²©²ÊÍøÕ¾

Saham Konstruksi Dilirik Lagi Gaes Saat IHSG Merah, Ada Apa?

Chandra Dwi, ²©²ÊÍøÕ¾
19 April 2021 10:04
Ilustrasi IHSG (²©²ÊÍøÕ¾/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi IHSG (²©²ÊÍøÕ¾/ Tri Susilo)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Saham emiten konstruksi kembali melaju di zona hijau pada awal perdagangan sesi I Senin (19/4/2021), melanjutkan penguatan perdagangan Jumat (16/4/2021) akhir pekan lalu, setelah sebelumnya sempat bergerak di zona merah.

Berikut pergerakan saham konstruksi pada pukul 09:15 WIB.

Saham perusahaan konstruksi yang terafiliasi dengan kelompok usaha PT Astra International Tbk (ASII), yakni PT Acset Indonusa Tbk (ACST) yang melesat 1,43% ke level Rp 284/unit pada perdagangan awal sesi I hari ini.

Data perdagangan mencatat nilai transaksi saham ACST pagi ini telah mencapai Rp 29 juta dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 103 ribu lembar saham. Investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) sebanyak Rp 23 juta di pasar reguler.

Berikutnya di posisi kedua ada saham emiten BUMN Karya yang juga kontraktor Jalan Layang Sheikh Mohammed Bin Zayed, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yang tumbuh 0,99% ke posisi Rp 1.025/unit pada pukul 09:15 WIB.

Tercatat nilai transaksi saham WSKT sudah mencapai Rp 2 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 2 juta lembar saham. Investor asing juga melakukan pembelian di pasar reguler sebesar Rp 262 juta.

Sedangkan, untuk penguatan saham konstruksi yang paling minor dibukukan oleh saham PT PP Tbk (PTPP) yang menguat 0,41% ke Rp 1.225/unit pada pagi hari ini.

Nilai transaksi saham PTPP sudah mencapai Rp 1 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 1 juta lembar saham. Asing pun mengoleksi saham PTPP sebanyak Rp 50 juta di pasar reguler.

Sementara untuk saham konstruksi PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) pada pagi hari ini cenderung stagnan di level Rp 1.390/unit.

Adapun nilai transaksi saham WIKA sudah mencapai Rp 1 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 1 juta lembar saham. Namun, asing tercatat melepas saham WIKA sebesar Rp 3 miliar di pasar reguler pada pagi hari ini.

Kinerja saham yang jeblok akhir-akhir ini terjadi seiring tertekannya kinerja fundamental emiten-emiten konstruksi pelat merah.

Ambil contoh, WSKT, yang menjadi perusahaan konstruksi pelat merah yang mencatatkan rapor kinerja keuangan paling buruk di antara yang lainnya.

Pada tahun lalu, WSKT membukukan rugi bersih Rp 7,38 triliun. Rugi bersih yang amat masif ini menyapu bersih seluruh laba ditahan Waskita yang sudah dikumpulkan sejak perseroan pertama kali berdiri pada tahun 1973.

Ini membuat ekuitas WSKT saat ini hanya tersisa Rp 7,53 triliun, lenyap lebih dari separuh tepatnya 57,88% dari posisi tahun lalu Rp 17,88 triliun.

Contoh lainnya, WIKA, yang juga mengalami penurunan kinerja yang signifikan. Laba bersih perusahaan terjun menjadi senilai Rp 185,77 miliar pada 31 Desember 2020 lalu.

Nilai tersebut jauh dari capai perusahaan di periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai Rp 2,28 triliun, atau mengalami penurunan hingga 91,87% secara tahunan (year on year/YoY).

Manajemen perusahaan konstruksi pelat merah pun memaparkan berbagai rencana strategis untuk memangkas defisit dan mendongkrak posisi keuangan perusahaan.

Kabar terbaru, WSKT melakukan divestasi sebagian saham dari dua tol yang dimilikinya kepada PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) atau SMI. Nilai transaksi tersebut mencapai Rp 2,065 triliun atas ruas tol Semarang-Batang dan Cinere-Serpong.

Adapun sebelumnya, Waskita telah menyebutkan setidaknya telah mempersiapkan 11 ruas tol untuk diinvestasikan melalui dana abadi atau Sovereign Wealth Fund (SWF) dengan perkiraan dana yang bisa dikantongi hingga Rp 31 triliun.

Mengenai kinerja BUMN Karya, khususnya WIKA, yang masih 'berdarah-darah', Direktur Utama WIKA Agung Budi Waskito baru-baru ini menjelaskan mengenai situasi sulit yang dialami perusahaan.

"Lima tahun terakhir pemberitaan pembangunan infrastruktur dari BUMN karya ini pesat. Tapi dua minggu terakhir pemberitaan mengenai keuangan BUMN Karya yang berdarah-darah. Makanya perlu disampaikan situasi saat ini akibat pandemi dan strateginya," jelas Direktur Utama Wijaya Karya, Agung Budi Waskito, dalam Webinar Kementerian BUMN, Rabu (14/4/2021).

Selain laba bersih yang anjlok, capaian kontrak dari empat bidang sektor industri, infrastruktur/gedung, energi/pabrik, juga perumahan menurun. Pada 2019 WIKA bisa menorehkan angka capaian kontrak mencapai Rp 41,1 triliun, turun menjadi Rp 23,3 triliun pada 2020.

Agung mengakui selama tahun 2020 tidak ada investasi baru, hanya melakukan pekerjaan yang sudah ada. Memang tidak mencari laba yang besar, tapi tapi masih memonitor cash flow.

Ke depan WIKA akan pilih-pilih investasi seperti energi baru terbarukan, keairan, mineral. Sedangkan kami tidak ada rencana investasi untuk jalan tol dan sebagainya nanti kami akan leading di mineral dan Industri," kata Agung.

Sehingga 40% pendapatan WIKA akan berasal dari industri metal dan mining. Juga fokus pada proyek perumahan, pelabuhan, energi, precast juga perairan.

Adapun PTPP, menargetkan compound annual growth rate (CAGR) revenue mencapai 16% dan net income 13% untuk lima tahun mendatang.

Perusahaan akan mengakselerasi bisnis konstruksi, properti, non-properti dan bisnis anak usaha, terutama setelah dengan momentum perbaikan di 2021.

Direksi PTPP menjelaskan baru-baru ini, fokus perusahaan adalah meningkatkan nilai tambah dan mencapai keuangan perusahaan yang sehat. Untuk jangka panjang, PTPP juga diharapkan bisa unggul di sektor yang telah diakselerasi.


(chd/chd) Next Article Bangkit Lagi! Saham Konstruksi On Fire, Jangan Ketinggalan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular