
BI Masih "Satu Frekuensi" dengan Bank Sentral China & Jepang!

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Bank Indonesia (BI) masih mempertahankan suku bunga acuannya dalam pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Kamis (21/7/2022). BI menjadi salah satu dari sangat sedikit bank sentral yang masih menerapkan kebijakan suku bunga rendah.
"Rapat Dewan Gubernur Juli 2022 memutuskan mempertahankan (BI) 7- Day Reverse Repo rate (BI-7DRR) pada level 3,5%," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers siang tadi.
Sementara itu suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%.
Dengan demikian, sudah 18 bulan suku bunga BI tak berubah. Di bulan ini sebenarnya banyak analis yang memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga. Konsensus pasar yang dihimpun ²©²ÊÍøÕ¾ terbelah sama kuat di antara yang memperkirakan kenaikan dan yang mempertahankan suku bunga acuan.
Dari 14 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut, tujuh memproyeksi BI akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 3,75% pada bulan ini. Sementara tujuh lainnya memperkirakan BI tetap mempertahankan BI 7-DRR.
Inflasi inti yang masih rendah serta nilai tukar rupiah yang masih cukup stabil menjadi alasan BI mempertahankan suku bunganya.
Badan Pusat Statistik di awal bulan ini melaporkan inflasi pada Juni 2022 tercatat 0,61% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Inflasi tahun kalender adalah 3,19%.
Secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi Juni 2022 berada di 4,35%. Lebih tinggi dibandingkan Mei 2022 yang 3,55% sekaligus jadi yang tertinggi sejak Juni 2017.
Meski inflasi headline tersebut sudah cukup tinggi, tetapi inflasi inti yang jadi acuan BI hanya tumbuh 2,63% (yoy).
Selain BI, di Asia ada bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) dan bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) yang masih "satu frekuensi"Â belum menaikkan suku bunga.Â
Inflasi yang rendah juga menjadi alasannya. Inflasi di China pada bulan Juni tercatat sebesar 2,5%, begitu juga di Jepang pada Mei sebesar 2,5%. Sementara untuk inflasi inti, di China hanya tumbuh 1% saja, dan di Jepang 2,1%.
Dalam pengumuman kebijakan moneter Rabu kemarin, PBoC masih mempertahankan loan prime rate (LPR) tenor 1 tahun di 3,7%, dan tenor 5 tahun di 4,45%. Pada Mei lalu, LPR tenor 5 tahun dipangkas sebesar 15 basis poin.
Sementara itu BoJ dalam pengumuman kebijakan moneter Juni lalu mempertahankan suku bunga sebesar minus (-) 0,1%, dan yield curve control (YCC), di mana obligasi tenor 10 tahun imbal hasilnya dijaga dekat 0%.
Dengan kebijakan YCC, ketika imbal hasil obligasi tenor 10 tahun menjauhi 0%, maka BoJ akan melakukan pembelian. Artinya, "menyuntikkan" likuiditas ke perekonomian.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾Â INDONESIAÂ
(pap/vap) Next Article China Tahan Suku Bunga Saat Dunia Hawkish
