hewan itu dimusnahkan dari sejumlah peternakan.
Indeks harga konsumen (CPI), pengukur utama inflasi naik 0,5% dari tahun lalu. Ini lebih lambat dari yang diprediksi, sebagaimana ditulis Biro Statistik Nasional (NBS).
Ini juga di bawah ekspektasi pasar yang memprediksi 0,8% dan jauh dibawah bulan sebelumnya yang mencapai 1,7%. Dilansir dari Trading Economics, ini merupakan penurunan yang paling tajam sejak Oktober 2009.
"Harga daging babi turun untuk pertama kalinya setelah 19 bulan berturut-turut naik, turun 2,8%," kata Dong Lijuan, seorang ahli statistik senior di NBS dikutip dari AFP, Selasa (10/11/2020).
Sementara itu, Kepala Ekonom Nomura China Lu Ting mengatakan penurunan inflasi CPI tidak berarti China mengalami disinflasi atau deflasi. Karena penurunan tersebut terutama didorong oleh harga daging babi.
"Tidak termasuk daging babi, inflasi CPI China sebenarnya mencapai titik terendah di bulan Juli di 0,4% dan tetap di 0,7%," katanya.
Ekonom senior China dari Capital Economics, Julian Evans-Pritchard mengatakan inflasi harga konsumen sepertinya akan kembali turun dalam waktu dekat. Apalagi dengan pulihnya pasokan babi.
"Tapi tekanan harga dari sisi permintaan kemungkinan akan menguat dalam beberapa bulan mendatang mengingat rebound dalam konsumsi dan stimulus yang dipimpin infrastruktur yang sedang berlangsung," katanya.
(sef/sef) Next Article Inflasi Chna Naik Tipis, karena Babi Lagi?