
Pantau MERK, Cuy! Induknya Kerja Sama dengan Johnson&Johnson

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Saham emiten farmasi PT Merck Tbk (MERK) berhasil ditutup menguat pada sesi I perdagangan hari ini, Rabu (3/3/2021). Penguatan ini terjadi seiring pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengenai kerja sama sang induk, Merck & Co untuk membantu pembuatan vaksin Covid-19 milik Johnson & Johnson's.
Saham MERK melonjak 2,20% ke Rp 3.250/unit hari ini dengan nilai transaksi Rp 105,51 juta. Saham produsen obat Neurobion menguat setelah kemarin ditutup di zona merah dengan merosot 1,55% ke posisi Rp 3.180/saham.
Sebelumnya, dilansir Reuters, pada Selasa (2/3/2021), Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan, Merck & Co, Induk MERK, sepakat untuk membantu Johnson & Johnson's dalam proses pembuatan vaksin Covid-19.
Kemitraan ini akan memungkinkan perusahaan untuk mempercepat pengiriman 100 juta dosis vaksin, yakni sekitar sebulan, menurut Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan (HHS) AS.
"Salah satu hal yang saya pelajari ketika saya mulai menjabat adalah bahwa Johnson & Johnson tertinggal dalam bidang manufaktur dan produksi," kata Biden. "Itu tidak datang cukup cepat. Jadi tim saya telah bekerja keras untuk mempercepat upaya itu. "
Biden Bilang, pemerintah AS telah menggunakan Undang-undang Produksi Pertahanan (Defense Production Act) untuk membantu melengkapi dua pabrik Merck untuk membuat vaksin Covid-19 J&J milik Johnson & Johnson.
Biden juga mengatakan pabrik yang sudah membuat vaksin J&J akan meningkatkan produksinya, dengan memproduksi 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu.
Dengan demikian, hal tersebut menggandakan kemampuan J&J AS untuk memproduksi vaksin dan meningkatkan kapasitas penyelesaian pengisiannya, di mana produk dimasukkan ke dalam botol dan disiapkan untuk pengiriman, kata HHS.
"Kami berharap pengaturan manufaktur ini akan meningkatkan kapasitas produksi kami sehingga kami dapat memasok melebihi komitmen kami saat ini," kata J&J dalam sebuah pernyataan.
Biden mengatakan dia berharap Amerika Serikat akan "kembali normal" saat ini tahun depan, berpotensi lebih awal.
Kepala pemasaran Merck Mike Nally mengatakan bahwa perusahaannya sedang menunggu peralatan khusus untuk mulai memproduksi vaksin, tetapi pabrik yang akan menyelesaikan vaksin J&J mulai dapat beroperasi dalam beberapa bulan.
"Kapasitas produksi tersebut kemungkinan besar tidak akan menghasilkan dosis hingga paruh kedua tahun ini, menjelang akhir tahun," kata Nally dalam sebuah wawancara, menjelaskan bahwa ada waktu tunggu yang lebih lama untuk peralatan yang dibutuhkan untuk membuat zat obat tersebut.
Nally tidak mengatakan berapa banyak dosis yang dapat diproduksi oleh Merck untuk J&J. Dia mengatakan, Merck menggunakan setengah dari kapasitas produksi yang akan digunakan untuk membuat satu miliar dosis vaksinnya sendiri.
Tetapi ia menggaris bawahi bahwa setiap teknologi vaksin memiliki karakteristik produksi yang berbeda.
Peningkatan pasokan vaksin J&J yang lebih cepat akan mempercepat upaya vaksinasi AS. Ini karena dengan vaksin tersebut AS dapat menyuntik dua kali lebih banyak orang dengan jumlah suntikan yang sama.
Hal tesebut menunjukan vaksin J&J lebih cepat, ketimbang dua vaksin resmi A.S. lainnya yang diproduksi oleh Pfizer Inc dengan mitra BioNTech dan Moderna Inc, yang memerlukan dua suntikan dalam selang beberapa minggu.
Di bawah kontraknya, J&J seharusnya mengirimkan 12 juta dosis pada akhir Februari, tetapi memiliki kurang dari 4 juta yang siap dikirim ketika vaksin itu disahkan pada hari Sabtu.
Dengan begini, diharapkan dapat memberikan 16 juta dosis lagi pada akhir bulan ini -masih jauh dari komitmen sebelumnya- tetapi tidak akan dikirimkan minggu depan.
Pengiriman berikutnya sedang menunggu persetujuan peraturan dari operasi manufaktur baru yang dijalankan oleh mitranya, pembuat obat kontrak Catalent Inc.
Merck mengatakan pada hari Selasa bahwa pihaknya juga akan menerima hingga $ 268,8 juta dari Biomedical Advanced Research and Development Authority (BARDA), sebuah badan AS yang ditugaskan untuk mengembangkan obat dan vaksin.
Pendanaan tersebut dimaksudkan untuk membantunya beradaptasi dan menyediakan sejumlah pabriknya untuk produksi vaksin dan obat-obatan COVID-19.
Kemitraan ini merupakan contoh terbaru dari pembuat obat besar yang bekerja sama untuk membantu memproduksi vaksin COVID-19 untuk memenuhi permintaan global.
Sebagai informasi, sebelumnya, pembuat obat Swiss Novartis menandatangani perjanjian pada Januari untuk mengisi botol (vial) untuk suntikan Pfizer/BioNTech, sementara pembuat obat Prancis Sanofi SA akan membantu mengisi dan mengemas jutaan dosis vaksin Pfizer mulai Juli.
(adf/adf) Next Article Buntut Kasus Bedak Bayi, Johnson & Johnson Dibangkrutkan?