²©²ÊÍøÕ¾

Perkuat ESG, Lippo Perusahaan RI Pertama Teken WEF SCM

Khoirul Anam, ²©²ÊÍøÕ¾
08 February 2022 13:42
John Riady
Foto: Dok Lippo

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Lippo Group menandatangani World Economic Forum (WEF) Stakeholder Capitalism Metrics (SCM) bersama dengan lebih dari 100 perusahaan internasional. Hal ini bertujuan menerapkan prinsip environmental, social, dan governance (ESG).

SCM merupakan acuan penerapan prinsip ESG secara global yang sifatnya lintas industri. SCM dirumuskan oleh WEF berkolaborasi dengan perusahaan konsultan dan audit dunia, yaitu Deloitte, EY, KPMG, dan PwC.

Adapun beberapa perusahaan yang berkomitmen pada SCM, di antaranya Dell Technologies, Fidelity International, Mitsubishi Corporation, UBS, Unilever, Siemens AG, Sony Corporation, dan Nestle. Sementara itu, Lippo Group menjadi salah satu perusahaan pertama dari Asia Tenggara yang menandatangani WEF SCM.

Direktur Eksekutif Lippo Group John Riady mengatakan penandatanganan dilakukan pada Desember 2021. Menurutnya, komitmen terhadap SCM adalah hal yang harus diterapkan demi kebaikan bisnis dan lingkungan pendukungnya secara jangka panjang.

John memaparkan, berdasarkan data WEF terkait SCM, saat ini perusahaan-perusahaan besar yang sudah IPO tidak hanya memikirkan kepentingan pemegang saham atau shareholders, namun paradigmanya menjadi stakeholders.

"ESG dan Stakeholder Capitalism menjadi hal yang penting untuk kami semua. Model bisnis ke depan kita harus mencari sebuah solusi. Di satu sisi memperhatikan sustainability, baik untuk lingkungan dan masyarakat, di sisi lain juga profit dan pertumbuhan. Jadi ada kesinambungan dan lingkaran ekosistem bisnis antara purpose dan profit," kata John dalam keterangan tertulis, Selasa (8/2/2022).

"Ini menjadi aspirasi kami di Lippo, dan alasan kami tergerak untuk menjadi perusahaan pertama dari Indonesia yang menandatangani World Economic Forum Stakeholder Capitalism Metrics bersama dengan lebih dari 100 perusahaan internasional kelas dunia lainnya," lanjutnya.

Dia mengungkapkan, tantangan utama di era ini adalah bagaimana pelaku bisnis atau pelaku industri lebih berkelanjutan di masa datang. Oleh karena itu, menurut dia, SCM dari WEF bisa menjadi solusi.

Untuk diketahui, Presiden Joko Widodo menekankan penguatan penerapan ESG di pertemuan WEF yang dihadiri secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, pada 20 Januari 2022. Dia mengapresiasi langkah yang diambil Jokowi.

John menuturkan, sejak Januari 2020 sejumlah ESG metrics yang bersifat universal atau berlaku lintas industri telah diidentifikasi oleh WEF.

"Seiring dengan riset dan pertimbangan matang, melalui konsultasi dengan 200 organisasi global, SCM direduksi menjadi 21 core dan 34 expanded metrics dan dibagi menjadi empat kategori besar yaitu Principle of Governance, Planet, People, dan Prosperity," kata dia.

Empat kategori besar tersebut, menurutnya, sejalan dengan 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dia menyebut, Lippo Group telah mulai memperhatikan penerapan prinsip ESG sejak tiga tahun lalu.

"Jadi ini bukan hal baru bagi kami. Sekarang kami sudah punya sustainability committee yang mendapatkan perhatian dan dukungan yang terbaik dari anggota-anggota direksi. Kami juga ada Head of Sustainability. Harapan kami di tahun-tahun yang akan datang bisa terus lebih matang dan komprehensif," jelas dia.

Dalam topik Governance, sejak tiga tahun lalu Lippo Group telah merombak jajaran top manajemen untuk memperbaiki kinerja dan memperkuat penerapan prinsip ESG.

"Mengenai Planet, kami telah menyediakan begitu banyak area penghijauan, irigasi, dan sistem drainase dengan kualitas terbaik. Bahkan kami juga menggunakan air dari hasil pengolahan yang sangat baik dan air dari sumber terbarukan seperti pemanenan air hujan untuk menghemat air," lanjut dia.

Sedangkan untuk topik People, kata John, Lippo Group mengusung diversity and inclusion. Kemudian untuk equality menurutnya bisa diukur sejauh mana levelnya.

"Kesehatan dan keselamatan bagi pekerja juga memang sudah jadi perhatian kami," kata John menegaskan.

Terakhir, dalam prinsip Prosperity, menurut John, Lippo Group berkontribusi terhadap kesejahteraan pekerja dan bagi ekonomi Indonesia dari investasi-investasi yang ditanamkan.

"Mengenai berapa banyak yang sudah kami realisasikan dari prinsip besar tadi, mungkin 80% sudah kami kerjakan. Tapi sifatnya ini sesuatu yang harus terus diperbaiki dan tetap ditingkatkan lagi," lanjutnya.

Di sisi lain, dia pun menyoroti penerapan prinsip ESG di tataran nasional. Menurutnya hal ini bukan perkara mudah karena perlu waktu untuk sosialisasi sehingga masyarakat khususnya pelaku bisnis paham dan mau mengadopsi prinsip tersebut.

Tantangan utamanya adalah kesadaran, meski kini menurutnya banyak manajemen perusahaan yang sudah memikirkan solusi penerapan ESG. Selain itu, penerapan prinsip tersebut perlu didukung edukasi, sosialisasi, serta regulasi yang kuat dari pemangku kebijakan untuk menciptakan standardisasi yang jelas dan dapat diterapkan secara riil.

Dia mengharapkan penerapan ESG tak sekadar proses administrasi dalam penilaian dan pertanggungjawaban perusahaan.

"Saya pikir banyak orang hatinya sudah di sana. Tinggal bagaimana membekali niat baik itu dengan satu framework, lebih terstruktur, lebih komprehensif. Saya pikir tantangan kedua adalah yang disebut greenwashing. Jangan ujung-ujungnya menjadi satu proses administrasi saja. Jadi niat baiknya hilang, jadi sekedar legal exercise. Pemerintah harus bisa mendorong ini diadopsi dengan riil," pungkasnya.


(rah/rah) Next Article Bayar Utang, Emiten Grup Lippo Rights Issue 3 Miliar Saham

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular