
Duh! Gara-gara Ekonomi China, Investor di Bursa RI Cemas

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - China berhasil mencatatkan pertumbuhan ekonomi 8,4% year on year (yoy) pada tahun 2021. Biro Statistik China melaporkan Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Panda tumbuh 4% yoy pada kuartal IV-2021.
Ekonomi China tumbuh lebih tinggi dari perkiraan konsensus pada kuartal IV-2021 yang diperkirakan hanya 3,6% yoy. Produksi industri China tercatat naik 4,3% yoy lebih tinggi dari perkiraan pasar di 3,6% yoy pada Desember lalu.
Namun penjualan ritel hanya tumbuh 1,7% yoy pada waktu yang sama, lebih rendah dari perkiraan konsensus di 3,7% yoy.
Salah satu faktor yang membebani pertumbuhan ekonomi China sebenarnya datang dari sisi kebijakan pemerintahnya.
Untuk saat ini kebijakan yang diterapkan adalah zero Covid-19 case. Artinya pemerintah China tak akan segan untuk menarik rem darurat jika kasus Covid-19 ditemukan.
Di sisi lain perlambatan yang terjadi di sektor properti yang menyumbang seperempat dari total PDB nasional.
Kasus gagal bayar obligasi pengembang properti China seperti Evergrande menjadi salah satu sorotan pasar keuangan global.
Sebagai negara destinasi ekspor dan investor Indonesia. Perlambatan ekonomi China akan berdampak pada perlambatan ekonomi RI.
Bagi pasar keuangan terutama untuk aset berisiko seperti saham, perlambatan ekonomi China dan Indonesia bukan kabar baik. Sebab ketika ekonomi melambat produksi dan penjualan juga ikut turun.
Akibatnya kinerja keuangan emiten yang ada di bursa juga ikut terdampak. Apalagi emiten-emiten yang memiliki eksposur besar terhadap pasar China seperti komoditas batu bara dan juga CPO.
Perlambatan ekonomi China dan Indonesia akan menyebabkan ekspektasi terhadap pertumbuhan laba emiten (earning per share/EPS) juga menurun. Tentu saja perlambatan EPS juga akan mempengaruhi valuasi atau target dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Namun biasanya pasar keuangan akan bergerak terlebih dahulu ketimbang rilis data ekonomi yang cenderung lagging.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(trp/trp) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000