
ARB Berjemaah! 10 Saham Ini Tumbang ke Level Terendah Gaes

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah pada perdagangan sesi pertama Selasa (13/4/2021), di tengah kekhawatiran bahwa inflasi Amerika Serikat (AS) bakal meninggi.
IHSG dibuka melemah 0,07% ke level 5.944,52 dan sempat berupaya berbalik menguat pada pukul 09:30 meski hanya sekian menit. Selanjutnya, IHSG terus tertekan hingga penutupan sesi pertama menyentuh 5.905,475 alias melemah 43,1 poin (0,72%).
Di tengah koreksi IHSG yang cukup parah, terpantau beberapa emiten tumbang hingga menyentuh level terendah yang diizinkan bursa yakni 7% dalam sehari atau biasa disebut dengan Auto Reject Bawah (ARB).
Simak tabel berikut:
Tercatat terdapat 10 saham yang ambruk menyentuh level ARB dengan nilai perdagangan yang mumpuni.
Koreksi terparah dibukukan oleh saham PT DMS Propertindo Tbk (KOTA) yang ambruk tepat di level ARB yakni 7% ke level Rp 372/unit.
Selanjutnya yang sempat melesat liar yakni PT Panin Dubai Syariah Tbk (PNBS) dan PT MD Pictures Tbk (FILM) juga terpantau ambruk ke level ARB masing-masing 6,87 dan 6,66%.
Saham PT Clipan Finance Tbk (CFIN) yang kemarin diborong investor kawakan Lo Kheng Hong juga ambruk ke level ARB 6,43% ke level harga Rp 320/unit.
Selanjutnya saham properti berkapitalisasi pasar terbesar di bursa yakni PT Pollux Properti Tbk (POLL) juga ambruk ke level ARB 6,86% ke harga Rp 2.850/unit.
Pasar nasional terimbas sentimen negatif dari bursa Amerika Serikat (AS) atau Wall Street yang tengah memantau ketat rilis data inflasi hari ini, yang diperkirakan kembali ke level sebelum pandemi melanda, dan kian meninggi beberapa bulan ke depan.
Jika inflasi terus menanjak maka ekspektasi kenaikan suku bunga akan semakin menguat, dan memukul Surat Berharga Negara (SBN), rupiah, dan pada akhirnya kinerja keuangan emiten di bursa saham.
Meski bank sentral AS, The Fed berulang kali menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga hingga tahun 2023, tetapi pasar tidak percaya begitu saja. Jika suku bunga acuan naik, maka daya beli masyarakat akan menurun, begitu juga dengan beban pendanaan korporasi, yang pada akhirnya memukul ekonomi.
Dari Asia, China melaporkan kinerja ekspor yang di bawah ekspektasi dengan naik 30,6% secara tahunan (year on year/YoY) pada Maret. Analis memperkirakan ekspor Negeri Panda bakal melonjak setidaknya 35,5% yang mengindikasikan ekonomi global kembali pulih.
Namun kinerja ekspor yang di bawah ekspektasi tersebut memicu kekhawatiran bahwa permintaan dunia belum sepenuhnya, terlebih di tengah kepungan kabar negatif kenaikan kasus Covid-19 di Eropa (gelombang ketiga) dan di India.
Kabar negatif lainnya masih terkait vaksin besutan China yangmenurut temuan peneliti Brazil hanya memiliki efektivitas di kisaran 50%,sehingga pejabat China mengakui bahwa vaksin tersebut tak sepenuhnya memberikan perlindungan dan perlu dikembangkan lebih lanjut
Hal ini membuat ekspektasi bahwa ekonomi Indonesia bakal segera pulih usai vaksinasi dijalankan, menjadi kabur karena tak ada jaminan vaksinasi yang 60% di antaranya menggunakan vaksin China bakal membuat ekonomi Indonesia bisa kembali normal tahun ini.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(trp/trp) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500
