²©²ÊÍøÕ¾

Usul Bentuk Indeks, RI Ketiban 'Durian Runtuh' Dari Batu Bara

Verda Nano Setiawan, ²©²ÊÍøÕ¾
08 June 2022 10:05
Tambang batu bara PT Adaro Indonesia
Foto: Adaro Energy

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Indonesia bisa memperoleh 'durian runtuh'. Hal ini apabila Indonesia bisa mengambil momentum dari tingginya harga batu bara dengan cara membentuk indeks harga batu bara sendiri.

Kenaikan harga batu bara di pasar internasional saat ini disebut sebagai momentum pemerintah Indonesia untuk membentuk Indeks Harga Batu Bara sendiri.

Ketua Indonesian Mining and Energy Forum (IMEF), Singgih Widagdo menilai keputusan Eropa yang akan menyetop impor batu bara dari Rusia berdampak pada kenaikan harga emas hitam di pasar internasional. Akibatnya, harga batu bara acuan (HBA) pada Juni 2022 naik ke level US$ 323,91 per ton.

Namun demikian, kenaikan HBA ini tidak menjadi acuan bagi pembeli batu bara RI asal India maupun China. Bahkan nilai kontraknya jauh dan selisihnya bisa mencapai US$ 80 per ton hingga US$ 100 per ton.

"Ini sebenarnya momen bagi pemerintah untuk membuat Indonesia Government Coal Index, apakah itu nanti diawali dengan mengurangi porsi Australia atau sepenuhnya punya sendiri namanya Government Coal Index Indonesia. Karena saat ini kondisinya dengan index yang ada tidak terkait langsung dengan harga real-nya," kata dia kepada ²©²ÊÍøÕ¾Â Indonesia dalam Closing Bell ²©²ÊÍøÕ¾, Selasa (7/6/2022).

Menurut Singgih indeks harga batu bara sendiri akan lebih menguntungkan bagi pemerintah. Pasalnya, perusahaan akan membayar royalti yang lebih tinggi jika harga batu bara acuan mengalami kenaikan.

"Sebetulnya government coal index ini belum terbangun tapi ini jadi momen yang ada dari perusahaan. Pemerintah diuntungkan dengan royalti, perusahaan diuntungkan dengan harga tinggi. Harga real di pasar itu masih di bawah harga batu bara kalau kita kaitkan dengan HBA US$ 323,91 per ton bulan ini," katanya.

Sebagai informasi, Harga Batu Bara Acuan (HBA) Indonesia bulan Juni 2022 ditetapkan naik 17% atau US$ 48,27 per ton menjadi US$ 323,91 per ton dari bulan Mei lalu, yaitu US$ 275,64 per ton. Ini disebabkan karena negara India yang sedang diterpa gelombang hawa panas sehingga menyebabkan krisis listrik.

India diketahui telah meningkatkan jumlah impor batu bara dikarenakan ketatnya suplai batu bara dari produsen domestik untuk pembangkit listriknya.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM, Agung Pribadi mengatakan selain dari India, nilai HBA juga masih dipengaruhi atas kondisi kebutuhan batu bara Tiongkok.

"Permintaan mereka juga naik lantaran PLTU di sana mulai menumpuk stok batu bara untuk musim gugur. Apalagi adanya kebijakan penghapusan pajak impor batu bara di Tiongkok selama 9 bulan ke depan," ujar Agung dalam keterangan resmi Kementerian ESDM, dikutip Minggu (5/6/2022).

Harga batu bara yang naik ini juga dipengaruhi karena pembeli dari Eropa mulai aktif mencari pasokan batu bara dari Asia imbas dari Uni Eropa yang mengeluarkan kebijakan akan menyetop impor batu bara dari Rusia efektif mulai bulan Agustus mendatang.

Agung menguraikan selama enam bulan terakhir, grafik HBA terus menanjak. Dimulai dari bulan Januari 2022 sebesar US$ 158,50/ton, naik ke US$ 188,38/ton di bulan Februari.

Selanjutnya bulan Maret menyentuh angka US$ 203,69/ton, April sebesar US$ 288,40/ton, dan terakhir di bulan Mei lalu berada di level US$ 275,64/ton.

"HBA Juni ini akan digunakan secara langsung dalam jual beli komoditas batu bara (spot) selama satu bulan pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB Vessel)," jelas Agung.


(pgr/pgr) Next Article Waduh! Harga Batu Bara Anjlok ke Level Sebelum Perang Ukraina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular