
Gokil! Investor Rugi Rp 1.900 T Akibat Alibaba Longsor

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pengusaha kondang asal China yang namanya sudah tidak asing lagi yaitu Jack Ma sudah semakin jarang muncul di publik. Harga saham perusahaan miliknya Alibaba pun terus ambles.
Semua masalah berawal ketika Jack Ma hadir di forum Bund Summit Shang Hai 24 Oktober 2021. Dalam kesempatan tersebut, Jack Ma diberikan kesempatan untuk menyampaikan pandangannya.
Siapa sangka pidatonya tersebut justru menjadi boomerang bagi pria yang pernah menyandang status sebagai orang paling kaya di Negeri Tirai Bambu.
Ma, begitu media menyebutnya, memberikan kritik pedas terhadap regulator China terutama partai politik yang berkuasa di Beijing siapa lagi kalau bukan Partai Komunis China (PKC).
Mantan guru bahasa Inggris yang kemudian menjadi tech billionaire tersebut mengatakan bahwa regulasi keuangan yang ada sekarang sudah kuno alias ketinggalan zaman.
Lebih lanjut Ia mengatakan regulasi perbankan di China harus diubah karena selama ini memiliki mentalitas pegadaian (pawnshop mentality).
Mentalitas Pegadaian yang dimaksud Jack Ma di sini merujuk kepada bagaimana bank selama ini beroperasi. Ketika bank menyalurkan kredit maka mereka meminta ada jaminan atau kolateral sehingga sewaktu-waktu terjadi defaut, jaminan tersebut dapat disita oleh bank.
Menurutnya mentalitas dan gaya seperti itu membunuh semangat entrepreneurship dan tidak sesuai dengan perkembangan zaman.
Sebagai informasi, Ma memiliki perusahaan yang bergerak di bidang keuangan yakni Ant Group di mana dengan teknologi dan algoritma yang dimiliki, Ma bisa menentukan apakah seseorang layak untuk mendapatkan pendanaan atau pinjaman karena semua transaksi dan uang yang ada di akun keuangan tercatat dengan baik.
Tidak hanya menyebut kebijakan itu sudah kolot, Ma juga menilai orang-orang dibalik industri perbankan adalah 'orang-orang tua' (old man).
Seolah belum puas mengkritisi bagaimana lembaga keuangan seperti bank dijalankan, Ma juga mengkritik pemerintah China di bawah kepemimpinan Xi Jinping dan PKC yang terlalu ikut campur dalam urusan bisnis dan seringkali malah menjadi penghambat perusahaan untuk tumbuh.
Dengan berbagai argumennya, Ma menilai bahwa berbagai aturan yang dibuat pemerintah China cenderung menghambat inovasi yang penting bagi pertumbuhan bisnis dan Ia mengambil kesimpulan bahwa China kekurangan orang-orang yang bisa membuat kebijakan yang selaras dengan semangat pembangunan.
Sebenarnya kritik Jack Ma juga bersumber dari pengalaman kegagalannya untuk membawa anak usahanya yaitu Ant Group yang kala itu masih bernama Ant Financial untuk IPO pada November 2020.
Namun setelah penampilannya di Bund Summit, nasib Jack Ma berubah 180 derajat. Ia yang begitu populer dan wajahnya yang sering 'nongol' di media mendadak hilang bak ditelan bumi.
Banyak spekulasi yang berseliweran kalau Jack Ma telah mendapatkan hukuman dari pemerintah China yang tak suka akan kritik. Hilangnya Jack Ma setelah pidato pedasnya membuat harga saham Alibaba longsor.
Untuk diketahui, saham Alibaba yang diperdagangkan di bursa New York telah ambles 27,8%. Nilai kapitalisasi pasar Alibaba tergerus sebesar US$ 135 miliar dari US$ 479 miliar menjadi US$ 344 miliar pada 9 Februari 2022.
Dengan asumsi kurs rupiah sekarang ini di level Rp 14.350, maka total kerugian yang diderita investor akibat penurunan harga saham Alibaba yang tajam mencapai Rp 1.939 triliun.
Di antara para pemegang sahamnya, ada nama SoftBank Group Corp milik Masayoshi Son yang menggenggam 673,76 juta saham Alibaba Group Holding Ltd atau hampir setara 25% dari total saham outstanding.
Namun sebenarnya harga saham Alibaba Group Holding Ltd sudah ambles sejak Oktober 2020 terutama semenjak Jack Ma menjual kepemilikannya senilai US$ 8,2 miliar di saham tersebut pada Juli 2020.
Akibat penurunan harga saham yang tajam tentu saja kekayaan sang founder juga ikut turun, bahkan Forbes yang biasa merilis daftar orang terkaya di muka bumi juga mencatut nama Jack Ma atas penurunan kekayaannya di tahun 2021.
Itulah tadi kisah singkat bagaimana Jack Ma harus menelan pil pahit akibat kritikannya kepada pemerintah China dan membuat sebagian besar investor menderita kerugian yang fantastis.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(RCI/RCI) Next Article Sempat Menguat di Sesi 1, IHSG Hari Ini Ditutup Melemah