
Korupsi Sewa ATR Garuda, Erick Beri Sinyal Ada Korupsi Lain!
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Para penegak hukum tengah menyelidiki kasus dugaan korupsi pengadaan pesawat ART 72-600 di PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Tidak menutup kemungkinan, ada indikasi korupsi pengadaan pesawat jenis lain.
Salah satunya, pesawat Bombardier CRJ 1000. Garuda Indonesia mengadakan perjanjian sewa pesawat jenis ini dari Nordic Aviation Capital (NAC) medio 2011.
Namun, maskapai penerbangan pelat merah ini mengakhiri kontrak lebih cepat, di awal tahun lalu dari yang seharusnya berakhir pada 2027. Pengakhiran kontrak dilakukan dengan pengembalian 12 dari 18 armada pesawat Bombardier tipe CRJ 1000.
"Kalau ditanya apakah ada jenis pesawat lain? Kemungkinan ada. Dulu sempat diselidiki mengenai pengadaan Airbus dan mesin Rolls-Royce itu. Kemarin sempat bicara soal Bombardier, tapi biarkan saja pihak kejaksaan dan penegak hukum yang bisa menelusuri," tutur Menteri BUMN Erick Thohir, Rabu (12/1/2022).
Cuma memang, dugaan yang dilaporkan saat ini masih pada pengadaan ATR 72-600. Sama seperti kasus Jiwasraya, ketika dilaporkan pada pihak kejaksaan tentu dengan data dan fakta yaitu hasil audit. Jadi, yang Erick berikan saat ini adalah hasil audit ATR 72-600.
Yang terang, pengusutan dugaan tindak pidana korupsi di PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) sepertinya tidak akan berhenti di pengadaan pesawat ATR 72-600. Sinyal ini muncul setelah Erick Thohir memberikan gambaran kondisi industri penerbangan di dalam negeri.
Biaya sewa pesawat di Indonesia, dalam hal ini Garuda Indonesia, sekitar 28% dari pendapatan. Angka ini menarik menurut Erick. Sebab, rata-rata biaya sewa pesawat maskapai di negara lain hanya sekitar 8%.
"Berarti ada selisih 20%. Kita lihat kenapa ini kemahalan. Apakah karena di dalam pesawat tempat duduk dan dapurnya lebih bagus? Tapi, kan, tidak bisa menyeluruh dikategorikan seperti itu," terang Erick.
Yang menarik, lanjut Erick, setelah audit investigasi, rupanya ditemukan proses bisnis dan pengadaan pesawat tanpa rencana bisnis yang jelas.
Seharusnya, seperti di Amerika Serikat (AS), banyak yang maskapainya hanya fokus pada penerbangan domestik karena kue rutenya masih sangat besar. Sementara, di Indonesia, pesawat dibeli terlebih dahulu, barulah dibicarakan soal rute.
Indonesia juga memiliki kue portofolio yang tidak kalah besar. Namun, yang membedakan adalah, Indonesia merupakan negara kepulauan. "Karena itu, kue penerbangan domestik jadi hal yang sangat penting, apakah cocok, perlu dilihat panjang landasan, daya angkut dan lainnya," imbuh Erick.
Menurut Erick, dari situ terlihat banyak sekali pengadaan pesawat terbang di Garuda Indonesia terindikasi tidak benar. Indikasi ini juga telah melalui audit investigasi.
(dhf/dhf) Next Article Terancam Didelisting Bursa, Bos Garuda Buka Suara!