
Nasib! Laba Bersih Ambles, Saham HMSP Langsung Anjlok

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Saham emiten rokok PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) turun ke zona merah pagi ini, Rabu (24/3/2021), seiring dirilisnya laporan keuangan perusahaan yang kurang menggembirakan sepanjang tahun lalu.
Saham emiten produsen rokok kretek Dji Sam Soe ini merosot 1,05% ke Rp 1.410/saham pada pagi ini, pukul 10.26 WIB. Asing juga tercatat melakukan jual bersih sebesar Rp 267,28 juta.
Dengan demikian, seusai data BEI, sudah 3 hari saham anak usaha Philip Morris Indonesia ini berkubang di zona merah. Praktis, selama sepekan, saham HMSP sudah merosot 0,70%.
Sebelumnya, pada Rabu (23/3), dalam laporan keuangan yang diterbitkan di website BEI, manajemen HMSP melaporkan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sepanjang tahun 2020 sebesar Rp 8,58 triliun.
Nilai tersebut turun sebesar 37,95% dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp 13,72 triliun. Penurunan laba bersih menyebabkan laba per saham dasar perseroan turun menjadi Rp 74 per saham dari sebelumnya Rp 118 per saham.
Penyebab penurunan laba bersih tersebut adalah menurunnya penjualan bersih HMSP sebesar 13,2% menjadi Rp 92,42 triliun dari sebelumnya Rp 106,55 triliun.
Kinerja HMSP sepanjang 2020 ini tercatat di bawah perkiraan PTÂ Mirae Asset Sekuritas Indonesia. Sepanjang kuartal IV tahun lalu, laba bersih HMSP turun 52,6% secara year-on-year (YoY).
Anjloknya laba bersih 37,5% di tahun lalu itu di bawah estimasi Mirae dan konsensus yang memperkirakan tingkat run-rate, secara berturut-turut, sebesar 91% dan 90%.
Dilansir dari Investopedia, run rate mengacu pada kinerja keuangan perusahaan berdasarkan penggunaan informasi keuangan saat ini sebagai indikator prediksi kinerja masa depan.
Dalam hal ini, run rate berfungsi sebagai ekstrapolasi kinerja keuangan suatu perusahaan pada saat ini dan mengasumsikan bahwa kondisi saat ini akan berlanjut.
"Kami mengaitkan kinerja yang kurang baik ini dengan kontraksi margin di belakang pajak cukai yang lebih tinggi dan beberapa biaya tetap di tengah penurunan pendapatan," jelas periset Mirae, Christine Natasya, dalam risetnya, Selasa (23/3/2021), dikutip ²©²ÊÍøÕ¾, Rabu (24/3).
Menurut Mirae Asset, penurunan tingkat laba kotor sebesar 6,9% secara YoY karena perusahaan belum sepenuhnya membebankan kenaikan pajak cukai.
Selain itu, Mirae Asset juga tidak melihat adanya peningkatan rerata harga jual atau average selling price (ASP), terutama untuk produk non-unggulan HMSP Dji Sam Soe (yaitu Magnum Mild).
"Kami yakin strategi ini dilakukan untuk mempertahankan pangsa pasar SKM [sigaret kretek mesin] perusahaan sebagai hasil dari penurunan besar konsumen ke merek lain yang lebih murah. Akhirnya, volume penjualan merek HMSP Dji Sam Soe tetap datar secara QoQ [kuartal per kuartal] di 4Q20 [kuartal IV 2020]," jelas Christine.
Sebagai informasi, sigaret kretek mesin (SKM) masih menjadi andalan HMSP sampai saat ini. Sepanjang 2020, SKM menyumbang 66,25% dari total pendapatan bersih perusahaan.
Adapun pendapatan full year 2020 yang turun 12,9% YoY sejalan dengan perkiraan Mirae dan konsensus dengan mencapai 100% perkiraan broker asal Korea ini dan 97% dari konsensus.
Mirae masih tetap pada rekomendasi terakhir mereka, yakni hold HMSP dengan target harga Rp 1.450.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾Â INDONESIA
(adf/adf) Next Article Duh! Laba Q1-2021 Ambles, Saham HMSP Diobral Investor
