
Simak Aksi Korporasi 17 Bank Demi Meningkatkan Modal Inti!

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus berupaya untuk mewujudkan konsolidasi perbankan di Tanah Air. Salah satunya terkait pemenuhan modal inti minimum yang masih menghantui sejumlah emiten perbankan mini.
Peraturan OJK Nomor 12 Tahun 2020 mewajibkan bank-bank untuk memiliki modal minimum Rp 1 triliun pada 2020, Rp 2 triliun pada 2021 dan Rp 3 triliun pada 2022.
Apabila persyaratan tersebut tidak dapat dipenuhi sampai akhir 2022, maka konsekuensinya perusahaan akan diturunkan kastanya menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Hal ini tentu akan diusahakan untuk dihindari karena berbeda dengan Bank Umum, BPR memiliki cakupan operasional yang terbatas dan hanya bisa melayani nasabah untuk simpanan tabungan dan deposito.
Sampai dengan pertengahan Agustus 2022, masih terdapat 17 bank yang sahamnya diperdagangkan publik dan belum memenuhi ketentuan OJK untuk mencukupi modal inti minimum Rp 3 triliun.
Bank-bank tersebut setidaknya harus menambah modal sebesar Rp 360 miliar hingga Rp 1,62 triliun sampai akhir tahun agar tidak turun kasta.
Terdapat sejumlah langkah yang dapat diambil emiten perbankan kecil untuk memompa modal inti perusahaan. Salah satu yang paling banyak diaplikasikan adalah dengan menggelar aksi korporasi seperti rights issue (RI).
Tahun ini setidaknya ada satu emiten yang berhasil memenuhi ketentuan modal inti dengan melakukan RI yakni Allo Bank Indonesia (BBHI). Sebelumnya langkah yang sama juga diambil oleh Bank Jago (ARTO).
Selain itu, terdapat juga sejumlah emiten yang melakukan penambahan modal secara bertahap agar dapat memenuhi kebijakan OJK tiap tahun, seperti yang dilakukan Bank Neo Commerce (BBYB) dan Bank Ina Perdana (BINA).
Selain rights issue, emiten bank mini juga dapat mengambil langkah lain - meskipun tidak populer - yang juga dapat meningkatkan modal inti yakni berupa aksi korporasi merger dan akuisisi (M&A).
Meskipun tidak populer, M&A dapat menjadi langkah terakhir bagi emiten bank mini agar tidak terdegradasi ke kasta BPR. Namun, dengan waktu masih bersisa empat bulan lagi, sejumlah emiten bank mini tampaknya masih berupaya untuk menambah modal dengan penerbitan saham baru.Â
Dari 17 emiten yang belum memenuhi kewajiban modal inti, dua emiten relatif leluasa dan cukup aman karena hanya perlu menambah kurang dari Rp 500 miliar yakni Bank JTrust Indonesia (BCIC) dan Bank Multiarta Sentosa (MASB).
Selanjutnya 12 emiten atau mayoritas konstituen perlu menyiapkan modal tambahan Rp 600 miliar hingga Rp 1 triliun.
Adapun tiga emiten paling kritis perlu menyuntik dana tambahan hingga Rp 1 triliun lebih yakni Bank Pembangunan Daerah Banten (BEKS), Bank Nationalnobu (NOBU) milik Grup Lippo dan paling parah Bank Maspion Indonesia (BMAS) yang baru dicaplok raksasa perbankan Thailand Kasikorn dan dijadwalkan rampung November tahun ini.
Berikut daftar 17 bank mini dan rencana mereka meningkatkan modal inti.
1. Bank Maspion (BMAS) berencana menerbitkan 4,18 miliar saham baru atau sebanyak-banyaknya 48,45% dari modal disetor dalam gelaran RI yang telah disetujui oleh pemegang saham dalam RUPSLB.
Perusahaan belum menentukan harga pelaksanaan, akan tetapi dengan asumsi harga penutupan perdagangan Kamis (18/8) di Rp 1.340/saham, ketentuan modal inti akan terpenuhi bahkan apabila dilakukan dengan harga terdiskon dua pertiga dan terserap sepenuhnya.
Dalam prospektus awal RI, jadwal sementara cum-rights jatuh pada 10 Oktober untuk perdagangan di pasar reguler.
2. Bank Nationalnobu (NOBU) milik Lippo Group berencana akan menggelar rights issue dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 630 juta saham baru atau setara dengan 12,5% dari modal ditempatkan dan disetor penuh pasca RI. Sebelumnya, NOBU juga sempat menerbitkan prospektus RI untuk 500 juta saham baru awal tahun ini.
Perusahaan belum menentukan harga pelaksanaan, dengan asumsi harga penutupan perdagangan Kamis (18/8) di Rp 635/saham, ketentuan modal inti tidak dapat terpenuhi dan harus dilaksanakan di harga premium Rp 1.100/saham dan harus terserap sepenuhnya agar modal inti dapat terpenuhi. Perusahaan dapat saja melakukan RI gelombang ketiga, bila tidak mau harga penawaran berada di angka premium.
3. Bank Pembangunan Daerah Banten (BEKS) belum mengumumkan putaran RI terbaru atau aksi korporasi demi memenuhi kewajiban modal inti.
4. Bank Capital Indonesia (BACA) berencana menggelar RI dengan menerbitkan 19,96 miliar saham atau mencapai 73,82% dari modal disetor setelah rights issue.
Perusahaan belum menentukan harga pelaksanaan, akan tetapi dengan asumsi harga penutupan perdagangan Kamis (18/8) di Rp 151/saham, ketentuan modal inti akan terpenuhi. Bahkan apabila dilakukan dengan harga terdiskon dua pertiga dan terserap sepenuhnya, ketentuan modal inti masih terpenuhi.
5. Bank Aladin Syariah (BANK) berencana menggelar RI dengan menerbitkan nyaris 2 miliar saham baru atau setara dengan 11,12% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perusahaan setelah rights issue.
Dengan harga pelaksanaan Rp 2.000/saham, apabila terserap sepenuhnya BANK akan memperoleh dana Rp 4 triliun yang berarti akan mampu memenuhi kewajiban modal inti. Pelaksanaan tersebut dilakukan di harga premium.
6. Bank Of India Indonesia (BSWD) berencana menggelar RI dengan menerbitkan 1,39 miliar saham biasa atau setara 50% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah rights issue.
Dengan harga pelaksanaan yang ditetapkan Rp 1.000/saham, apabila terserap sepenuhnya BSWD akan memperoleh dana Rp 1,39 triliun yang berarti akan mampu memenuhi kewajiban modal inti. Pelaksanaan tersebut dilakukan di harga diskon, namun saham ini telah disuspensi nyaris 5 tahun.
7. Bank Amar Indonesia (AMAR) yang baru dicaplok fintech Investree berencana menerbitkan 3,59 miliar saham baru atau sebesar 20,6% dari modal ditempatkan disetor penuh.
Adapun harga pelaksanaan dipatok senilai Rp 280/saham. Sehingga, melalui aksi korporasi tersebut, perusahaan menargetkan perolehan dana segar hingga Rp 1 triliun. Jika mampu diserap sepenuhnya, perusahaan akan mampu memenuhi kewajiban modal inti.
8. Bank Bisnis Internasional (BBSI) milik fintech Kredivo berencana menerbitkan 465 juta saham baru atau sebesar 14,06% dari modal ditempatkan disetor penuh.
Perusahaan belum menentukan harga pelaksanaan, akan tetapi dengan asumsi harga penutupan perdagangan Kamis (18/8) di Rp 3.890/saham, ketentuan modal inti akan terpenuhi. Bahkan apabila dilakukan dengan harga terdiskon setengahnya dan terserap sepenuhnya, ketentuan modal inti masih terpenuhi.
9. PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) milik fintech Akulaku berencana menerbitkan 5 miliar saham baru dalam gelaran rights issue.
Perusahaan juga melakukan penambahan dana dari investor strategis yang akan masuk lewat private placement dengan menerbitkan 942.168.184 lembar saham atau 10% dari modal ditempatkan dan disetor.
Perusahaan belum menentukan harga pelaksanaan, akan tetapi dengan asumsi harga penutupan perdagangan Kamis (18/8) di Rp 3.890/saham, ketentuan modal inti akan terpenuhi, bahkan jauh melebihi target.
10. Bank Ganesha (BGTG) berencana melakukan RI dengan menerbitkan 465 juta saham baru atau sebesar 14,06% dari modal ditempatkan disetor penuh.
Perusahaan belum menentukan harga pelaksanaan, akan tetapi dengan asumsi harga penutupan perdagangan Kamis (18/8) di Rp 125/saham, ketentuan modal inti akan terpenuhi.
11. Bank Bumi Arta (BNBA) yang baru dicaplok fintech Ajaib berencana melakukan RI dengan menerbitkan 1,38 miliar saham baru atau sebesar 50% dari modal ditempatkan disetor penuh.
Perusahaan belum menentukan harga pelaksanaan, akan tetapi dengan asumsi harga penutupan perdagangan Kamis (18/8) di Rp 1.870/saham, ketentuan modal inti akan terpenuhi, bahkan jauh melebihi target.
12. Bank Panin Dubai Syariah (PNBS) belum mengumumkan putaran RI terbaru atau aksi korporasi lainnya demi memenuhi kewajiban modal inti.
13. Bank Ina Perdana (BINA) milik Grup Salim berencana melakukan RI dengan menerbitkan sebanyak-banyak 2 miliar saham baru dan telah disetujui oleh pemegang saham. Ini merupakan rangkaian RI ke-4 beruntun dengan Grup Salim bertindak sebagai pembeli siaga.
Perusahaan belum menentukan harga pelaksanaan, akan tetapi dengan asumsi harga penutupan perdagangan Kamis (18/8) di Rp 3.820/saham, ketentuan modal inti akan terpenuhi, bahkan jauh melebihi target.
Sebelumnya pada gelaran RUPSLB manajemen BINA menyebut dalam gelaran rights issue yang akan dilakukan pada semester II-2022, perseroan mengincar dana segar Rp 1 triliun.
14. Bank MNC Internasional (BABP) belum mengumumkan putaran RI terbaru atau aksi korporasi lainnya demi memenuhi kewajiban modal inti.
15. Bank Raya Indonesia (AGRO) berencana melakukan RI dengan menerbitkan 3,5 miliar saham baru atau sebesar 15,39% dari modal ditempatkan disetor penuh.
Perusahaan belum menentukan harga pelaksanaan, akan tetapi dengan asumsi harga penutupan perdagangan Kamis (18/8) di Rp 750/saham, ketentuan modal inti akan terpenuhi, bahkan jauh melebihi target.
16. Bank Multiarta Sentosa (MASB) tidak melakukan rights issue demi memenuhi kewajiban modal minimum. Perusahaan sebelumnya telah menyebut tidak akan membagikan laba bersih tahun buku 2021 sebesar Rp 213 miliar sebagai dividen, melainkan akan digunakan untuk memperkuat modal.
Meski demikian angka tersebut masih sedikit kurang dari kewajiban minimum yang diperlukan. Langkah lain yang diambil perusahaan adalah dengan mendorong para pemegang saham untuk menukarkan waran yang ditebar saat melakukan penawaran perdana (IPO).
Direktur utama Bank MAS Danny Hartono bulan Mei lalu menyebut 186 juta waran jika ditukarkan menggunakan harga Rp 3.500 maka dapat diperoleh dana segar Rp 651 miliar. Angka tersebut cukup untuk memenuhi kewajiban modal inti perusahaan.
17. Bank JTrust Indonesia (BCIC) sedang melakukan RI dengan menerbitkan 4,24 miliar saham baru dengan masa perdagangan akan berakhir hari ini, Jumat 19 Agustus 2022.
BCIC membidik dana sebesar Rp 1,27 triliun dengan harga pelaksanaan Rp 300 per saham. Artinya jika terserap sepertiga saja, ketentuan modal inti minimum dapat terpenuhi.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(fsd/vap) Next Article Dikejar Waktu, 19 Bank Mini Belum Penuhi Modal Inti Rp 3 T