
Lelang SBSN Perdana di Tahun 2022 Laku Keras, Capai Rp 55 T

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pemerintah melalui Direktorat Jendral Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan melakukan lelang surat berharga syariah negara (SBSN) atau Sukuk Negara pada Selasa (11/1/2022) hari ini.
Surat berharga yang dilelang kali ini meliputi seri SPN-S 12072022 (new issuance), PBS031 (reopening), PBS032 (reopening), PBS029 (reopening), PBS034 (new issuance) dan PBS028 (reopening) melalui sistem lelang Bank Indonesia.
Nilai nominal SBSN yang dimenangkan pemerintah dalam lelang hari ini sebesar Rp 11 triliun, atau sesuai dengan target indikatif yang ditetapkan pemerintah sebelumnya.
Dalam proses lelang tersebut, incoming bids yang masuk mengalami kenaikan menjadi Rp 55,3 triliun, dari lelang sebelumnya yang digelar pada tanggal 2 November 2021 lalu mencapai Rp 48,7 triliun.
![]() Hasil Lelang SBSN 11 Januari 2022 |
SBSN dengan seri terbaru, yakni SPN-S 12072022 bertenor 6 bulan menjadi seri yang paling besar menerima penawaran (incoming bids) dibanding dengan seri lainnya, dengan proporsi sekitar 39% dari total incoming bids pada lelang hari ini.
Sementara dari seri yang paling banyak dimenangkan, SBSN dengan seri PBS032 berjatuh tempo 5 tahun menjadi SBSN yang paling banyak dimenangkan pada lelang kali ini, yakni mencapai Rp 4,4 triliun.
Hal ini membuktikan bahwa minat investor yang cukup besar tak hanya di lelang Surat Utang Negara (SUN) saja, tetapi juga terjadi di lelang SBSN.
Antusiasme investor pada lelang SBSN hari ini cukup besar, di mana pada lelang SBSN hari ini merupakan lelang perdana SBSN di tahun 2022, setelah sebelumnya pelelangan SBSN tahun 2021 resmi berakhir pada awal November 2021.
Naiknya minat investor saat ini terjadi di tengah naiknya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah global maupun dalam negeri. Jika yield naik, investor cenderung melepas kepemilikannya.
Kenaikan yield obligasi pemerintah global dan dalam negeri terjadi karena optimisme pasar terhadap pemulihan ekonomi global, meski saat ini dunia juga sedang menghadapi kembali kasus virus corona (Covid-19) yang melonjak akibat penyebaran varian Omicron.
Tetapi, mereka cenderung tidak terlalu menghiraukan sentimen dari Omicron tersebut dan cenderung masih optimis.
Di lain sisi, adanya potensi pengetatan kebijakan moneter bank sentral di beberapa negara maju, salah satunya yakni bank sentral Amerika Serikat (AS) juga mendorong naiknya yield obligasi pemerintah AS (Treasury) dalam beberapa hari terakhir.
Kini, yield Treasury bertenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar obligasi pemerintah AS sudah berada di kisaran level 1,7%. Bahkan, yield Treasury bertenor 10 tahun sempat nyaris menyentuh level 1,8% pada Senin kemarin waktu AS.
Pekan lalu, notula rapat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) edisi Desember 2021 menunjukkan bahwa para pejabat The Fed siap untuk secara agresif mengetatkan kebijakan moneternya. The Fed berencana untuk menaikan suku bunga acuan dan mengecilkan neracanya.
Hal ini pun langsung direspons oleh pasar, di mana data kontrak CME FedWatch yang terbaru menunjukkan The Fed kemungkinan akan menaikkan suku bunga acuan pertama kali di bulan Maret 2022 dengan probabilitas lebih dari 60%.
Angka tersebut lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya di November dan Desember tahun lalu ketika pelaku pasar memprediksi kenaikan suku bunga pertama kali bakal dilakukan di bulan Juni 2022.
Sementara itu di dalam negeri, yield SBN masih cenderung wajar meski dalam beberapa hari terakhir mengalami kenaikan yield.
Yield SBN bertenor 10 tahun yang menjadi acuan obligasi pemerintah RI saat ini berada di kisaran level 6,5%, masih lebih baik dari periode awal tahun lalu tepatnya Maret 2021 di kisaran 6,7% atau nyaris menyentuh 7%.
Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan rencana kebutuhan pembiayaan tahun 2022, melonjaknya minat investor, dan masih wajarnya yield SBN di pasar sekunder, maka pemerintah memutuskan untuk tetap menerima hasil lelang SBSN hari ini.
Adapun hasil lelang pada hari ini adalah sebagai berikut
![]() Hasil Lelang SBSN 11 Januari 2022 |
(chd) Next Article Demand Investor Lelang SBSN Naik Tipis, Tembus Rp 52,5 T
