²©²ÊÍøÕ¾

Balada Saham Indosat, Dilego Megawati, Kini Merger dengan Tri

Ferry Sandria, ²©²ÊÍøÕ¾
21 September 2021 07:00
Megawati Soekarnoputri (detikFoto/Ari Saputra)
Foto: Megawati Soekarnoputri (detikFoto/Ari Saputra)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Kabar 'hot' yang ditunggu-tunggu pelaku pasar modal Indonesia akhirnya diumumkan. PT Indosat Tbk (ISAT) resmi akan merger dengan PT Hutchison 3 Indonesia setelah sedikitnya tiga kali negosiasi dilakukan dan diperpanjang.

Merger ini akan mempertahankan Indosat sebagai penerima merger dengan nama baru yakni PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (Indosat Ooredoo Hutchison).

Kesepakatan ini diumumkan pada Kamis malam (16/9), setelah kedua pemegang saham yakni Ooredoo QPSC (Ooredoo) dan dan CK Hutchison Holdings Limited (CK Hutchison) mencapai kata mufakat.

Setelah penggabungan, Indosat Ooredoo Hutchison akan dikendalikan secara bersama-sama oleh Ooredoo Group dan CK Hutchison.

Jejak langkah Indosat memang sering kali mencuri perhatian publik, dari mulai awal pendirian hingga kini bergabung dengan operator telekomunikasi asal Hong Kong, dan bakal menjadi penguasa pasar nomor dua (setelah PT Telekomunikasi Selular/Telkomsel, anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk/TLKM). Indosat siap menyaingi 'anak kandung' yang jauh lebih sukses, Telkomsel.

Berikut Tim Riset ²©²ÊÍøÕ¾ coba merangkum jejak langkah, beberapa keputusan penting dalam 50 tahun lebih Indosat berkiprah di Indonesia.

Situs resminya mencatat, bahwa Indosat didirikan pada tahun 1967 sebagai perusahaan penanaman modal asing (PMA) yang menyediakan layanan telekomunikasi Internasional di Indonesia.

Indosat menjadi salah satu perusahaan PMA pertama sejak diberlakukannya UU Penanaman Modal Asing di Indonesia.

American Cable & Radio Corporation (ACR) anak perusahaan telekomunikasi AS bernama International Telephone & Telegraph Corporation (ITT) mengawali Indosat dengan modal US$ 6 juta.

Lalu, pada tahun 1980, pemerintah Indonesia memutuskan untuk mengakuisisi saham Indosat untuk mendukung program satelit Orde Baru saat itu.

Keputusan ini juga sempat mengalami resistensi dari beberapa pihak yang takut jika nasionalisasi akan berdampak buruk pada investasi asing karena pemerintah sedang giat-siatnya menghimpun dana asing untuk pembangunan.

Setelah menjadi BUMN, perusahaan ini kemudian melantai ke bursa efek pada tahun 1994 dan berhasil mengumpulkan dana IPO (penawaran umum saham perdana/initial public offering) sebesar Rp 724,85 miliar dari penawaran 103,55 saham (35%) di harga Rp 7.000 per saham.

Setahun setelahnya, Indosat bersama Telkom Indonesia mendirikan perusahaan patungan yang merupakan salah satu operator seluler pertama dan hingga saat ini mendominasi industri telekomunikasi seluler Indonesia, Telkomsel.

Beberapa tahun setelahnya kerja sama ini putus, dengan Telkom kemudian menjadi pengendali tunggal dari Telkomsel setelah membeli saham Indosat. Sementara itu Indosat mengakuisisi saham Satelindo dan mendirikan IM3 untuk menyaingi Telkomsel.

NEXT: Masih Ingat Penjualan Saham ISAT oleh Megawati?

Babak baru yang paling diingat oleh banyak masyarakat Indonesia adalah keputusan divestasi saham Indosat yang dilaksanakan pemerintah dan dimenangkan oleh perusahaan negara tetangga, Singapore Technologies Telemedia Pte Ltd (ST Telemedia).

STT sahamnya dikuasai Temasek milik pemerintah Singapura.

Presiden Megawati Soekarnoputri (Presiden RI yang kelima, 23 Juli 2001 sampai 20 Oktober 2004), saat itu menuai kritik pedas atas keputusan menjual saham BUMN telekomunikasi tersebut. Para kritik menganggap Indosat adalah aset strategis, selain itu Indosat juga dianggap sebagai BUMN yang menguntungkan.

Pada 15 Desember 2002, STT mengeluarkan dana US$ 630 juta atau Rp 5,62 triliun (kurs Rp 8.900/US$) untuk pembelian 41,94% saham yang setara 434.250.000 saham seharga Rp 12.950 per saham.

Kekesalan publik mencapai langit-langit setelah 5 tahun kemudian STT mendapat untung berlipat dengan menjual seluruh saham Indosat kepada Qatar Telecom QSC (Qtel).

Qatar merogoh dana SG$ 2,4 miliar (US$ 1,8 miliar) atau setara dengan Rp 16,740 triliun menggunakan kurs Rp 9.300/US$ untuk membeli saham Indosat dari tangan STT.

Beberapa bulan jelang penuntasan pembelian Qatar, saham Indosat sebenarnya mengalami tren pelemahan, tercatat selama 6 bulan saham ISAT menyusut 40% dari semula Rp 9.350 per saham pada 7 Desember 2007 menjadi Rp 5.650 pada 6 Juni 2021.

Meskipun demikian Qtel tetap membeli Indosat dari Singapura menggunakan harga premium yang mencapai Rp 7.388 per saham.

Qtel yang kala itu memiliki 44 juta konsumen di 16 negara, menyatakan akan membayar tunai pembelian tersebut. Qtel adalah perusahaan telekomunikasi terbesar di Timur Tengah yang jaringannya tersebar di Asia Pasifik, Amerika dan Eropa.

Setelah dibeli Qatar nama perusahaan berubah menjadi Indosat Ooredoo, kendati di BEI masih tercatat dengan nama PT Indosat Tbk.

Kini dalam babak paling baru, Indosat mengumumkan merger dengan perusahaan telekomunikasi asal Hong Kong, CK Hutchison Holdings Limited.

Merger ini menyebabkan CK Hutchison menerima saham baru di Indosat Ooredoo hingga 21,8% dari Indosat Ooredoo Hutchison.

Manajemen Ooredoo dan CK Hutchison menyatakan penggabungan bisnis telekomunikasi masing-masing perusahaan mereka bernilai US$ 6 miliar atau setara dengan Rp 86 triliun (kurs Rp 14.300/US$).

TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular