Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Selama 5 bulan sejak menjadi perusahaan terbuka, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) terus melakukan sejumlah terobosan menarik. Berbagai inovasi itu mengarah pada satu titik yakni meyakinkan investor publik bahwa perusahaan telah berada di jalur yang tepat untuk meraih keuntungan lebih cepat.
Berdasarkan catatan Tim Riset ²©²ÊÍøÕ¾, perusahaan digital dengan ekosistem terbesar dan terintegrasi ini meyakinkan investor dengan empat strategi. Pertama, konsolidasi bisnis dan integrasi ekosistem. Kedua, ekspansi ke bisnis finansial. Ketiga, menciptakan sumber pendapatan baru di luar bisnis inti mereka selama ini, antara lain pembiayaan konsumen dan mitra, penjualan motor listrik dan suku cadang melalui Electrum, joint venture-nya dengan PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA), serta games melalui Maja Mojo, usaha patungan yang dibangun bersama Telkomsel. Keempat, mengoptimalkan pendapatan dari sinergi mendalam antara layanan Gojek, Tokopedia dan GoTo Financial.
Dari keempat pilar strategis itu, analis memuji langkah GOTO menciptakan sumber pendapatan baru. Strategi tersebut menunjukkan keseriusan perusahaan mengoptimalkan semua kekuatan untuk memperbanyak pos pemasukan sehingga dapat meraih profit lebih cepat.
"Sebagai perusahaan teknologi nasional, dengan ekosistem terbesar dan terintegrasi, GOTO tahu betul bagaimana memainkan perannya. GOTO sangat paham bahwa sebagai market leader dia harus terus berinovasi. Tidak hanya menciptakan yang belum ada, juga mengembangkan apa yang sudah dikuasai untuk menjaga market sharenya," kata Maximilianus Nico Demus, Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo.
Ìý
Menurut Tirta Widi Gilang Citradi, analis MNC Sekuritas, GOTO tidak mungkin hanya mengandalkan komisi dari platform untuk membawa perusahaan mencapai keuntungan lebih cepat. Pendapatan berbasis komisi bisa diestimasi oleh siapapun dan itu ada titik optimumnya," katanya.
Saat ini bisnis inti GOTO ditopang tiga pilar, yakni on demand (Gojek), e-commerce (Tokopedia) serta payment dan teknologi finansial (GoTo Financial). Kompetisi di ketiga segmen ini berlangsung sangat ketat, terutama persaingan dengan Grab dan Shopee yang memiliki kemiripan model bisnis dan produk.
Menurut Tirta, meski saat ini GOTO memiliki ekosistem paling besar, lengkap dan terintegrasi, bisnis inti mereka memiliki tantangan yang tidak mudah. Antara lain persaingan dalam memberikan diskon dan promosi yang berdampak pada nilai bakar uang. Tantangan lainnya adalah upaya menaikkan tarif atau komisi demi memperbesar pendapatan, tapi kerap memicu resistensi baik dari para mitra usaha ataupun konsumen.
"GOTO, Grab dan Shopee selalu punya dua kemiripan: sama sama hidup dari komisi transaksi di aplikasi, dan sama sama royal memberikan promo. Sementara, disisi lain, menaikkan tarif bukan perkara mudah meski siapapun tahu, termasuk para pelanggan, bahwa tarif yang dikutip oleh aplikasi masih kecil," kata Tirta.
Pengamat ekonomi Piter Abdullah juga memberikan pandangannya. Menurut dia, ketiga pemain utama di bisnis digital ini harus mampu melakukan diversifikasi bisnis untuk mencari sumber pendapatan baru. Tanpa diversifikasi, mereka hanya akan muter muter di lingkaran persoalan yang sama, dan itu tidak baik bagi kelanjutan bisnis di masa depan. "Siapa yang paling cepat beradaptasi, inovatif dan fleksibel dalam menciptakan produk dan layanan baru, dia bukan hanya memenangkan persaingan, juga paling cepat meraih keuntungan," katanya.
Dengan konteks seperti itu, Piter menambahkan, GOTO bisa dibilang telah membuat sejumlah terobosan yang membuatnya terlihat selangkah lebih maju. "Meski realisasinya masih perlu ditunggu, tapi peta jalannya sudah kelihatan," katanya.
Adapun yang paling kentara adalah agresivitas GOTO di lini bisnis finansial. Dalam sebulan terakhir, GOTO telah melakukan dua langkah zig zag secara meyakinkan. Pertama, mengintegrasikan aplikasi GoBiz dan Jago dalam bentuk kerjasama Jago Merchant. Kedua, menyediakan fasilitas Beli Sekarang Bayar Nanti (buy now pay later/BNPL) di aplikasi Tokopedia dalam bentuk GoPayLater Cicil.
"Selain memperbesar otot bisnis finansial melalui Jago Merchant dan GoPaylater Cicil, GOTO juga bikin usaha patungan dengan Unilever untuk digitalisasi Warung Kelontong dan menghadirkan GoFood di aplikasi Tokopedia. Ini yang saya sebut diversifikasi di luar bisnis inti yang bisa mendatangkan pendapatan baru secara berkelanjutan," kata Piter.
GoBiz merupakan aplikasi merchant untuk mengelola bisnis para mitra usaha Gojek dan GoTo Financial. GoBiz selama ini memudahkan para mitra untuk mengelola order, transaksi, manajemen usaha hingga mengatur keuangan. Sementara aplikasi Bank Jago telah terintegrasi dan tertanam dalam aplikasi Gopay dan Gojek sejak tahun lalu. Setelah Gopay dan Gojek, kini aplikasi Jago terintegrasi dengan aplikasi GoBiz. Kolaborasi Jago Gobiz merupakan pintu masuk untuk membiayai ekosistem Gofood.
Sementara itu, melalui GoPay Later Cicil di Tokopedia, GOTO memberikan opsi pembayaran angsuran mulai dari 1 bulan hingga 12 bulan. GOTO tentu perlu menjalin kerjasama dengan institusi finansial sebagai pihak sumber dana, seperti Bank Jago sebagai mitra strategis. Dari sini, GOTO memperoleh bagi hasil dari pendapatan bunga.
Ìý
Menurut Yohanis Hans Kwee, Direktur Ekuator Swarna Investama, potensinya besar. "Sangat menjanjikan, karena GOTO memiliki ekosistem paling lengkap, terintegrasi dan memiliki basis pelanggan loyal dalam jumlah besar. Faktor lainnya adalah posisi Bank Jago sebagai mitra strategis, yang bisa diandalkan untuk menopang kebutuhan pendanaan," katanya.
Ìý
Hans juga menambahkan, selain potensinya menjanjikan, inovasi GoPay Later Cicil ini juga akan memberikan dampak lain yang signifikan. Antara lain, mengerek volume transaksi, meningkatkan loyalitas pelanggan, dan mengurangi praktik bakar uang. "Pelanggan kerap kali melihat promo sebelum memutuskan belanja. Di sisi lain mereka butuh pembayaran yang bisa dicicil. Jadi kalau GOTO hanya jualan dengan mengandalkan promo, maka akan banyak uang yang kebakar. Kehadiran GoCicil ini sangat positif. Selain bisa mengurangi promo (Bakar duit), juga menciptakan ketergantungan di sisi konsumen," katanya.
Ìý
Soal potensi bisnis, menurut Tirta, tidak susah untuk mengestimasinya. Saat ini, ada 15 juta pelanggan GOTO, terdiri dari konsumen dan mitra usaha. Anggap saja, GOTO mampu menyalurkan pembiayaan ke 20% pengguna atau sekitar 3 juta pelanggan, dengan rata rata nilai pinjaman Rp5 juta per orang.
Ìý
"Itu nilainya Rp15 triliun. Luar biasa besar. Padahal baru mencerminkan 20% dari total pengguna dalam ekosistem. Nah, hitung saja sendiri berapa potensi pendapatannya dengan mengacu ke bunga fintech lending saat ini yang berkisar 0,4%-0,6% perhari. Dan, apa iya GOTO hanya mengejar target 20%," katanya.
Ìý
Menurut Maximilianus, fasilitas GoCcicil bisa menjadi alternatif bagi pelanggan yang tidak mau memiliki kartu kredit tapi ingin beli barang secara mengangsur. Cara ini lebih mudah dan praktis.
"Program seperti ini dapat mendorong daya beli, meningkatkan transaksi di platform dan menjaga tingkat konsumsi masyarakat, khususnya dari user GOTO dan ini menjadi salah satu paling penting," katanya.
Apakah bakal berdampak langsung ke profitabilitas? Memang tidak serta merta. Tapi, "Cepat atau lambat, dengan kehadiran ekosistem yang lengkap, ditambah memberikan user experience yang bikin pelanggan makin setia dan meningkatkan ketergantungan user terhadap aplikasi, akan berdampak positif untuk kinerja keuangan GOTO," kata Maximilianus.
Nilai tambah lain dari produk GoCicil adalah kemampuan GOTO memitigasi risiko potensi kredit bermasalah dengan mengoptimalkan teknologi. Jika berhasil mengkombinasikan artificial intelligence (AI) dan pemanfaatan big data, GOTO bisa melakukan credit scoring secara efektif sehingga pembiayaan yang disalurkan punya kualitas bagus.
"Jadi, Tokopedia dan Gojek bakal "profiling" konsumennya dengan baik. Hal ini berdampak pada kualitas kredit yang disalurkan GOTO Finansial. " kata Raditya Pradana, Analis Fundamental Kanaka Hita Solvera, perusahaan manajemen investasi.
Ìý
Menurut Tirta, potensi pembiayaan ke ekosistem Tokopedia bisa dibilang belum ada apa apanya dibandingkan dengan potensi bisnis GOTO dari bisnis motor listrik. Di bisnis ini, GOTO punya tiga peluang. Pertama, mendapatkan margin dari penjualan motor. Kedua, tambahan pendapatan apabila penjualan kendaraan listrik memakai skema kredit. Ketiga, pendapatan berulang dari bisnis spareparts, seperti battery dan lainnya. Dan ada bonus lain, yakni image positif GOTO dan TOBA sebagai emiten hijau, atau perusahaan yang punya komitmen tinggi terhadap kelestarian lingkungan.
"Selama puluhan tahun Yamaha dan Honda selalu mendominasi bisnis sepeda motor. Jangan jangan ke depan, GOTO dan produsen motor listrik lainnya seperti INDIKA, bisa menjadi pesaing utama mereka atau bahkan mendisrupsi pemain lama. Di industri motor listrik, semua pemain berdiri di garis start yang sama, sehingga memiliki kesempatan yang setara," kata Tirta.
Untuk mengukur potensi, Tirta menyodorkan angka penjualan sepeda motor nasionalÌýpada 2021 sebanyak 5 juta unit sebagai pembanding. Jika motor listrik mampu mencuil potensi market sebanyak 10%, artinya akan ada 500.000 unit motor listrik terjual. Dengan harga rata rata Rp25 juta per unit, nilai penjualan bisa lebih dari Rp12 triliun.
Ìý
"Jadi, ada potensi pembiayaan baru senilai Rp 12 triliun. Ini angka yang konservatif karena ke depan penjualan motor listrik bisa terus meningkat seiring perubahan tren konsumen," katanya.
Dibandingkan kompetitor, GOTO sebenarnya punya peluang jauh lebih besar untuk menjadi pemain utama di bisnis kendaraan listrik karena tiga faktor. Pertama, memiliki captive market yakni para driver ojol. Mereka bisa mengganti motor bensin ke listrik dengan sukarela karena terbukti lebih efisien dan menguntungkan. GOTO pun punya keleluasaan memberikan penawaran menarik ke para pelanggannya sehingga memacu angka penjualan. "Jadi, di saat produsen motor listrik lain sibuk "memancing ikan" di tengah laut, GOTO tinggal nyerok ikan di akuarium sendiri. Kemampuan menjadi market leader secara cepat akan menentukan pemenang kompetisi di masa depan," kata Tirta.
Ìý
Kedua, GOTO sudah membangun ekosistem dan memiliki partner bisnis yang saling melengkapi. GOTO melalui Electrum menjalin kerjasama strategis dengan tiga pihak sekaligus. Satu, produsen motor, baterai dan teknologi kendaraan listrik asal Taiwan, Gogoro. Dua, produsen motor listrik nasional merk Gesits, WIKA. Tiga, Pertamina sebagai pemilik jaringan SPBU yang menyediakan tempat pengisian dan penggantian baterai. Kemitraan dengan Pertamina menjadi sangat strategis dan merupakan nilai tambah tersendiri. Apalagi, bisnis model kendaraan listrik GOTO adalah battery swap sehingga membutuhkan banyak sekali jaringan tempat penukaran baterai.
Ìý
Maximilianus juga melihat bisnis motor listrik GOTO dan TOBA melalui Electrum akan memiliki nilai strategis karena ikut membantu pemerintah untuk mencapai target zero emisi. "Semua kendali ada ditangan GOTO. Kenapa? Karena apa yang mereka bangun mampu menciptakan engagement antara aplikasi dan user. Ini salah satu kelebihan GOTO dan karena itu menjadi mitra andalan pemerintah untuk menyukseskan agenda zero emisi," katanya.
Ìý
Engagement ini, kata Maximilianus, bisa berjalan optimal karena sebagai pemilik ekosistem GOTO punya power. Tapi, tergantung pada komitmen GOTO, apakah mau mengkondisikan mitra drivernya untuk pindah dari motor bensin ke listrik atau membiarkan shifting berjalan alamiah. "Mitra memang punya pilihan untuk menggunakan motor bensin, tapi kalau GOTO menginginkan mereka memakai motor listrik, dengan cara memprioritaskan mereka dalam mendapatkan order, atau ada tambahan promo lain, tentu akan membuat mitra berubah," katanya.
Ketiga, di bisnis kendaraan listrik, GOTO melalui Electrum tidak sekadar membeli motor, rebranding lalu menjual lagi ke konsumen. Menurut rumors di kalangan pelaku pasar, ke depan, Electrum juga sangat mungkin masuk ke industri manufaktur, seperti produksi motor, baterai dan spare parts lainnya. "Jadi, kemitraan dengan Gogoro tidak sebatas pada distribusi motor listrik, juga akan terjadi transfer knowledge yang memampukan Electrum naik level. Jalannya memang masih panjang, tapi setidaknya mereka punya peta jalan yang jelas di bisnis ini," kata sumber yang mengetahui rencana bisnis ini.
Informasi saja, Electrum atau PT Energi Kreasi Bersama (EKB) adalah perusahaan patungan Gojek dan PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA). Perusahaan yang didirikan pada Desember 2021 ini memiliki fokus bisnis di bidang manufaktur kendaraan listrik roda dua, teknologi pengemasan baterai, infrastruktur penukaran baterai, hingga pembiayaan untuk memiliki kendaraan listrik.
TOBA dan GOTO meluncurkan project Electrum pada Februari 2022 dihadiri Presiden Jokowi. Pada acara ini, Electrum juga mengumumkan kerja sama strategis dengan Pertamina dan WIKA sebagai upaya bersama mencapai emisi nol dan penerapan bisnis ramah lingkungan.
Ìý