
DPR Resah, Mulai Wanti-wanti Insider Trading di IPO Mitratel

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Komisi VI DPR RI meminta manajemen PT Dayamitra Telekomunikasi alias Mitratel, anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) memastikan tidak adanya insider trading (perdagangan orang dalam) dalam proses penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO).
Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Gerindra Hendrik Lewerissa mengatakan untuk menghindari adanya insider trading ini, perusahaan harus memastikan bahwa informasi yang diberikan kepada seluruh pihak, termasuk publik sama rata.
"Setiap kali melakukan IPO oleh BUMN yang menjadi kegelisahan dan kekhawatiran saya adalah terkait dengan isu insider trading," kata Hendrik dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (10/11/2021).
Menurut dia, adanya informasi material yang 'bocor' lebih dahulu sebelum sampai ke publik bisa menimbulkan potensi permainan pasar ini.
"Pertanyaan saya apa langkah korporasi yang paling efektif kalau dalam aksi korporasi untuk memastikan tidak akan ada insider trading?" lanjut dia.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko mengatakan pihaknya telah memastikan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance/GCG) telah diterapkan oleh perusahaan.
Dalam melaksanakan IPO ini, perusahaan juga menaati ketentuan bursa dan menjamin tidak isu insider trading ini.
"Sejauh mana kami menjamin tidak terjadi insider trading? Kami taati bahkan kami sudah tanda tangani pakta integritas untuk tidak membocorkan hal tersebut karena ada UU yang mengatur," terang dia di kesempatan yang sama.
Untuk diketahui, perusahaan saat ini sedang menunggu diberikannya pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bisa didapatkan pada 12 November, sehingga perusahaan menargetkan akan melakukan masa penawaran umum 16-18 November 2021.
Saham Mitratel ditawarkan dengan harga Rp 775-Rp 975/saham dengan jumlah yang ditawarkan sebanyak-banyak 25.540.000.000 saham atau setara dengan 29,85%.
Dalam kesempatan itu, Dirut Telkom Ririek Adriansyah menjelaskan, dana yang didapat perusahaan dari IPO ini akan digunakan untuk belanja modal (capital expenditure/capex) organik perusahaan untuk pembangunan menara telekomunikasi baru maupun anorganik dengan mengakuisisi, termasuk milik PT Telkomsel. Lainnya adalah untuk memenuhi kebutuhan modal kerja perusahaan.
Namun Ririek enggan membeberkan harga penetapan IPO dengan para penjamin emisi.
"Angka persisnya nantinya ini masih proses [harga IPO], ada literasi yang dilakukan menyesuaikan aturan yang ada, tapi 29,8% ini angka maksimum," imbuh dia.
"Total yang diharapkan adalah Rp 15 triliun sampai Rp 24 triliun dan ini semua akan masuk kepada Mitratel."
²©²ÊÍøÕ¾ sudah memberitakan sebelumnya bahwa berdasarkan sumber pasar, harga penawaran saham Mitratel telah ditetapkan di Rp 800/saham. Penetapan ini setelah dilakukan penawaran awal (book building) yang pada 26 Oktober-4 November 2021 lalu.
Dengan demikian, dengan melepas 25.540.000.000 saham atau sebanyak-banyaknya 29,85% dari modal yang ditempatkan dan disetor perusahaan setelah penawaran umum, maka perusahaan akan mendapatkan dana senilai Rp 20,43 triliun.
(tas/tas) Next Article Bak Analis Saham di Bursa, DPR Soroti Valuasi IPO Mitratel!
