Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾Â Indonesia - Bisnis internet yang sebelumnya dijalani oleh PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) lewat IndiHome kini mulai ramai dengan hadirnya dua perusahaan BUMN lainnya lewat anak usahanya yakni PT PLN (Persero) dan yang terbaru emiten jalan tol PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR).
Jasa Marga melalui anak usahanya PT Jasa Marga Related Business (JMRB) memang mulai menggeluti bisnis internet.
Emiten jalan tol dan infrastruktur ini membangun infrastruktur jaringan fiber optik untuk data internet di Pulau Jawa. Dengan demikian JSMRÂ meramaikan bisnis internet yang sudah dijalani BUMN seperti IndiHome milik Telkom dan Iconnet dari PLN.
"Lebih tepatnya penyedia infrastruktur data fiber optik, JMRB mungkin saat ini belum ke arah penyedia internet," kata Direktur Utama PT JMRB Cahyo Satrio Prakoso, kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Kamis kemarin (24/6/2021).
Cahyo menjelaskan penyediaan infrastruktur ini akan memanfaatkan aset Jalan Tol Trans Jawa milik Jasa Marga. Tol sepanjang 1.167 kilometer ini akan dibangun jaringan kabel fiber optik untuk penyedia layanan internet.
"JMRB hanya mengoptimalkan potensi yang dimiliki induknya [Jasa Marga] yang memiliki infrastruktur jalan tol terpanjang di Pulau Jawa," katanya.
Sebelumnya PLNÂ juga telah meluncurkan produk layanan internet dengan basis fiber optik yang disebut Iconnet.
Layanan ini tersedia di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi. Dengan biaya langganan kisaran Rp 185 ribu hingga Rp 427 ribu per bulan dengan kecepatan 10 Mbps hingga 100 Mbps
Baik IndiHome maupun Iconnet memiliki banyak paket yang bisa digunakan masyarakat. Indihome misalnya tersedia mulai dari Rp 275.000.
Indihome juga memiliki tiga pilihan paket yakni internet only atau 1P, internet + telepon/TV (2P) dan Internet + telepon + TV (3P). Ketiganya juga hadir dengan pilihan harga berbeda sesuai dengan kecepatan yang ditawarkan.
Biaya pemasangan Indihome adalah Rp 150.000 dan ditagih kan pada bulan pertama saja. Sementara pengguna yang berlangganan Paket 2P (Internet+phone) dengan bonus Smart, biaya pasang baru dan instalasi Smart Camera senilai Rp 175.000 dan juga akan ditagih kan di bulan pertama.
NEXT: Erick Thohir soal BUMN Fokus Core Business
Toto Pranoto, pengamat BUMN dari Universitas Indonesia, dalam dialog Program Profit ²©²ÊÍøÕ¾, mengatakan kondisi utang memang menjadi persoalan BUMN saat ini secara umum, termasuk juga PLN.Â
Oleh karena itu diperlukan langkah efisiensi hingga mencoba melakukan diversifikasi sumber pendapatan dari perusahaan BUMN.
Di sisi lain, berkaitan dengan bisnis inti BUMN, sebetulnya Menteri BUMN Erick Thohir berkali-kali menegaskan soal BUMN fokus pada core business (bisnis inti). Tapi di lain pihak, Erick juga mendorong BUMN untuk menyesuaikan diri dengan teknologi.
Dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, Senin ini (2/12/2019), misalnya, Menteri Erick menegaskan akan mengembalikan perusahaan BUMN pada bisnis intinya lantaran beberapa BUMN diketahui terlalu jauh mengembangkan bisnis mereka di luar bisnis inti melalui anak usaha dan tidak fokus pada keuntungan.
Saat itu, dalam rapat tersebut yang disorot adalah PT PANN (Persero) yang sebetulnya fokus pada pembiayaan (multifinance) di bidang maritim seperti pengadaankapal, tapi kemudian memiliki bisnis di luar inti sehingga tidak fokus.
"Tentu di BUMN sendiri kita juga akan bikin kembali kecorebisnis. Berat juga, saya enggak menyalahkan PANN," katanya usai Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, Senin ini (2/12/2019).
"Back to diskusi, sinkronisasi kenapa harus terjadi. Kita balik kecorebisnis lalu sinkronisasi. Permen [Peraturan Menteri] pembentukan anak usaha dan cucu usaha [BUMN] harus ada alasannya. Tapi kalau alasannya enggak jelas. Saya setop. BUMN yang sehat jangan sampai tergrogoti sama oknum," tegas mantan Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin ini.
Dia menjelaskan, persoalan BUMN lain seperti PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) juga menghadapi persoalan anak usaha.
"Misal KS, utang Rp 40 triliun. Anak usahanya 60. Kalau bapak-bapak tanya bisa enggak bikin KS dalam waktu sepekan. Ya enggak bisa. Makanya permen ini harus segera dikeluarkan. Tapi di situ kita juga ada hak untuk me-reviewanak usaha ini. Saya sama Pak Wamen setop RUPS Bank Agro. Saya enggak tahu apa rencana kerjanya. Apa ngapain mereka," katanya.
Kemudian pada Selasa (28/1/2020), Erick pun lagi-lagi meminta BUMN kembali ke bisnis inti agar dapat fokus dan tumbuh berkelanjutan
Erick menjelaskan lima langkah strategi BUMN 2020-2024 ialah, pertama, BUMN harus menyeimbangkan antara bisnis dan layanan publik atau public service.
Kedua, disrupsi dan perubahan industri sehingga BUMN harus siap dengan perubahan yang ada dan tidak menjalankan bisnis seperti biasa alias business as usual.
"Transformasi BUMN harus siap, gak bisa business as usual karena disrupsi terjadi. Bank apa masih akan eksis 20 tahun mendatang? Data apa masih ada apa sudah free," tegasnya.
"BUMN lain juga penting. Perbaikan bisnis BUMN yang salah, diharapkan salah satunya kembali ke bisnisnya [bisnis inti], jangan kayak pengusaha awal palugada, apa lu mau gue ada. Karena footprint kekuatan keuangan dan dukungan pemerintah dan bangun ekosistem sehat dan sinergi dengan pihak yang dibutuhkan untuk membangun ekosistem, bisa swasta, pemda dan desa or strategic partner," jelas Erick.
Ketiga, teknologi. Suka tak suka, kata Erick, BUMN harus fokus pada teknologi.
"Apakah kita tidak mau menjadi salah satu produsen electric battery itu. Toh di BUMN banyak ada di industri strategis yang bisa pelajari terus, di mining, ada PLN, listrik. Sama di batu bara ada gasifikasi yang buat coal [batu bara] jadi kebutuhan lain," jelasnya.
Keempat, ada keharusan dampak ke publik tidak hanya BUMN menerima penyertaan modal negara (PMN).
"Karena background saya businessman semua yang diterima, harus ada multiback-nya apakah uang, apa servis ke masyarakat, tidak bisa kayak dulu-dulu asal PMN aja. Yang banyak sekali akhirnya proyek mangkrak. Saya yakin di BUMN dan pengawasan publik gak mau jadi oknum yang di kemudian hari disalahkan," kata pendiri Mahaka Media ini.
Kelima, gaji di perusahaan BUMN tidak kalah dengan perusahaan swasta.