
Fitch Bicara Soal Merger Indosat-Tri, dan Peta Telko RI

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Lembaga pemeringkat global Fitch Ratings (Fitch) berpendapat, tanda-tanda awal dari pelonggaran persaingan usaha memiliki efek positif bagi sektor telekomunikasi Tanah Air. Namun, konsolidasi industri telekomunikasi masih diperlukan untuk mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan dalam jangka panjang.
Hal tersebut sebagaimana diungkapkan dalam rilis resmi teranyar Fitch pada Jumat (21/5/2021) pekan lalu.
"Kami yakin hasil dari potensi penggabungan (merger) antara operator seluler, PT Indosat Tbk (BBB/AAA (idn)/Stabil) dan Hutchison 3 Indonesia (Hutch), akan mengarahkan persaingan di semester II 2021," jelas Fitch, dikutip ²©²ÊÍøÕ¾, Selasa (25/5).
Fitch mencatat, pemimpin pasar, PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), anak usaha perusahaan telko pelat merah, PT Telkom Indonesia Tbk (rating: 'BBB'/Stabil) (TLKM), menaikkan tarif atas paket data unlimited plan pada Maret 2021 di tengah membaiknya kondisi makroekonomi.
"Penyesuaian tarif terjadi di tengah lingkungan persaingan yang ketat, di mana perkembangan unlimited data plans dan bantuan pandemi untuk mendukung program subsidi data pemerintah memengaruhi hasil data dan memperlambat pertumbuhan," ujar Fitch.
Selain itu, menurut tilikan Fitch, diskusi merger Indosat-Hutch yang sedang berlangsung mengindikasikan usaha kedua perusahaan tersebut dalam merebut pangsa pasar sektor telekomunikasi Indonesia yang penuh sesak.
"Akan sulit bagi perusahaan telekomunikasi kecil untuk menyerap biaya investasi 5G tanpa adanya laba atas investasi [ROI]. Kami percaya, akses yang tidak mencukupi ke spektrum 5G yang krusial, seperti 700MHz dan 3.5GHz, kemungkinan akan menunda peluncuran komersial jaringan 5G selama dua tahun," katya Fitch.
Fitch menyebut, Telkom baru-baru ini menerima tambahan spektrum 20MHz dari 2.3GHz, yang rencananya akan digunakan untuk jaringan 4G perusahaan dan untuk kemudian akan diluncurkan untuk jaringan 5G.
Menurut hemat Fitch, Telkom, melalui Telkomsel, menguasai lebih dari setengah porsi pendapatan data seluler Indonesia. "[D]an kami yakin [Telkom] akan mempertahankan dominasinya di pasar seluler dan layanan telepon tetap (fixed-line)," imbuh Fitch.
Fitch memprediksi, sektor 'halo-halo' Tanah Air akan berekspansi dengan digit rendah hingga menengah. "[K]endati momentum paruh kedua tahun ini akan bergantung pada strategi penetapan harga petahana dan hasil dari potensi merger," kata Fitch.
Adapun menurut amatan Fitch, kinerja keuangan emiten telko kuartal I tahun ini tercatat beragam. Pendapatan data seluler Indosat meningkat sebesar 13% secara tahunan (year on year/yoy), dari 8% di kuartal IV 2020.
Sementara itu, kata Fitch, pendapatan PT XL Axiata Tbk (rating: BBB/AAA(idn)/Stabil) (EXCL) turun 4% yoy di 3 bulan pertama tahun ini, dari penurunan 0,9% di triwulan IV 220, seiring persaingan yang ketat.
Sang 'raja telkomunikasi' Telkom belum mengumumkan hasil kinerja kuartal I 2021, tetapi jelas Fitch, pertumbuhan pendapatan perusahaan diprediksi berada di digit rendah hingga menengah di tahun 2021 dengan EBITDA (Earnings before Interest, Taxes, Depreciation and Amortization) yang stabil.
Menilik tabel di atas, dari 5 emiten saham telko, 2 saham mencatatkan kinerja ciamik sejak awal tahun, sementara 3 sisanya malas ambles.
Saham emiten Grup Sinarmas, FREN, memimpin dengan melonjak 25,37% secara year to date (ytd). Adapun pada sesi I perdagangan hari ini, saham FREN stagnan di harga Rp 84/saham.
Di posisi kedua ada saham ISAT yang melesat 25,25% secara ytd. Per sesi I, saham ini naik tipis 0,40% ke Rp 6.325/saham.
Sementara saham TLKM, EXL dan JAST secara berturut-turut melorot 0,30%, 16,12% dan 44,44% sejak awal tahun.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(adf/adf) Next Article Konsolidasi Operator Telko, Begini Gerak Saham Operatornya