
Kian Dekati RM 3.600, Ternyata Ini Pemicu Harga CPO Melesat

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Harga komoditas minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) mengalami kenaikan pada perdagangan hari ini, Rabu (10/2/2021). Pelaku pasar mengantisipasi adanya kenaikan ekspor di bulan Februari ini.
Pada 11.00 WIB, harga kontrak futures (berjangka) CPOÂ pengiriman April yang aktif ditransaksikan di Bursa Malaysia Derivatif Exchange naik 0,22% atau 8 ringgit ke RM 3.580/ton.
Data ekspor pada periode 1-10 Februari 2021 akan dirilis hari ini. Pelaku pasar memperkirakan ekspor akan naik 33% - 45% dibanding periode yang sama bulan lalu yang tergolong rendah. Kenaikan ekspor di tengah ketatnya pasokan diharapkan dapat menurunkan stok minyak sawit dan membuat harganya melambung.Â
Pasar juga dibuat sumringah oleh laporan US Department of Agriculture (USDA) baru-baru ini. Permintaan ekspor yang kuat akan menurunkan stok jagung dan kedelai di AS yang pasokannya sudah ketat.
USDA dalam laporan terbarunya yang dirilis Selasa kemarin (9/2/2021) memproyeksikan stok akhir jagung untuk tahun pemasaran 2020/21 sebesar 1,502 miliar gantang dan stok akhir kedelai di 120 juta gantang. Sebulan lalu, USDA mematok stok jagung 1,552 miliar dan stok kedelai 140 juta.
USDA meningkatkan prospek ekspor kedelai sebesar 20 juta gantang menjadi 2,25 miliar dan proyeksi ekspor jagung sebesar 50 juta menjadi 2,6 miliar. Stok yang rendah menjadi katalis positif untuk harga ketika permintaan mulai berangsur naik.
Sentimen commodity supercycle pun ikut mengerek harga. Baru-baru ini laporan Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) juga menyebut bahwa indeks harga pangan global kembali naik. Kenaikan harga pangan global dipicu oleh meningkatnya harga minyak nabati, biji-bijian dan gula.
Indeks harga minyak nabati FAO rata-rata 138,8 poin di bulan Januari atau naik 7,7 poin (+5,8%) dari Desember dan menandai level tertinggi sejak Mei 2012. Kenaikan indeks dalam delapan bulan berturut-turut mencerminkan harga minyak sawit, kedelai dan bunga matahari yang lebih tinggi.
Produksi minyak sawit di Indonesia dan Malaysia ternyata lebih rendah dari yang diperkirakan sebelumnya karena curah hujan yang berlebihan. Untuk kasus Malaysia, kekurangan tenaga pekerja migran membuat kuotasi harga minyak sawit acuan internasional sempat naik ke level tertinggi dalam delapan setengah tahun.
Sementara itu, harga kedelai internasional naik selama delapan bulan berturut-turut, didorong oleh berkurangnya ketersediaan ekspor dan aksi mogok kerja berkepanjangan di Argentina.
Sedangkan untuk minyak bunga matahari, harga yang terus meningkat karena berkurangnya panen biji bunga matahari tahun 2020/21 secara tajam.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾Â INDONESIA
(twg/twg) Next Article Hore! Harga CPO Sudah di Atas RM 3.300/ton, Siap ke RM 3.500?