
5 Hari Digembok BEI, Suspensi BGTG Dibuka & Langsung ARB

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Bursa Efek Indonesia (BEI) akhirnya membuka 'gembok' saham PT Bank Ganesha (BGTG) setelah disuspensi selama 5 hari mulai sesi perdagangan hari ini, Rabu (10/3/2021).
Menurut informasi keterbukaan di website BEI, pembukaan saham BGTG dilakukan di pasar reguler dan tunai. Saat ditransaksikan saham BBTGÂ langsung drop dan kena batas autoreject bawah (ARB), turun 6,82% ke level Rp 246/unit.
Sebelumnya, otoritas bursa melakukan suspensi atau penghentian perdagangan sementara saham BGTG sejak Rabu pekan lalu (3/3).
Peningkatan signifikan saham BGTG akhir-akhir ini menjadi penyebab saham tersebut disuspensi oleh BEI.
Tercatat, bursa sudah dua kali mensuspensi atau menghentikan sementara perdagangan saham BGTG dalam dua minggu terakhir. Sebelumnya, saham BGTG disuspensi pada 1 Maret lalu.
Selain BGTG, otoritas bursa juga sudah beberapa kali melakukan suspensi terhadap saham bank mini (BUKU II) lainnya selama dua minggu terakhir.
Lonjakan harga saham BGTG dan saham bank mini lainnya akhir-akhir ini didorong oleh narasi bank digital dan aturan pemenuhan modal inti bank mini oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Lebih lanjut, saham bank yang resmi melantai di bursa pada Mei 2016 silam ini sudah terbang 261,64% dalam sebulan. Sementara, secara year to date (YTD) atau sejak awal tahun, saham bank mini ini dengan harga Rp264/saham ini sudah meroket 428,00%.
Setelah dua kali disuspensi bursa, BGTG melakukan paparan public alias public expose (PE) insidentil pada Jumat pekan lalu (5/3).
Dalam PE insidentil tersebut, manajemen BGTG menjawab sejumlah pertanyaan terkait perusahaan, termasuk mengenai isu bank digital yang santer beredar akhir-akhir ini.
Pihak BGTG menjelaskan, perusahaan belum memiliki rencana untuk menjadi bank digital saat ini.
"Namun sejak tahun 2018 Bank Ganesha telah melakukan transformasi digital untuk memudahkan nasabah dalam melakukan transaksi seiring dengan perkembangan teknologi dan perubahan perliaku nasabah," kata manajemen BGTG dalam tanggapannya, Jumat (5/3).
Informasi saja, saat ini, baru ada tiga bank digital yang beroperasi di Indonesia yakni PT Bank BTPN Tbk (BTPN), PT Bank DBS Indonesia dan PT Bank Jago Tbk (ARTO). Dalam waktu dekat akan beroperasi Bank BCA Digital, hasil dari akuisisi PT Bank Royal Indonesia.
Menurut materi PE insidentil, pada tahun ini, BGTG sedang mempersiapkan sejumlah transformasi digital, seperti QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard), Cardless Withdrawal alias tarik tunai tanpa kartu, dan layanan online onboarding.
Selain itu, BGTG juga telah bekerjasama dengan sejumlah perusahaan fintech (financial technology). Kerja sama tersebut bertujuan untuk memberikan pembiayaan kredit kepada nasabah yang di luar jangkauan bank. Misalnya, kerja sama chanelling untuk pembiayaan kredit mikro.
Mengenai isu pemenuhan modal inti, BGTG berkomitmen untuk memenuhi syarat modal inti sesuai dengan penyampaian Rencana Bisnis Bank (RBB) kepada OJK (Otoritas Jasa Keuangan) pada November tahun lalu.
Sekadar informasi, menurut POJK NO 12/2020 pada 16 Maret 2020 tentang Konsolidasi Bank Umum, sejak 2020 bank BUKU I diharuskan meningkatkan modal inti menjadi Rp 1 triliun, bank BUKU II menjadi Rp 2 triliun pada 2021. Kemudian, modal inti tersebut harus mencapai RP 3 triliun pada 2022.
(hps/hps) Next Article Ritel Serbu Saham BGTG, Ingat 2018 Pernah Kejadian yang Sama