²©²ÊÍøÕ¾

Sektor Properti Mulai Bangkit? Simak Kinerja Sahamnya!

aaf, ²©²ÊÍøÕ¾
16 August 2022 16:00
PT Adhi Commuter Properti Tbk. (ADCP)
Foto: Dok PT Adhi Commuter Properti Tbk. (ADCP)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Investor kawakan Lo Kheng Hong resmi menambah portfolio sahamnya dengan menjadi pemegang saham di atas 5% PT Intiland Development Tbk (DILD).

Pada 11.27 WIB harga saham DILD naik 2% dan dihargai Rp 204/unit setelah sempat terbang ke harga tertingginya Rp 226/unit atau apresiasi 13%. Transaksi juga terpantau ramai di angka Rp 69 miliar.Apresiasi juga tak hanya dicatatkan hari ini, Jumat kemarin DILD juga sudah terbang 30,87%.

Lantas, bagaimana kinerja saham emiten properti tahun ini? Apakah masuknya Lo Kheng Hong ke DILD merupakan sinyal jika sektor ini mulai kembali membaik?

Jika menilik saham lima emiten properti Tanah Air, termasuk DILD, kemudian PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Ciputra Development Tbk (CTRA) dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), mayoritas berhasil menguat di sepanjang tahun ini.

Saham

1D

1W

1M

3M

YTD

DILD

2%

37.84%

38.78%

45.71%

32.05%

PWON

0.4%

6.99%

10.62%

-2.91%

8.84%

BSDE

0.52%

3.23%

7.26%

6.67%

-4.95%

CTRA

-0,5%

5.85%

11.8%

2.05%

2.58%

SMRA

-0.75%

6.5%

15.52%

-1,47%

-20.36%

Saham DILD mengalami kenaikan paling pesat dibandingkan dengan keempat saham properti dengan kapitalisasi pasar besar lainnya. Secara kinerja perseroannya, pada kuartal I-2022, DILD juga mencatatkan pendapatan usaha yang ciamik, naik 2,15% menjadi Rp 562,5 miliar dari Rp 550,6 miliar.

Sejalan dengan kenaikan pendapatan, beban pokok penjualan dan beban langsung tercatat naik menjadi Rp 352,3 miliar di kuartal I 2022 dari sebelumnya Rp 293,5 miliar pada kuartal I 2021. Sehingga laba kotor DILD turun menjadi Rp 210,1 miliar dari kuartal I 2021 sebesar Rp 257,1 miliar.

Selanjutnya, secara year to date, saham PWON juga mengalami penguatan kedua terbesar setelah DILD. Namun, periode 3 bulan, saham PWON terpantau terkoreksi 2,91%. Sementara, saham CTRA di sepanjang tahun ini membukukan kenaikan 2,58%, lebih rendah dibandingkan dengan saham PWON. Tapi jika dicermati pada periode 3 bulan, saham CTRA masih menguat 2,05%.

Sementara itu, saham BSDE melemah di sepanjang tahun ini hingga 3,95%. Disusul oleh saham SMRA menjadi yang paling ambles dengan koreksi mencapai lebih dari 20% tahun ini.

Sektor properti yang sempat tertekan akibat pandemi Covid-19, telah diramal akan bangkit tahun ini. Salah satu faktor penopangnya tentunya dari berbagai insentif yang dikeluarkan pemerintah, yang termasuk insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP).

Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh Dewan Kehormatan Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) Jawa Barat Asep Ahmad Rosidin, yang dilansir ¶Ù±ð³Ù¾±°ì.³¦´Ç³¾Ìýmengungkapkan bahwa bisnis properti sudah kembali meningkat tahun ini.

Lalu, apakah sektor riil tersebut sudah tumbuh sesuai dengan prediksi?

Melansir data dari kinerja sejumlah emiten properti ternama di Tanah Air, bahwa ramalan tersebut memang mulai terlihat, meskipun masih ada emiten yang mengalami kerugian.

Sebagai catatan, DILD masih belum melaporkan kinerja keuangannya untuk kuartal kedua tahun ini.

Seiring dengan pemulihan kondisi ekonomi dan aktivitas masyarakat, sektor properti di Indonesia diyakini akan tetap stabil dan akan tetap menunjukkan tren positif.

Analis BRI Sekuritas Victor Stefano menilai bahwa penjualan pada sektor properti tahun ini dibantu oleh regulasi makro yang mendukung, di mana level Suku Bunga Dasar Kredit menurun dan adanya kebijakan insetif PPN DTP membuat sektor properti menjadi lebih menarik.

Selain itu, lonjakan harga komoditas juga berperan untuk meningkatkan upah para pekerja dan diharapkan dapat meningkatkan daya beli dan mendorong permintaan yang lebih besar di sektor properti

Menurut Robin Sutanto analis Mandiri Sekuritas yang dikutip dalam risetnya, menilai bahwa CTRA mempunyai fundamental yang kuat, terlihat dari profit dan pendapatan yang diraih. Investor bisa melakukan buy saham CTRA dengan target harga di Rp 1.450.

Kinerja positif dari emiten-emiten properti, tentunya dapat menjadi daya tarik terhadap sahamnya di kemudian hari.

Namun, jika mencermati data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks sektoral properti dan real estate masih menjadi indeks saham dengan return terburuk kedua setelah indeks teknologi di sepanjang tahun ini.

Indeks sektoral teknologi minus 11,46% sedangkan indeks properti dan real estate anjlok 6,77% secara year to dateÌý(²â³Ù»å).

TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular