²©²ÊÍøÕ¾

Harga IPO Saham Mitratel Rp 800, Menarik Ga Sih?

Monica Wareza, ²©²ÊÍøÕ¾
05 November 2021 15:15
PT Dayamitra Telekomunikasi (MItratel) melaksanakan IPO dengan target dana maksimal Rp 25 triliun. Dok. Mitratel
Foto: PT Dayamitra Telekomunikasi (MItratel) melaksanakan IPO dengan target dana maksimal Rp 25 triliun. Sumber : Dok. Mitratel

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Salah satu emiten yang sedang dinantikan pasar untuk segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah PT Dayamitra Telekomunikasi alias Mitratel, anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM). Perusahaan ini akan melantai di bursa pada 22 November mendatang.

Kalangan analis menilai perusahaan ini menarik bagi investor, mengingat size penawaran dan kondisi perusahaan yang besar ditambah dengan sektornya yang menarik dan masih berpotensi untuk mengalami pertumbuhan ke depannya.

Head of Research PT Panin Sekuritas Nico Laurens mengatakan perusahaan ini memiliki potensi pertumbuhan yang baik, di samping Mitratel merupakan anak usaha Telkom. Secara sektoral, perusahaan ini sudah dinilai atraktif karena permintaan menara telekomunikasi ke depannya masih akan tinggi.

"Sebenarnya kita kalau melihat sektor menara di Indonesia itu masih lumayan positif, karena pertama tren BTS (Base Transceiver Station), pemain telko itu trennya meningkat. Karena buat mencapai coverage tertentu itu butuh tower yang cukup signifikan," kata Nico dalam program Investime, Kamis (4/11/2021).

Di samping itu, Nico menilai potensi pertumbuhan menara di luar Jawa juga masih sangat bisa mengingat saat ini banyak menara telekomunikasi masih terkonsentrasi di Pulau Jawa.

Potensi ini juga dibarengi dengan mulai akan berkembangnya teknologi 5G di Indonesia sehingga akan membutuhkan teknologi menara dan BTS yang lebih baik lagi.

"Terus mereka juga butuh additional coverage lagi jadi translasinya room for growth-nya ada," imbuh dia.

"Apalagi dengan adanya penghapusan daftar negatif investasi, khususnya di menara, translasinya positif karena dengan adanya ini room for acquisition-nya ada, jadi emiten atau investor asing di luar mau ambil sektor menara itu ada, jadi ada room for merger and acquisition," terang dia.

Secara korporasi, Mitratel dinilai sebagai perusahaan sehat dengan kondisi keuangan yang baik dan tingkat utang yang rendah. Nico menilai, dengan kondisi ini akan membuat perusahaan bisa ekspansif setelah melalui IPO, ditambah dengan adanya support dari induk usahanya.

"Karena yang paling penting buat menara adalah neraca, tingkat utangnya, karena dengan tingkat neraca atau utang yang rendah atau cash yang signifikan itu room for expansion-nya ada, jadi ibaratnya kalau mereka dapat dana dan neraca lumayan sehat itu bisa translasi buat ke depannya sih," jelas dia.

Namun demikian, berinvestasi bukan berarti tidak memiliki potensi risiko di perusahaan yang akan melakukan IPO. Salah satu risikonya adalah besaran nilai IPO yang dilepas menjadi salah satu downside risk yang harus diperhatikan pasar.

"Tapi kan statement terakhir SWF [sovereign wealth fund] bisa masuk ke IPO ini jadi translasinya harusnya dari demand side bakal positif ya," tandasnya.

Untuk diketahui, harga penawaran saham Mitratel telah ditetapkan di Rp 800/saham. Penetapan ini setelah dilakukan penawaran awal (book building) yang pada 26 Oktober-4 November 2021 lalu.

Dengan demikian, dengan melepas 25.540.000.000 saham atau sebanyak-banyaknya 29,85% dari modal yang ditempatkan dan disetor perusahaan setelah penawaran umum, maka perusahaan akan mendapatkan dana senilai Rp 20,43 triliun.

Secara keuangan, hingga 30 Juni 2021 lalu, perusahaan membukukan laba tahun berjalan senilai Rp 700,7 miliar. Nilai ini meningkat signifikan dari laba di periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai Rp 153,7 miliar atau terjadi pertumbuhan 355,88% secara tahunan (year on year/YoY).

Sedangkan dari pos pendapatan di periode yang sama tercatat pendapatan perusahaan senilai Rp 3,22 triliun, naik dari Rp 2,90 triliun akhir Juni 2020 lalu atau tumbuh 10,94% YoY.

Tercatat nilai aset perusahaan mencapai Rp 23,25 triliun, terdiri dari aset lancar sebesar Rp 3,61 triliun dan aset tidak lancar senilai Rp 26,64 triliun.

Perusahaan memiliki nilai liabilitas sebesar Rp 18,57 triliun, dengan liabilitas jangka pendek Rp 7,11 triliun dan jangka panjang senilai Rp 11,43 triliun. Nilai ekuitas perusahaan mencapai Rp 13,68 triliun.


(hps/hps) Next Article Setelah BUKA, IPO Mitratel Bakal yang Terbesar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular