
Tenang! Bos BI: Dampak Tapering AS Tak Akan Seburuk 2013

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Bank Indonesia (BI) meyakini dampak kebijakan tapering dari Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) terhadap Indonesia tidak akan seburuk kondisi taper tantrum pada 2013-2014 lalu.
Hal ini ditegaskan oleh Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers virtual, Kamis (19/8/2021)
"Bahwa kebijakan tapering fed dampaknya tidak akan sebesar taper tantrum pada 2013. Fed tapering yang dilakukan dampaknya ke global dan emerging market khususnya Indonesia Insya Allah tidak sebesar seperti taper tantrum 2013," jelasnya.
Apa alasannya?
Perry menyampaikan, pertama adalah komunikasi yang lebih jelas antara bank sentral dan pelaku pasar. Sehingga kebijakan yang dikeluarkan dan reaksi pelaku pasar bisa sejalan atau tidak menimbulkan kepanikan.
"The Fed komunikasinya jelas, kerangka kerjanya kayak apa, inflasi dan pengangguran dan rencana taperingnya. Tentu saja dengan demikian, pasar semakin memahami pola kerja, kerangka kerja Fed," paparnya.
Kedua, BI memiliki instrumen triple intervention yang meliputi Domestic Non-Delivery Forward (DNDF), di pasar spot, sampai ke pasar Surat Berharga Negara (SBN).
"Kerjasama BI dan Kemenkeu, bagaimana perbedaan yield SBN dalam dan luar negeri. Itu akan menarik investor asing," terangnya.
Ketiga adalah cadangan devisa Indonesia yang tinggi yaitu mencapai US$ 137,4 miliar. Perry memastikan devisa cukup bila ada gejolak yang memukul nilai tukar rupiah.
"Jadi jauh lebih cukup untuk stabilisasi," tegas Perry.
(mij/mij) Next Article RI 10 Negara 'Terparah' Bila Dihantam Tapering, Ini Sebabnya