
Ini Bukti Harga CPO Ternyata Gak Bawa Berkah Buat Emiten?

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Tahun 2022 merupakan tahun yang sangat bullish bagi sektor kelapa sawit. Harga CPO (Crude Palm Oil) telah melonjak 57,59% secara year-to-date.
Meski begitu, kenaikan harga CPO belum dapat menyelamatkan kinerja emiten sektor perkebunan, misalnya saja duo emiten Grup Salim yakni PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP).Â
Per hari ini, harga CPO berhasil membukukan kenaikan 2,42% secara mingguan dan 57,59% secara tahunan, meski masih anjlok 3,63% secara bulanan.
Bahkan, Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOC) telah memprediksikan harga CPO akan stabil antara MYR 6.500-6.800/ton hingga akhir Juli, namun turun ke MYR 6.300-6.500/ton hingga September.
Hal tersebut terjadi karena permintaan terhadap minyak kelapa sawit akan tetap tinggi pada tahun ini disebabkan oleh ketergantungan minyak sawit global karena volatilitas harga minyak mentah dunia dipicu ketegangan geopolitik antara Rusia-Ukraina.
Minyak kelapa sawit sering digunakan sebagai alternatif minyak mentah, sehingga ketika harga minyak mentah dunia melonjak, CPO semakin diminati karena harga yang lebih murah.
Selain itu, produsen kedua terbesar CPO yakni Malaysia, sedang dilanda krisis tenaga kerja asing. Malaysia kekurangan sebanyak 100.000 pekerja dan tentunya akan berdampak pada menurunnya produksi CPO Malaysia.
Prediksi terhadap permintaan CPO yang kuat dan produksi CPO Malaysia yang menurun, membuat harga CPO akan tetap stabil di atas MYR 6.000-an tahun ini.
Meski harga CPOÂ melonjak sejak awal tahun, namun dua perusahaan produsen CPO Indonesia yang terafiliasi dengan Grup Salim telah mencatatkan penurunan penjualan pada kuartal I-2022.
PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) penjualannya turun 36% dari Rp 1.196 miliar ke Rp 765 miliar dan penjualan PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) merosot 14% dari Rp 4.699 miliar ke Rp 4.041 miliar di kuartal I-2022.
Kode Ticker | Penjualan Q12021 | Penjualan Q12022 | Perubahan Penjualan yoy (%) |
LSIP | Rp 1.196 M | Rp 765 M | -36% |
SIMP | Rp 4.699 M | Rp 4.041 M | -14% |
Lantas, apa sebenarnya pemicu dari penurunannya?
Krisis cuaca dan adanya kegiatan untuk menanam kembali lahan perkebunan sawit, berdampak buruk terhadap produksi duo emiten LISP dan SIMP.
LSIP melaporkan adanya penurunan pada produksi Tandan Buah Segar (TBS) di kuartal pertama tahun ini sebanyak 29% menjadi hanya 226.000 ton, sedangkan SIMP melaporkan penurunan 14% menjadi 589.000 ton.
Penurunan pada produksi TBS juga memicu penurunan pada produksi CPO secara keseluruhan, di mana LSIP mengalami penurunan pada produksi CPO sebanyak 39% menjadi 53.000 ton saja dan SIMP anjlok 18% menjadi 142 ribu ton.Â
"Grup SIMP mencatat penjualan sebesar Rp 4,04 triliun, turun 14% yoy terutama karena turunnya volume penjualan produk sawit dan produk Minyak & Lemak Nabati (EOF) walaupun terdapat kenaikan harga jual rata-rata produk sawit dan produk EOF," tulis manajemen SIMP.
Sementara Lonsum (LSIP) mencatat penjualan sebesar Rp765 miliar, turun 36% yoy terutama karena penurunan volume penjualan produk sawit walaupun terdapat kenaikan harga jual rata-rata (ASP) produk sawit.
Harga CPOÂ dunia yang melonjak, nyatanya belum dapat memberikan manfaat untuk dua emiten Grup Salim tersebut. Lantaran cuaca yang kurang mendukung ikut menekan produksi CPOÂ dan penjualannya pada kuartal pertama tahun ini.
Meski demikian, dari sisi bottom line, Lonsum berhasil membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk meningkat mesti tipis, yakni naik 2% yoy menjadi Rp 305 miliar terutama seiring kenaikan laba kotor dan penurunan beban operasi yang sebagian diimbangi oleh kenaikan beban operasi lain-net.
Sedangkan, untuk SIMPÂ laba bersihnya naik lebih tinggi. SIMPÂ mencatat laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 181% yoy menjadi Rp 297 miliar, terutama berasal dari naiknya laba usaha dan penurunan beban keuangan yang sebagian diimbangi oleh kenaikan beban pajak penghasilan.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾Â INDONESIA
(aaf/vap) Next Article Berkah CPO, Laba Bersih Duo Grup Salim SIMP dan LSIP Melesat