
Kembali Injak Bumi, Harga Batu Bara Turun 0,6%

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Harga batu bara melemah pada perdagangan Kamis (7/4/2022) setelah menjalani rally panjang sejak awal bulan. Pada perdagangan Kamis (7/4/2022), harga batu bara kontrak Mei ditutup di level US$ 287,5/ton, melemah 0,64% dibandingkan hari sebelumnya.
Penurunan harga tersebut mengakhiri tren kenaikan harga batu bara yang sudah berlangsung sejak 1 April 2022 lalu. Dalam sepekan, harga batu bara masih menguat 14,09% tetapi dalam sebulan masih turun 32,67%.
Penurunan harga batu bara terjadi karena komoditas tersebut sudah bergerak terlalu tinggi pekan-pekan sebelumnya. Penurunan juga disebabkan berkurangnya ketidakpastian global akan sanksi larangan impor batu bara Rusia yang akan dilakukan Uni Eropa.
Kemarin, Uni Eropa sepakat untuk memberlakukan impor larangan batu bara dari Rusia. Larangan berlaku penuh mulai pertengahan Agustus, sebulan lebih lambat dari yang diusulkan. Rencana penundaan pelarangan menjadi pertengahan Agustus ini disebutkan karena adanya tekanan dari Jerman untuk menunda kebijakan tersebut.
Semula, Komisi Uni Eropa mengusulkan adanya wind down period yang berlaku selama tiga bulan untuk kontrak yang ada. Ketentuan tersebut memungkinkan Uni Eropa masih bisa mengimpor batu bara Rusia selama 90 hari setelah sanksi resmi dijatuhkan. Namun, karena tekanan Jerman, wind down period ditambah menjadi 140 hari.
Pelarangan impor batu bara Rusia oleh Uni Eropa ini merupakan langkah signifikan dalam bagian paket sanksi kelima terhadap Rusia yang diusulkan Komisi Uni Eropa minggu ini, sebagai reaksi terhadap kekejaman di kota Bucha, Ukraina.
Dengan sanksi yang diperkirakan akan berlaku akhir pekan ini, atau awal minggu depan, setelah dipublikasikan di jurnal resmi UE, perusahaan Rusia akan secara efektif dapat mengekspor batu bara ke UE hingga pertengahan Agustus berdasarkan kontrak yang ada.
"Kita akan menggunakan periode ini. Jika memang bisa berjalan lebih cepat tentu saja itu bagus tetapi kita membutuhkan lebih banyak waktu. Begitu juga perusahaan meskipun mereka kini tengah mencari pemasok baru," tutur Kanselir Jerman Olaf Scholz, seperti dikutip Reuters.
Jerman, Polandia, Italia, dan Belanda adalah negara yang sangat bergantung kepada batu bara Rusia. Asosiasi Importir Batu Bara Jerman (VdKi) mengatakan mereka tengah mencari pasokan batu bara dari negara lain seperti Kolombia, Afrika selatan, Australia, dan Amerika Serikat.
Jerman mengimpor 18 juta ton batu bara energi tinggi (hard coal) dari Rusia tahun lalu, yang setara dengan 2% dari total perdagangan batu bara global.
Namun, Jerman kemungkinan akan membayar batu bara dari pemasok baru dengan harga premium karena ketatnya pasokan dan mahalnya biaya pengiriman.
Analis Rystad Energy mengatakan tidak akan mudah bagi negara-negara Uni Eropa mencari pengganti Rusia. "Mereka akan kesusahan dalam mencari tambahan batu bara dari produsen karena keseimbangan supply-demand dari pasar internasional batu bara untuk batu bara thermal sangat ketat," tutur Rystad Energy, kepada dw.com
Berdasarkan hitungan Morgan Stanley, ekspor batu bara Rusia tahun lalu mencapai 190 juta ton di mana 48 juta ton dikirim ke Eropa. Maret 2022 lalu, negara-negara Eropa mengimpor 7,1 juta ton batu bara thermal, naik 40,5% secara tahunan dan menjadi level tertinggi sejak Maret 2019.
Merujuk Data Badan Energi Internasional (IEA), pada tahun 2020, perdagangan global batu bara thermal mencapai 978 juta ton. Indonesia adalah eksportir terbesar untuk thermal batu bara dengan kontribusi hingga 40%. Australia ada di posisi kedua dengan porsi 20%, disusul kemudian dengan Rusia ( 18%), Afrika Selatan (8%), Kolombia (5%), dan Amerika Serikat (2,55).
Kesulitan pasokan bahkan sudah berdampak ke sejumlah negara. Vietnam dilaporkan sudah menghadapi persoalan pasokan listrik dalam jangka pendek karena kurangnya pasokan batu bara.
Impor batu bara Vietnam dari Rusia pada kuartal I tahun ini turun 31% ke level 804 ribu ton. Namun, secara angka, nilai impornya melonjak 60% menjadi US$ 202,5 juta.
Dalam sepekan terakhir, harga batu bara sudah melonjak 14%. Kenaikan harga batu bara dipicu rencana kebijakan Uni Eropa yang akan melarang 27 negara anggotanya untuk mengimpor batu bara Rusia.
Larangan impor membuat negara-negara Eropa mesti mencari pasokan dari negara lain, seperti Kolombia, Afrika Selatan, Australia, dan Indonesia. Kondisi ini membuat permintaan batu bara akan semakin tinggi dan harganya pun melambung.
"Adanya gangguan pola perdagangan akan membuat harga batu bara semakin melonjak. Ini juga akan menjadi insentif bagi China dan India untuk menambah produksi," tutur Alex Stuart-Grumbar, analis dari konsultan perusahaan perkapalan MSI, seperti dikutip Reuters.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾Â INDONESIA
(mae/mae) Next Article Waduh! Harga Batu Bara Anjlok ke Level Sebelum Perang Ukraina