²©²ÊÍøÕ¾

Awas Nyangkut! 19 Saham Bank Mini 'Ngamuk' Berjamaah

Aldo Fernando, ²©²ÊÍøÕ¾
08 November 2021 10:14
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021).  Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (²©²ÊÍøÕ¾/Andrean Kristianto)
Foto: Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021). Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (²©²ÊÍøÕ¾/Andrean Kristianto)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Saham emiten bank mini atau KBMI (kelompok bank modal inti) I, termasuk bank yang ingin go digital, melesat pada awal perdagangan Senin (8/11/2021).

Sentimen terbaru pendorong saham bank mini adalah kabar dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bahwa seluruh pemilik bank mini telah berkomitmen untuk memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan otoritas untuk memenuhi modal minimum Rp 2 triliun hingga Desember tahun ini.

Berikut ini kenaikan saham bank mini, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.51 WIB.

  1. Bank Bumi Arta (BNBA), saham +22,60%, ke Rp 2.550/saham

  2. Bank Victoria International (BVIC), +20,00%, ke Rp 174/saham

  3. Bank Ganesha (BGTG), +15,90%, ke Rp 226/saham

  4. Bank Jtrust Indonesia (BCIC), +15,62%, ke Rp 296/saham

  5. Bank MNC Internasional (BABP), +10,19%, ke Rp 238/saham

  6. Bank Maspion Indonesia (BMAS), +8,63%, ke Rp 1.510/saham

  7. Allo Bank Indonesia (BBHI), +6,88%, ke Rp 7.375/saham

  8. Bank Artha Graha Internasional (INPC), +6,52%, ke Rp 147/saham

  9. Bank QNB Indonesia (BKSW), +5,98%, ke Rp 195/saham

  10. Bank Oke Indonesia (DNAR), +5,56%, ke Rp 266/saham

  11. Bank Neo Commerce (BBYB), +3,78%, ke Rp 1.510/saham

  12. Bank Aladin Syariah (BANK), +3,70%, ke Rp 2.520/saham

  13. Bank Amar Indonesia (AMAR), +3,40%, ke Rp 304/saham

  14. Bank Jago (ARTO), +3,29%, ke Rp 15.675/saham

  15. Bank Capital Indonesia (BACA), +1,94%, ke Rp 316/saham

  16. Bank IBK Indonesia (AGRS), +1,52%, ke Rp 200/saham

  17. BPD Banten (BEKS), +1,37%, ke Rp 74/saham

  18. Bank Mestika Dharma (BBMD), +0,94%, ke Rp 2.150/saham

  19. BRI Agroniaga (AGRO), +0,49%, ke Rp 2.070/saham

Menurut data di atas, dari 19 saham bank mini yang melesat, saham BNBA mencatakan kenaikan tertinggi, sebesar 22,60% ke Rp 2.550/saham, melanjutkan lonjakan tinggi dalam 2 hari terakhir.

Dalam sepekan saham BNBA melonjak 59,75% dan dalam sebulan melambung 92,54%.

Kabar teranyar BNBA berencana Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) I atau rights issue pertamanya.

Berdasarkan prospektus awal tertanggal 16 September, manajemen BNBA menyatakan perusahaan akan menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 750.000.000 saham atau 32,47% dari modal disetor perseroan pada saat pengumuman RUPSLB yang dilakukan.

Aksi korporasi tersebut sudah mendapatkan persetujuan para pemegang saham lewat Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang diselenggarakan pada Senin (25/10) lalu.

Tujuan pelaksanaan PMHMETD I BNBA adalah untuk memenuhi modal inti minimum untuk tahun 2021 yang diatur dalam POJK 12/2020, sehingga modal inti perseroan akan menjadi minimum sebesar Rp 2 triliun.

Di posisi kedua, ada saham BVIC yang melejit 20,00% ke Rp 174/saham, setelah naik 6,62% pada Jumat pekan lalu. Dalam seminggu, saham BVIC terkerek naik 36,50% dan dalam sebulan melesat 36,50%.

Ketiga, saham BGTG yang mencuat 15,90% ke Rp 226/saham. Dengan ini, saham BGTG sudah mencatatkan reli kenaikan selama 4 hari beruntun. Praktis, dalam seminggu saham ini melejit 20,21%, sedangkan dalam sebulan terdongkrak 18,37%.

Di bawah saham BGTG, ada saham BCIC yang melesat 15,62%, melanjutkan tren kenaikan dalam 3 hari terakhir. Dalam sepekan saham BCIC 'terbang' 107,14% dan dalam sebulan melonjak 71,60%. Akan tetapi, sejak awal tahun (year to date/ytd) saham ini masih anjlok 58,57%.

Sebelumnya, kenaikan saham bank mini di bursa dikerek oleh sentimen soal narasi bank digital dan ketentuan pemenuhan modal inti oleh regulator.

Adapun, pada akhir Oktober lalu OJK telah meluncurkan cetak biru transformasi digital perbankan dalam upaya mempercepat transformasi digital pada industri perbankan nasional.

Memang, tahun 2021 menjadi momentum yang menjanjikan bagi bank digital seiring dengan tren digitalisasi dan ramainya akuisisi sejumlah investor global untuk masuk ke bank digital.

Bukan hanya investor perbankan, investor korporasi non-bank, konglomerat hingga perusahaan rintisan alias startup berlomba-lomba masuk berinvestasi ke bank digital.

Tren ini pun sejalan dengan rencana dari regulator soal mengkonsolidasikan industri perbankan agar lebih kuat dari sisi permodalan.

Semua Bank Mini Berkomitmen Tambah Modal Tahun Ini

Kabar teranyar, OJK menyebutkan seluruh pemilik bank mini alias bank dengan modal inti (tier 1) di bawah Rp 2 triliun telah berkomitmen untuk memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan otoritas untuk memenuhi modal minimum Rp 2 triliun hingga akhir tahun ini.

Akhir 2021 ini memang OJK mengharuskan bank untuk memiliki modal minimal Rp 2 triliun jika tak mau turun kasta menjadi BPR alias Bank Perkreditan Rakyat.

Untuk tahun depan, modal minimal mencapai Rp 3 triliun sebagaimana termaktub dalam Peraturan OJK (POJK) Nomor 12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum.

Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III OJK Slamet Edy Purnomo mengatakan hingga saat ini OJK masih menunggu realisasi dari perbankan ini untuk memenuhi ketentuan modalnya ini.

"Semua komitmen bisa penuhi modal Rp 2 triliun, tinggal nunggu realisasinya," kata Slamet dalam pesannya kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Jumat (5/11/2021).

Sesuai ketentuan POJK Nomor 12 itu, maka apabila modal inti minimum tersebut tak dapat dicapai oleh bank, maka bank tersebut berpotensi didegradasi oleh OJK menjadi BPR yang tentunya bisnisnya lebih terbatas dibandingkan dengan perbankan konvensional.

Menurut catatan ²©²ÊÍøÕ¾, setidaknya masih terdapat 11 bank yang saat ini belum memenuhi ketentuan permodalan minimal ini. Untuk menyebut beberapa, ada Bank Ina, Bank Ganesha, Bank Capital Indonesia, Bank MNC Internasional, dan Bank Aladin Syariah.

TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA


(adf/adf) Next Article JP Morgan: Ekosistem Jadi Kunci Pertumbuhan Bank Digital

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular