
Laba Kuartal II Krakatau Steel Melesat 600%, Ini Analisanya

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾- Perusahaan produsen baja pelat merah asal Cilegon, Banten, PT Krakatau Steel (Persero)Tbk (KRAS) mencatatkan laba bersih US$ 32,46 juta atau setara dengan Rp 471 miliar (asumsi kurs Rp 14.500/US$) hingga semester I tahun ini atau periode Juni 2021.
Laba bersih semester I ini melesat 619,59% dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai US$ 4,51 juta atau Rp 65,39 miliar.
Laporan keuangan yang ciamik ini menyebabkan saham KRAS terus diburu akhir-akhir ini. Tercatat selama seminggu terakhir saham produsen baja ini sudah melesat 12,29% ke level harga Rp 530/unit. Investor asing juga tampak terus masuk memborong saham KRAS sebesar Rp 1,68 miliar dalam sepekan terakhir.
Rencana adanya aksi korporasi rights issue juga disambut baik oleh para pelaku pasar. KRAS telah mencairkan bantuan pemerintah senilai Rp 2,2 triliun dalam bentuk obligasi wajib konversi (mandatory convertible bond/MCB). Selanjutnya juga akan diterbitkan lagi senilai Rp 800 miliar, sehingga totalnya menjadi Rp 3 triliun
MCB tersebut nantinya akan dikonversi menjadi kepemilikan saham pada 2027 saat obligasi tersebut jatuh tempo. Meski nantinya OWK ini akan dikonversikan menjadi Private Placement, Manajemen KRAS mengatakan siap mengadakan aksi korporasi lanjutan (rights issue) untuk menjaga kepemilikan saham publik di KRAS tetap berada di angka 20%.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI), pendapatan perusahaannaik 90,88% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi senilai US$ 1,05 miliar (Rp 15,30 triliun) dari sebelumnya di akhir semester I-2020 yang sebesar US$ 552,82 juta atau Rp 8,02 triliun.
Mayoritas penjualan perusahaan masih di dalam negeri, mengalami peningkatan menjadi US$ 796,31 juta dari sebelumnya US$ 435,05 juta. Sementara penjualan ke luar negeri mengalami peningkatan signifikan menjadi US$ 129,66 juta dari sebelumnya US$ 6,97 juta.
Lainnya adalah penjualan untuk rekayasa dan konstruksi, sarana infrastruktur dan jasa lainnya.
Sejalan dengan peningkatan pendapatan, beban pokok pendapatan juga meningkat menjadi US$ 926,30 juta dari sebelumnya US$ 465,89 juta. Lalu beban penjualan juga bertambah menjadi US$ 20,36 juta dari US$ 15,40 juta.
Kemudian beban umum dan administrasi naik menjadi US$ 45,18 juta dari US$ 43,50 juta. Beban operasi naik menjadi US$ 4,26 juta dari US$ 2,90 juta.
Sedangkan penjualan limbah produksi nilainya turun menjadi US$ 1,97 juta dari sebelumnya US$ 2,68 juta. Pendapatan operasional lainnya juga ikut berkurang menjadi US$ 9,13 juta dari US$ 42,45 juta.
Pada periode tersebut, tercatat nilai aset KRAS menjadi sebesar US$ 3,59 miliar, mengalami kenaikan dari posisi akhir Desember 2020 yang senilai US$ 3,48 miliar. Aset lancar tercatat mencapai US$ 947,22 juta dan aset tak lancar sebesar US$ 2,64 miliar.
Di pos liabilitas, terjadi kenaikan sepanjang semester I-2021 menjadi US$ 3,18 miliar dari sebelumnya US$ 3,03 miliar. Liabilitas jangka pendek tercatat sebesar US$ 948,55 juta dan liabilitas jangka panjang ditutup di angka US$ 2,23 miliar.
Di akhir Juni lalu, ekuitas perusahaan yang dipimpin Silmy Karim ini mencapai US$ 408,99 juta, turun dari posisi akhir Desember 2020 yang sebesar US$ 448,72 juta.
Dalam laporan keuangan, manajemen KRAS menyatakan aktivitas operasi Grup telah dipengaruhi oleh pertumbuhan pasar baja domestik dan ketatnya persaingan pasar baja.
Di tengah proses transformasi yang telah menunjukkan hasil positif di triwulan-I 2020,pandemi Covid-19 memberikan pengaruh negatif terhadap industri secara keseluruhan, termasuk bisnis Grup.
"Hal tersebut menuntut Grup untuk melakukan inisiatif-inisiatif tambahan agar Grup dapat menjaga kontinuitas pasokan produk baja untuk memenuhi kebutuhan nasional serta dapat meningkatkan kinerjanya," tulis manajemen KRAS.
(dob/dob) Next Article Lolos Dari Kebangkrutan, Saham Krakatau Steel Layak Diburu?