²©²ÊÍøÕ¾

Rights Issue BRI Rekor, Erick Dorong Bursa RI Nomor 1 ASEAN

Monica Wareza, ²©²ÊÍøÕ¾
29 September 2021 11:20
Instagram @Erickthohir
Foto: Instagram @Erickthohir

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menilai kesuksesan aksi korporasi penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau rights issue yang dilakukan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi bukti bahwa pasar modal Indonesia masih mampu bertumbuh di tengah kondisi saat ini.

Rights issue BRI ini dilakukan dengan menerbitkan 28,2 miliar saham baru dan terserap seluruhnya dengan nilai transaksi mencapai Rp 95,9 triliun. Nilai tersebut menjadikan rights issue BRI menjadi yang terbesar di kawasan Asia Tenggara dan terbesar ketiga di Asia.

"Tentu ini jadi bagian sinergi yang besar juga kami di Kementerian BUMN, OJK [Otoritas Jasa Keuangan] dan bursa bahwa kita juga ingin jadi bagian mendorong bahwa bursa Indonesia terus meningkat, kalau bisa jadi nomor 1 di Asia Tenggara," kata Erick dalam seremoni pembukaan perdagangan rights issue BRI di Bursa Efek Indonesia, Rabu (29/9/2021).

"Di mana yang saya dengar banyak bursa yang mengalami pertumbuhan melambat bahkan minus, kita masih terbaik. Kita punya market besar, harus bisa pertumbuhan di kita bukan yang lain," imbuhnya.

Erick menyebut ini merupakan sebuah pencapaian yang baik mengingat aksi korporasi ini dilakukan ketika pasar saham masih mengalami 'turbulensi' akibat pandemi Covid-19.

Terlebih, penambahan modal ini dilakukan BRI dalam rangka untuk membentuk ekosistem ultra mikro yang memiliki potensi pertumbuhan luas, sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi mengingat sektor UMKM menopang 60% perekonomian Indonesia.

"Dan ini jadi warning bahwa UMKM bukan objek, tapi subjek yang harus didukung, bukan diperebutkan. Tapi harus didorong bersama," imbuhnya.

Dalam kesempatan itu, Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan dari aksi korporasi ini secara total perusahaan memperoleh dana senilai Rp 95,9 triliun.

Dari 28,2 miliar saham baru yang diterbitkan oleh perusahaan diserap seluruhnya oleh investor bahkan mengalami kelebihan permintaan hingga 1,53%.

"Tadi sudah kita dengar berkali-kali rights issue ini dilakukan dengan tujuan pembentukan holding ultra mikro. Dari 28,2 miliar saham baru, terserap dengan nilai Rp 95,9 triliun dan bahkan mencapai over subscribed 1,53%," kata Sunarso dalam kesempatan yang sama.

Sunarso menyebutkan ini merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk menciptakan nilai ekonomi dan nilai sosial. Inisiatif ini juga mendukung peta rencana BRI untuk menjadi most valuable banking group di Southeast Asia dan menjadi champion of financial inclusion.

"Kita ingin create value buat stakeholder dan pastikan sumber pertumbuhan baru dan sumber pertumbuhan baru yang DNA BRI adalah UMKM, jadi kita harus jadi jawara dan juara dalam financial inclusion," tegasnya.

Untuk diketahui, besarnya aksi korporasi ini dinilai sangat besar berkat hasil pembentukan holding BUMN ultra mikro yang dipimpin oleh BRI dan beranggotakan PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM).

Pemerintah menyerap haknya dalam rights issue di saham BBRI tetapi bukan dengan dana tunai, melainkan inbreng saham Seri B milik pemerintah di Pegadaian dan PNM ke BRI sehingga dua BUMN tersebut menjadi anak usaha langsung BRI.

Pemerintah telah mengeksekusi 16,1 miliar HMETD miliknya pada 13 September 2021 melalui inbreng saham Pegadaian dan PNM senilai Rp 54,77 triliun. Sedangkan, dari publik, BBRI meraih dana sebesar Rp 41 triliun.


(tas/tas) Next Article Catat! Ini Janji Erick Thohir Bikin Job Creation di BUMN

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular