²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

Laba UBS Melesat Jadi Rp 29 T di Q2, Ternyata Ini Rahasianya!

Syahrizal Sidik, ²©²ÊÍøÕ¾
21 July 2021 07:20
Logo UBS
Foto: ²©²ÊÍøÕ¾

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Perusahaan bank investasi dan layanan keuangan terbesar asal Swiss, UBS mencatatkan kenaikan laba bersih yang cukup signifikan sebesar 63% pada kuartal kedua tahun ini.

Laba bersih bank Swiss naik menjadi sebesar US$ 2,01 miliar atau setara dengan Rp 29,15 triliun (kurs Rp 14.500/US$) jauh melampaui ekspektasi sebesar US$ 1,34 miliar dalam jajak pendapat 20 analis.

Kenaikan laba bersih ini didorong oleh meningkatnya bisnis pengelolaan kekayaan alias wealth management di masa pandemi yang mengerek pendapatan biaya dan melonjaknya harga aset investasi.

Chief Executive UBS, Ralph Hamers menyebut saat ini menjadi momentum bagi perusahaan untuk tumbuh. Ia menyebut, di setiap wilayah bank telah mencatat tingkat laba tertinggi dalam lebih dari 5 tahun terakhir.

"Anda dapat mengharapkan kami untuk terus fokus pada pertumbuhan di sisi kekayaan, tetapi pada efisiensi juga saat kami terus berinvestasi," kata Ralph, seperti dikutip Reuters, Selasa (20/7/2021).

Kenaikan laba ini berimbas positif pada pergerakan harga saham UBS yang diperdagangkan 4,6% lebih tinggi tak lama setelah pembukaan pasar di bursa saham Swiss SIX (dulu bernama SWX), sementara indeks bursa acuan Swiss naik 1,0%.

Hamers, yang menjadi pucuk pimpinan UB sejak November 2020, telah mengarahkan pandangannya pada digitalisasi untuk membantu memenangkan lebih banyak bisnis dari orang-orang kaya di dunia.

UBS melihat potensi platform online baru untuk menarik dana senilai US$ 30 miliar pada tahun depan dari platform ini setelah diluncurkan pada Mei 2020.

Platform itu terus melihat arus masuk hingga kuartal kedua, karena dana masuk sebesar US$ 0,5 miliar sejak awal Juni membawa aset yang diinvestasikan menjadi senilai US$ 4,2 miliar.

Pada Selasa, UBS membukukan US$ 25 miliar arus masuk klien baru di lini bisnis wealth management, khususnya berkat pertumbuhan yang kuat di Amerika Serikat, di mana ia melihat peningkatan bisnis dengan nasabah sangat kaya.

Dengan demikian, dikombinasikan dengan pasar yang kuat, ini membantu mendorong aset yang diinvestasikan dalam bisnis manajemen kekayaan global naik 4% secara berurutan menjadi US$ 3,2 triliun.

Selain itu, perdagangan di antara klien kaya dan sangat kaya juga tetap kuat, membantu bank terbesar Swiss ini meningkatkan laba sebelum pajak sebesar 47% dalam bisnis andalannya.

Tak hanya itu, pinjaman yang lebih tinggi juga membantu mengimbangi hambatan dari suku bunga yang lebih rendah pada pendapatan bunga bersihnya.


(tas/tas) Next Article Ultra Voucher & Distributor UBS Hadirkan Voucher Gramasi Emas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular