²©²ÊÍøÕ¾

Booming Properti Virtual di Metaverse, Investor Kok Doyan?

Feri Sandria, ²©²ÊÍøÕ¾
01 December 2021 16:15
metaverse
Foto: Decentraland

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Saat ini semakin banyak perusahaan investasi yang mengakuisisi lahan digitalÌýdiÌýmetaverse, tempat para pemain mensimulasikan kehidupan nyata, mulai dari berbelanja hingga menghadiri konser.

Para investor kini bertaruh bahwa individu dan perusahaan akan menghabiskan uang untuk menggunakan rumah virtual dan ruang ritel sembari berharap nilai properti akan meningkat karena lebih banyak orang bergabung dengan dunia digital ini.

Meski terkesan utopis, transaksi untuk properti di ranah digital yang terus melonjak dari hari ke hari ini tetap mengikuti prinsip yang sama di dunia nyata: pemilihan lokasi strategis.

Minat investor pada real estat virtual mendapat dorongan tambahan ketika bulan lalu Facebook secara resmi mengganti namanya menjadi Meta Platform Inc. dan mengatakan akan fokus pada dunia online, yang biasa disebut metaverse.

Pasar global untuk barang dan jasa di metaverse diperkirakan akan segera menyentuh US$ 1 triliun, menurut investor mata uang digital Grayscale.

Hal tersebut bukan tanpa alasan, sebelumnya sejumlah perhelatan besar seperti konser musik telah berhasil dilaksanakan di metaverse.

Bulan ini Justin Bieber melaksanakan konser, bukan di arena musik atau stadion seperti pada umumnya melainkan di dunia digital. Sebelumnya musisi top dunia lain seperti Ariana Grande, the Weeknd dan Travis Scott, juga telah melakukan konser di metaverse, yang menawarkan pengalaman empat dimensi yang memukau.

Selain para fans dari seluruh dunia yang menyaksikan penyanyi favorit mereka melantunkan lagu-lagu hitsnya, Investor juga ikut memperhatikan dan mempersiapkan diri ketika ledakan tanah digital terjadi. Sembari mengambil alih tempat konser, pusat perbelanjaan, dan properti digital lainnya di metaverse.

Metaverse terdiri dari beberapa ranah digital. Masing-masing seperti kota virtual 3-D tempat avatar - representasi diri di dunia maya - hidup, bekerja, dan bermain. Pemain video game populer seperti Fortnite, Animal Crossing, dan RobloxÌýmungkin telah familiar dengan konsep ini.

Para ahli teknologi yang mengembangkan dan diuntungkan dari metaverse percaya bahwa dunia digital tersebut akan tumbuh menjadi ekonomi yang berfungsi penuh dalam beberapa tahun mendatang dan menawarkan pengalaman digital sinkron yang akan diintegrasikan ke dalam kehidupan kita seperti halnya email dan jejaring sosial yang sudah menyatu dengan kehidupan sehari-hari saat ini.

Alat tukarÌýdi dunia digital akan menggunakan aset kripto, karena sistem keuangan di metaverse didukung oleh blockchain yang menghilangkan kebutuhan akan pihak ketiga, seperti bank. Siapa pun yang memasuki dunia virtual dapat membeli atau memperdagangkan seni, musik, dan bahkan rumah sebagai token yang tidak dapat dipertukarkan (NFT), yang merupakan koleksi berbasis blockchain dan menjadi representasi digital dari barang-barang dunia nyata. NFT berfungsi sebagai bukti kepemilikan digital.

Dan dalam beberapa bulan terakhir, volume transaksi untuk real estat komersial di metaverse telah meningkat.

Pada bulan Oktober, Tokens.com, sebuah perusahaan teknologi blockchain yang berfokus pada NFT dan real estat metaverse, mengakuisisi 50 persen Metaverse Group, salah satu perusahaan real estat virtual pertama di dunia, dengan harga sekitar US$ 1,7 juta. Metaverse Group berbasis di Toronto tetapi memiliki kantor pusat virtual di dunia bernama Decentraland di Crypto Valley, yang merupakan imitasi metaverse untuk Silicon Valley. Decentraland juga memiliki distrik untuk perjudian, belanja, mode, dan seni.

Sejak akuisisi tersebut, Louis Vuitton, Gucci, Burberry, dan merek mewah lainnya telah ikut memasuki metaverse melalui NFT, sebuah langkah yang membuat eksekutif perusahaan optimis bahwa menara Tokens.com akan segera menghasilkan pendapatan dari sewa dan iklan.

Bagi mereka yang bertanya-tanya mengapa sebuah perusahaan ingin berinvestasi di kantor virtual di metaverse, Michael Gord, salah satu pendiri Metaverse Group, dilansir The New York Times mengatakan orang yang skeptis harus melihat tren yang dipicu oleh pandemi.

Rekor Akuisisi Lahan

Minat akan lahan di metaverse mencapai puncak baru pada hari Selasa (30/11) lalu, ketika Republic Realm, sebuah perusahaan yang mengembangkan real estate di metaverse, mengatakan mereka membayar US$ 4,3 juta atau setara dengan Rp 61,50 miliar (kurs Rp 14.300/US$) untuk tanah di dunia Sandbox. ÌýIni merupakan penjualan real-estate virtual terbesar yang dipublikasikan hingga saat ini, menurut perusahaan dan data dari situs web NonFungible.com, yang melacak penjualan tanah digital.

Republic Realm membeli tanah digital dari perusahaan videogame Atari SA dan kedua perusahaan tersebut mengatakan mereka berencana untuk bermitra dalam pengembangan beberapa properti.

Akuisisi itu memecahkan rekor baju terjadi pekan lalu ketika Tokens.com mengatakan membayar sekitar US$ 2,5 juta (Rp 35,75 miliar) untuk tanah di distrik mode di dunia Decentraland.

Meski memiliki prospek yang menjanjikan, investor juga perlu memahami risiko yang mungkin timbul dari investasi di metaverse.

Investasi lahan dan properti di metaverse bisa sangat berisiko, tidak seperti real dunia nyata, yang dapat dipertahankan bahkan selama penurunan pasar. Nilai properti virtual bisa turun ke nol jika dunia tempat mereka berada ketinggalan jaman dan orang-orang berhenti mengunjunginya.

KarenaÌýinvestasi real estat di metaverse masih sangat spekulatif, tidak ada yang tahu pasti apakah ledakan properti di metaverse ini adalah hal besar berikutnya atau hanya bubble yang sudah menunggu untuk pecah.

Harga juga dapat terbanting oleh volatilitas aset kripto, karena ekonomi dunia digital tersebut ditopang oleh jenis mata uang kripto yang digunakan untuk melakukan transaksi.

Saat ini hanya ada segelintir ranah digital di mana investor dapat membeli dan menjual aset real estat, dan semuanya menggunakan mata uang kripto mereka sendiri. Decentraland yang menggunakan mata uang kripto MANA, misalnya.

Republic Realm yang memegang rekor pembelian lahan saat ini, mencoba mengurangi risiko dengan membeli tanah di sejumlah dunia maya yang berbeda, kata salah satu pendiri Janine Yorio, dilansir Wall Street Journal.

Perusahaan mengatakan menjalankan dua kendaraan investasi dunia nyata yang berfokus pada real estat virtual dan memiliki sekitar 2.500 bidang tanah digital di 19 dunia. Yorio mengatakan bahwa dia menghabiskan satu dekade sebagai eksekutif investasi real estat, pertama di NorthStar Realty Finance Corp. dan kemudian di Standard Hotels, sebelum beralih ke industri teknologi keuangan.

Perusahaan membeli tanah langsung dari pencipta dunia, atau dari pihak ketiga melalui penawaran publik atau kesepakatan di luar pasar, kata Ms. Yorio. Dalam beberapa kasus, ia memutuskan untuk hanya duduk di tanah kosong dan menunggu sampai nilai aset tersebut naik. Di tempat lain, perusahaannya membayar seorang arsitek untuk merancang rumah atau mal virtual dan pengembang game untuk membangunnya.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular