²©²ÊÍøÕ¾

Kinerja 2020

Kisah Sedih Ritel! Rugi Pizza Hut Rp 94 M, KFC Tekor Rp 298 M

tahir saleh, ²©²ÊÍøÕ¾
19 May 2021 06:16
Karyawan PHD berjualam pizza di pinggir jalan di Kawasan Bintaro, Tangerang Selatam, Jumat (18/9/2020). (²©²ÊÍøÕ¾/Andrean Kristianto))
Foto: Karyawan PHD berjualam pizza di pinggir jalan di Kawasan Bintaro, Tangerang Selatam, Jumat (18/9/2020). (²©²ÊÍøÕ¾/Andrean Kristianto))

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Kinerja dua restoran waralaba dari Yum! Brands Inc. atau Yum! asal AS yakni Pizza Hut dan KFC di Indonesia sama-sama terdampak pandemi Covid-19 yang membuat performa perusahaan menderita rugi bersih sepanjang tahun 2020.

Kedua perusahaan tersebut yakni Pizza Hut Indonesia yang dikelola oleh PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA) dan KFC Indonesia milik PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST).

Emiten pengelola gerai Pizza Hut, Sarimelati Kencana mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 93,51 miliar di tahun lalu, atau berbalik dari tahun 2019 yang mencetak laba bersih sebesar Rp 200,02 miliar.

Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), penjualan neto perseroan sebesar Rp3,46 trilliun di tahun lalu, atau merosot 13,25% dari tahun sebelumnya sebesar Rp 3,99 triliun.

Kerugian ini membuat PZZA mencatatkan rugi per saham dasar menjadi Rp 31,08 dari tahun sebelumnya yakni laba per saham Rp 66,19/saham.

PZZA mencatatkan adanya penurunan beban pokok penjualan di tahun 2020 menjadi Rp 1,20 triliun dari periode yang sama tahun 2019 yakni Rp1,30 triliun. Sementara itu, beban umum dan administrasi naik menjadi Rp 209,43 miliar dari sebelumnya Rp 197,13 miliar, beban operasi lainnya juga naik menjadi Rp 25,87 miliar dari sebelumnya Rp 10,31 miliar.

Adapun penjualan PZZA terdiri atas makanan, minuman dan potongan penjualan. Lini bisnis makanan menyumbang porsi penjualan tertinggi sebesar Rp 3,29 triliun atau turun dari sebelumnya Rp 3,57 triliun.

Lini bisnis minuman mencapai Rp 181,44 miliar, juga turun dari tahun sebelumnya Rp 426,35 miliar. Sementara itu, potongan penjualan tercatat Rp10,10 miliar atau terkoreksi dari sebelumnya Rp 11,17 miliar.

Manajemen menegaskan, perusahaan telah dan mungkin akan terus dipengaruhi oleh penyebaran virus Covid-19. Virus Covid-19 memberi dampak terhadap ekonomi global dan Indonesia di mana hal tersebut menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional, peningkatan risiko kredit perusahaan, depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dan gangguan pada operasional perusahaan.

"Perusahaan telah mempertimbangkan dampak dari gangguan tersebut terhadap posisi keuangan, kinerja, dan arus kas pada tanggal 31 Desember 2020 dan untuk tahun yang berakhir pada saat tersebut. Perusahaan akan terus memantau situasi tersebut," tulis manajemen dalam laporan keuangan, dikutip ²©²ÊÍøÕ¾, Selasa (18/5/2021).

Manajemen mengungkapkan, dampak dari virus Covid-19 di masa depan terhadap Indonesia dan perusahaan masih belum dapat ditentukan saat ini. Peningkatan jumlah infeksi Covid-19 yang signifikan atau penyebaran yang berkepanjangan dapat mempengaruhi Indonesia dan perusahaan.

Posisi kas dan bank berkurang menjadi Rp 60,70 miliar dari tahun sebelumnya Rp 110,42 miliar

Sarimelati Kencana mencatatkan liabilitas Rp 1,08 triliun dan ekuitas sebesar Rp 1,15 triliun. Adapun total aset naik menjadi Rp 2,23 triliun dibanding tahun 2019 sebesar Rp 2,11 triliun.

Perusahaan memulai usaha komersialnya di tahun 1987. Perusahaan mengoperasikan "Pizza Hut" di bawah perjanjian lisensi dengan Pizza Hut Asia Pacific Holdings LLC.

Pada tanggal 31 Desember 2020 dan 2019, perusahaan memiliki masing-masing sejumlah 5.787 dan 6.560 karyawan tetap.

Perusahaan tergabung dalam suatu kelompok usaha yang dimiliki oleh PT Sriboga Raturaya (SRR) sebagai entitas induk perusahaan dan PT Alberta Investment Management sebagai Induk terakhir perusahaan.

NEXT: Kinerja KFC Indonesia

Adapun Fast Food Indonesia hingga saat ini belum merilis kinerja keuangan tahunan per Desember 2020. Laporan keuangan yang disajikan perusahaan hanya per September 2020 alias 9 bulan.

Pada periode Januari hingga kuartal III-2020 ini, emiten berkode saham FAST tersebut membukukan rugi periode berjalan sebesar Rp 298,34 miliar, berbanding terbalik dari September 2019 yang mencatat laba bersih sebesar Rp 175,70 miliar.

Kerugian tersebut dialami seiring dengan pendapatan FAST yang anjlok 28,47% secara tahunan menjadi hanya Rp 3,59 triliun dari September 2019 yakni sebesar Rp 5,01 triliun.

Pendapatan terbesar masih didominasi penjualan makanan dan minuman kepada pihak ketiga yang berkontribusi sebesar Rp 3,54 triliun, turun dari sebelumnya Rp 4,94 triliun, diikuti dengan penjualan konsinyasi CD sebesar Rp 41,50 miliar hingga akhir kuartal ketiga 2020 dari sebelumnya Rp 68,83 miliar.

Berdasarkan segmen geografis, pendapatan perseroan paling banyak berasal dari restaurant support center (RSC) Jakarta yang berkontribusi Rp 1,28 triliun, diikuti oleh RSC lain senilai Rp 1,11 triliun, dan RSC Makassar sebesar Rp 417,35 miliar.

Dalam laporan keuangan, manajemen FAST menyatakan, perusahaan telah dan mungkin akan terus terpengaruh oleh penyebaran virus Covid-19.

Dampak virus Covid-19 terhadap ekonomi global dan Indonesia berpengaruh kepada pertumbuhan ekonomi. Melemahnya daya beli pelanggan, dan kebijakan publik yang diberlakukan untuk menahan penyebaran Covid-19 mengakibatkan gangguan operasional menyebabkan penurunan penjualan yang tidak diperkirakan sebelumnya," tulis manajemen FAST, dikutip Rabu (14/4/2021).

Akibatnya, tulis perusahaan, FAST mengalami pertumbuhan penjualan yang negatif untuk periode 9 bulan yang berakhir pada 30 September 2020 dan mengalami kerugian bersih sebagaimana diungkapkan dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.

"Menanggapi kondisi di atas, tindakan yang telah dan akan diambil oleh manajemen di antaranya adalah pengurangan kegiatan pemasaran dan dukungan dana, promosi, pengurangan dan efisiensi biaya," jelas manajemen.

Manajemen FAST menegaskan, tingginya tingkat ketidakpastian karena hasil yang tidak terduga dari wabah virus Covid-19 ini dapat mempersulit untuk memperkirakan dampak keuangan masa depan dari wabah tersebut.

"Saat ini tidak praktis untuk mengungkapkan sejauh mana dampak masa depan yang mungkin terjadi dari asumsi atau sumber ketidakpastian estimasi lainnya pada akhir periode pelaporan.

Per September, saham perusahaan dipegang PT Gelael Pratama 39,84%, PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) dari Grup Salim sebesar 35,84%, dan investor publik 24,24%.

Pada periode ini, perusahaan mempunyai 16.075 karyawan tetap, berkurang 893 orang dibanding 31 Desember 2019 sebanyak 16.968 karyawan tetap.

Pada 30 September 2020, perusahaan telah mengoperasikan 738 gerai restoran, terpangkas 10 gerai dari 31 Desember 2019 sebanyak 748 gerai restoran.

Sebagai catatan, Yum! sebagai pemilik bradn atau sang franchisor (pewaralaba). Yum! merupakan perusahaan yang didirikan tahun 1997, sebelumnya perusahaan ini bernama Tricon Global Restaurant. Perusahaan ini bermula dari divisi makanan milik PersiCo yang menaungi berbagai restoran cepat saji mulai dari KFC, Pizza Hut Hingga Taco Bell.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular