²©²ÊÍøÕ¾

Saat Bitcoin cs Ambruk, Stablecoin Malah 'Tahan Banting'

chd, ²©²ÊÍøÕ¾
14 June 2022 12:05
Logo Kripto Tether
Foto: Logo Tether (REUTERS/Dado Ruvic)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ -ÌýDi tengah koreksi Bitcoin, Ethereum, dan kripto non-stablecoin yang semakin memburuk, token stablecoin cenderung bertahan meski dilaporkan terkoreksi tipis.

Beberapa stablecoin utama pun terkoreksi di kisaran kurang dari 0,1% pada hari ini. Bahkan masih ada stablecoin yang masih cenderung menguat tipis.

Seperti di Tether (USDT), yang dalam 24 jam terakhir hanya terkoreksi tipis 0,05% ke harga US$ 0,9986 per keping atau setara dengan Rp 14.679 per kepingnya (asumsi kurs Rp 14.700/US$).

Berikutnya ada USD Coin (USDC) yang justru menguat tipis 0,02%, Binance Coin (BUSD) bahkan menguat 0,28%, dan DAI yang sempat menggeser posisi token Dogecoin, naik tipis 0,02%.

Namun, ada beberapa stablecoin yang pergerakannya cukup liar hari ini, seperti Neutrino USD (USDN), USDD (USDD), dan Fei USD (FEI). Ketiga stablecoin tersebut diketahui merupakan stablecoin algoritmik.

Berikut pergerakan stablecoin pada hari ini

Kripto Stablecoin

Meski sebelumnya stablecoin kurang dipercaya lagi sejak peristiwa jatuhnya token Terra, tetapi kini investor kembali mempercayakan stablecoin di saat harga Bitcoin dan altcoin lainnya makin terpuruk.

Hal ini karena mereka menganggap bahwa kripto stablecoin utama seperti USDT, USDC, dan BUSD masih layak untuk dijadikan aset kripto yang cenderung tahan banting dari kondisi makroekonomi global yang masih belum menentu.

Kripto stablecoin umumnya memiliki aset dasar (underlying asset) berupa aset aman (safe haven) yang dapat digunakan sebagai 'pelindung'. Adapun underlying asset stablecoin umumnnya menggunakan dolar Amerika Serikat (AS) atau obligasi pemerintah jangka pendek, seperti yang digunakan di USDT.

Sebelumnya, kejatuhan dua token Terra yakni Terra Luna (LUNA) dan TerraUSD (UST) sempat membuat investor tak lagi percaya bahwa stablecoin dapat mempertahankan pasaknya di US$ 1. Bahkan di USDT atau Tether saja, harganya sempat menyentuh US$ 0,95 per keping.

Kini, meski ada ancaman bahwa stablecoin kembali sulit mempertahankan pasaknya, tetapi investor kembali mempercayakan stablecoin.

Namun, investor cenderung menghindar dari stablecoin algoritmik, karena mereka menilai bahwa jenis stablecoin ini sama saja seperti kripto pada umumnya, di mana biasanya, underlying assetnya menggunakan sister coin-nya, seperti antara UST dengan LUNA.

Investor masih belum kembali memburu aset kripto karena risiko makroekonomi global masih cukup besar. Risiko makroekonomi global makin membesar setelah inflasi AS pada Mei lalu kembali melonjak. Padahal sebelumnya, pelaku pasar berekspektasi bahwa inflasi AS pada bulan lalu akan melandai.

Pada Jumat pekan lalu, inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) AS per Mei 2022 dilaporkan sebesar 8,6% secara tahunan (year-on-year/yoy), menjadi yang terpanas sejak Desember 1981. Inflasi inti yang tak memasukkan harga makanan dan energi juga di atas perkiraan sebesar 6%.

Harga bahan bakar minyak (BBM) di AS melonjak ke US$ 5/galon pada pekan lalu, kian mengipasi ketakutan atas inflasi dan jatuhnya kepercayaan konsumen.

Dengan inflasi yang kembali meninggi, bahkan lebih tinggi dari periode Maret lalu, maka pelaku pasar semakin yakin bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan menaikkan suku bunga secara agresif.

Mengutip CME FedWatch, peluang kenaikan Federal Funds Rate sebesar 50 basis poin (bp) menjadi 1,25-1,5% adalah 76,8%. Bahkan, kenaikan 75 bp ke 1,5%-1,75% juga masuk perhitungan dengan kemungkinan 23,2%.

Selain karena risiko makroekonomi yang kembali meningkat, jatuhnya kembali pasar kripto terjadi setelah perusahaan pinjaman cryptocurrency di AS yakni Celsius Network membekukan sementara penarikan dan transfer dengan alasan kondisi pasar "ekstrim".

Aksi Celsius tersebut menyababkan cryptocurrency pun semakin merana dan menyebabkan nilai kripto secara keseluruhan turun di bawah US$ 1 triliun untuk pertama kalinya sejak Januari 2021.

Koreksi besar yang kembali menerpa aset kripto memicu kekhawatiran bahwa kekalahan itu mungkin meluas ke aset lain atau memukul perusahaan lain.

"Hampir semua hal bisa menjadi risiko sistemik dalam kripto ... karena seluruh ruang terlalu dipengaruhi," kata Cory Klippsten, kepala eksekutif Swan Bitcoin, platform tabungan Bitcoin, dikutip dari Reuters.

Namun, pihak dari Celsius, baik dari CEO Alex Mashinsky maupun manajemen Celsius pun belum menanggapi permintaan komentar dari Reuters.

Perusahaan yang berbasis di New Jersey, AS tersebut memiliki aset sekitar US$ 11,8 miliar, di mana perusahaan menawarkan produk berbunga kepada pelanggan yang menyetor cryptocurrency dengan platform-nya. Kemudian meminjamkan cryptocurrency untuk mendapatkan pengembalian (return).

Perusahaan yang terpapar cryptocurrency sebelumnya telah memperingatkan bahwa penurunan harga kripto dapat memiliki efek riak, termasuk dengan memicu margin call.

"Ini masih merupakan momen yang tidak nyaman bagi investor kripto dan ada beberapa risiko lainnya di pasar kripto yang masih lebih besar," kata Joseph Edwards, kepala strategi keuangan di perusahaan pengelola dana Solrise Finance, dilansir dari Reuters.

TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular