
Ini Kabar Baik dari China, Bikin RI Bisa Happy

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - China mengalihkan fokusnya kembali untuk menjaga pertumbuhan stabil karena serangkaian kebijakan untuk mengekang utang dan spekulasi telah memicu perlambatan ekonomi yang tajam, terutama di pasar properti.
"Memastikan stabilitas adalah prioritas utama bagi perekonomian tahun depan," kata para pemimpin dalam sebuah pernyataan setelah konferensi ekonomi tiga hari tertutup, yang dihadiri oleh Presiden China Xi Jinping.
Pemerintah China akan menjaga pertumbuhan pada "kisaran yang wajar" pada tahun 2022, menurut pernyataan yang dikeluarkan setelah Konferensi Kerja Ekonomi Pusat tahunan yang berakhir Jumat.
Para pemimpin China biasanya menetapkan prioritas ekonomi penting untuk tahun berikutnya di konferensi, tetapi tidak merilis perincian target seperti pertumbuhan dan inflasi hingga sesi legislatif pada bulan Maret.
Setelah memfokuskan sebagian besar kebijakannya tahun ini untuk mencoba mengendalikan utang dan perilaku spekulatif, Beijing dalam beberapa pekan terakhir mengeluarkan serangkaian tindakan, termasuk pemotongan jumlah uang tunai yang harus disimpan bank sebagai cadangan awal pekan ini dan beberapa pelonggaran kebijakan sektor properti, demi menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi.
Pergeseran kebijakan itu terjadi menjelang Olimpiade Musim Dingin Februari di Beijing serta kongres partai Maret tahun depan.
Pemotongan rasio persyaratan cadangan uang perbankan terjadi beberapa minggu setelah Bank Rakyat China mengindikasikan akan menahan diri untuk mengambil langkah tersebut
China akan terus menerapkan kebijakan moneter 'bijaksana' sambil memberlakukan kebijakan fiskal yang lebih aktif, menurut pernyataan yang diterbitkan oleh kantor berita resmi Xinhua.
Pemerintah akan memperkenalkan keringanan pajak baru dan pemotongan biaya untuk bisnis di negara itu dan menopang investasi infrastruktur tahun depan, katanya. Pemerintah akan mendukung permintaan yang wajar dari pembeli rumah dan mempercepat pembangunan perumahan yang terjangkau, sambil terus bersikeras bahwa "perumahan adalah untuk hidup, bukan spekulasi."
Meskipun rebound kuat dari pandemi pada tahun 2020, ekonomi China melemah dengan cepat selama kuartal ketiga, terpukul oleh pertumbuhan konsumsi yang lemah, wabah Covid-19 sporadis, krisis listrik nasional dan, yang terbaru, penurunan drastis di sektor properti yang diperparah oleh krisis utang pengembang seperti China Evergrande Group.
Banyak ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi China akan turun menjadi sekitar 4,5%-5,5% pada tahun 2022, dibandingkan dengan sekitar 8% tahun ini.
Kondisi tersebut dinilai oleh para ekonom global bahwa China bakal mengalami stagflasi. Ekonomi yang melambat tetapi inflasi tinggi ini diperkirakan akan menjadi 'mimpi buruk' bagi China, karena pelaku ekonomi harus membayar mahal demi pertumbuhan ekonomi yang biasa saja.
