²©²ÊÍøÕ¾

Roundup

Ivermectin & 7 Fakta 'Si Obat Cacing' untuk Terapi Covid-19

Tommy Patrio Sorongan & Monica Wareza, ²©²ÊÍøÕ¾
23 June 2021 06:59
Sejumlah penumpang mengantre untuk melakukan pemeriksaan kesehatan Rapid Antigen dan Swab PCR di Terminal 3, Soekarno Hatta, Jumat (18/12/2020).  (²©²ÊÍøÕ¾/Andrean Kristianto)
Foto: Sejumlah penumpang mengantre untuk melakukan pemeriksaan kesehatan Rapid Antigen dan Swab PCR di Terminal 3, Soekarno Hatta, Jumat (18/12/2020). (²©²ÊÍøÕ¾/Andrean Kristianto)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ Indonesia - Menteri BUMN Erick ThohirÌýmembawa kabar baik soal penanganan Covid-19. Indonesia akan resmi menggunakan Ivermectin sebagai salah satu obat terapi untuk penyembuhan pasien Covid-19.

Obat ini baru saja mendapatkan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan mulai diproduksi oleh BUMN farmasi, PT Indofarma Tbk (INAF), anak usaha dari Holding PT Bio Farma (Persero). Izin edar dari BPOM RI ini untuk produk generik Ivermectin 12 mg dalam kemasan botol isi 20 tablet.

Untuk bisa mengkonsumsi obat ini, pasien Covid-19 harus mendapatkan rekomendasi dari dokter. Manajemen INAF menyatakan, diharapkan dengan adanya obat ini akan dapat menekan tingkat penularan virus Covid-19 di dalam negeri.

Berikut deretan fakta mengenaiÌýIvermectin ini.

1. Diteliti untuk Pengobatan Covid

Dalam keterangan yang disampaikan Indofarma, saat ini Ivermectin dalam tahap penelitian di Balitbangkes dan bekerjasama dengan beberapa rumah sakit, termasuk di antaranya rumah sakit di bawah Kementerian Pertahanan.

Penelitian yang dimaksud dilakukan untuk membuktikan bahwa Ivermectin dapat digunakan dalam management Covid-19 baik sebagai pencegahan (profilaksis) ataupun pengobatan.

Dengan diperolehnya izin edar BPOM RI bernomor GKL2120943310A1,ÌýIndofarmaÌýsiap memproduksi hingga 4 juta tablet Ivermectin 12 mg per bulan.

Sebelumnya,ÌýIndofarma jugaÌýtelah memiliki ragam produk untuk penanggulangan Covid-19. Untuk kategori obat,ÌýÌýIndofarmaÌýtelah memproduksi dan memperoleh izin edar antara lain Oseltamivir 75 mg kapsul dan Remdesivir 100 mg injeksi dengan merek Desrem.

Sedangkan untuk alat kesehatan, INAFÌýtelah memproduksi dan memperoleh izin edar antara lain Masker medis 3 ply dan Viral Transport Medium.

2. Anti Parasit, Bukan Antivirus

Berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh Kementerian BUMN dan Indofarma, Ivermectin ini merupakan obat antiparasit yang digunakan untuk menghambat replikasi virus SARS-Cov-2. Obat ini merupakan obat minum anti parasit yang secara in vitro memiliki kemampuan anti-virus yang luas.

"Hari ini juga kami ingin menyampaikan obat Ivermectin obat antiparasit sudah keluar hari ini sudah mendapatkan izin BPOM, kami terus melakukan komunikasi insentif kepada Kementerian Kesehatan bagaimana sesuai dengan rekomendasi BPOM dan juga kementerian kesehatan. Obat Ivermectin ini harus dapat izin dokter dalam kegunaannya dalam keseharian," kata Erick Thohir, Menteri BUMN, dalam konferensi pers, Senin (21/6/2021).

Dia menyebutkan efektivitas obat terapi ini sudah melalui uji stabilitas. Selain itu, efektivitasnya juga sudah dibuktikan melalui jurnal ilmiah terpublikasi, sehingga tidak perlu diragukan lagi.

3. Dijual dengan Harga Murah

Obat ini merupakan obat generik yang dipasarkan dengan harga Rp 5.000 sampai Rp 7.000 saja per tablet.

Untuk penggunaannya bagi terapi ringan dalam lima hari cukup memakan obat Ivermectin pada hari pertama, ketiga dan kelima dengan 2-3 butir obat per hari. Selanjutnya, jika terapi sedang dianjurkan meminum obat lima hari berturut-turut.

"Jadi ketika Pak Erick [Menteri BUMN Erick Thohir] mengajukan yang namanya obat generik, sekali lagi ya obat generik yang murah ini yaitu Ivermectin kenapa diributkan padahal yang sebelumnya tidak diributkan. Saatnya kita bersatu padu utk melawan corona jgn saling menyalahkan atau memelintir informasi," kata Arya Sinulingga, Staf Khusus Menteri BUMN dalam keterangannya, Selasa (22/6/2021).

4. BPOM: Ivermectin Obat Cacing, Bukan Obat Covid-19

Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Penny K Lukito, menegaskan bahwa hingga kini izin edar dari BPOM untuk Ivermectin adalah sebagai obat cacing.

"Izin edar sebagai obat cacing, dan ini obatnya adalah obat berbahan kimia ya, tapi bahan kimia yang ada efek sampingnya," tegas Penny dalam siaran live Selasa (22/6/2021).

Meski penggunaan Ivermectin untuk Covid-19 sudah marak di beberapa negara, Penny menegaskan tetap membutuhkan dukungan ilmiah lebih lanjut untuk akhirnya ikut digunakan sebagai terapi COVID-19 di Indonesia, dalam hal ini uji klinis.

Selain itu, Ivermectin diketahui juga mengandung bahan kimia keras yang bisa menimbulkan beragam efek samping.

"Memang ditemukan adanya indikasi ini membantu penyembuhan. Namun belum bisa dikategorikan sebagai obat Covid-19 tentunya," ungkap Penny.

"Kalau kita mengatakan suatu produk obat COVID-19 harus melalui uji klinis dulu, namun obat ini tentunya dengan resep dokter bisa saja digunakan sebagai salah satu terapi dalam protokol dari pengobatan Covid-19," paparnya.

Penny menyebut obat Ivermectin bisa saja digunakan untuk pengobatan Covid-19 tetapi dalam pengawasan dokter. Hal ini pun bukan bagian dari pengawasan BPOM, tetapi pemerintah seperti Kemenkes RI.

Sementara itu, Penny kembali menegaskan pengobatan Covid-19 termasuk Ivermectin harus berdasarkan rekomendasi asosiasi profesi terkait, untuk memastikan keamanan, khasiat, dan mutu dari produk tersebut dalam penggunaannya.

Ìý

NEXT:ÌýTak Diizinkan di AS, Jadi Obat Cacing

5. Obat Cacing yang Digunakan India Untuk Covid

India merupakan negara pertama yang terpublikasi menggunakan obat ini kepada penduduknya untuk melawan Covid-19.

Menteri Kesehatan negara bagian Goa, Vishwajit Rane, dikutip ²©²ÊÍøÕ¾ International, mengatakan bahwa penduduk dewasa akan diberi 12 mg Ivermectin untuk jangka waktu lima hari sebagai profilaksis untuk melindungi tubuh dari virus Covid-19.

Rane mengklaim bahwa keputusan itu sudah didasarkan pada studi panel ahli dari Inggris, Italia, Spanyol, dan Jepang yang menemukan penurunan signifikan secara statistik dalam kasus kematian dan waktu pemulihan pada pasien Covid-19, tanpa memberikan penjelasan spesifik.

Ivermectin sebetulnya digunakan pada dosis yang sangat spesifik untuk mengobati cacing parasit, tetapi bukan merupakan anti virus. Berbagai studi menunjukkan hasil yang beragam tentang penggunaan Ivermectin untuk Covid-19. Beberapa kasus menunjukkan sedikit pemulihan sementara yang lain justru membuat penyakit menjadi lebih buruk.

6. Ivermectin Tak Diizinkan di AS

Pemerintah AS melalui US Food and Drug Administration atau Badan Obat dan Makanan (FDA) menyatakan bahwa Ivermectin belum layak digunakan oleh masyarakat untuk mengobati Covid-19. Bahkan FDA mengimbau agar publik tak mengkonsumsi obat yang biasa digunakan untuk hewan tersebut.

Mengutip laman resmi FDA, aturan ini dikeluarkan sejak 3 Mei 2021. FDA meminta publik berhati-hati untuk menggunakan Ivermectin di tengah gencarnya isu manfaat obat tersebut, sebelum penelitian membuktikan bahwa Ivermectin mampu menjadi media terapi Covid-19.

"Tampaknya ada minat yang berkembang pada obat yang disebut Ivermectin untuk mengobati manusia dengan Covid-19," tegas FDA dikutip ²©²ÊÍøÕ¾ di laman resmi FDA, Selasa (22/6/2021).

"Ivermectin sering digunakan di AS untuk mengobati atau mencegah parasit pada hewan. FDA telah menerima banyak laporan tentang pasien yang membutuhkan dukungan medis dan dirawat di rumah sakit setelah pengobatan sendiri dengan ivermectin yang ditujukan untuk kuda. Inilah yang perlu Anda ketahui tentang Ivermectin."

7. Efek Samping Ivermectin

Dalam keterangannya FDA menyebutkan terlalu banyak mengkonsumsi Ivermectin bisa menyebabkan mual, muntah, diare, hipotensi (tekanan darah rendah), reaksi alergi (gatal dan gatal-gatal), pusing, ataksia (masalah dengan keseimbangan), kejang, koma dan bahkan kematian.

"Tablet Ivermectin disetujui pada dosis yang sangat spesifik, untuk beberapa cacing parasit, dan ada formulasi topikal (pada kulit) untuk kutu kepala dan kondisi kulit seperti rosacea. Ivermectin bukan anti virus (obat untuk mengobati virus)," tulis FDA dalam laman resminya.

"Mengambil dosis besar obat ini berbahaya dan dapat menyebabkan bahaya serius."

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular