²©²ÊÍøÕ¾

Jreng! Rupanya Ini Buruan Para Investor Saat Ekonomi Sulit

Putra, ²©²ÊÍøÕ¾
28 September 2022 07:35
pembukaan bursa saham
Foto: ist

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Tahun 2022 menjadi tahun yang sulit bagi pelaku ekonomi maupun para pemodal. Investor dituntut untuk berpikir extra keras untuk menempatkan asetnya di tengah kenaikan inflasi dan suku bunga acuan yang agresif.

Bank sentral AS, Inggris dan Eropa kompak mengerek suku bunga acuan mereka. The Fed sebagai otoritas moneter paling kuat di dunia bahkan sudah mengerek suku bunga acuan sebanyak 300 basis poin (bps) sejak Maret 2022.

Dengan tingkat suku bunga acuan berada di posisi tertingginya sejak 10 tahun terakhir, indeks dolar AS menguat ke posisi tertingginya dalam dua dekade terakhir.

Penguatan indeks dolar AS turut menumbalkan mata uang lain, bahkan termasuk Euro dan Poundsterling. Kini EUR 1 sudah setara dengan kurang dari US$ 1. Banyak analis meramal bahwa nasib serupa akan dialami oleh mata uang Inggris.

Selain dolar AS yang menguat tajam, imbal hasil surat utang negara AS (US Treasury Yield) juga melesat. Kini untuk obligasi negara AS tenor 10 tahun sudah memberikan yield hampir 4% atau naik 232 basis poin (bps).

Yield US treasury 10 tahun meningkat tajam mengindikasikan bahwa harganya sedang melemah merespons proyeksi Fed yang akan mengerek suku bunga acuan sampai 4,4% akhir tahun ini.

Semua aset keuangan mengalami pelemahan. Indeks saham S&P 500 anjlok nyaris 24%. Bitcoin sampai drop hampir 60% sepanjang tahun dan aset paling minim risiko yaitu emas melemah nyaris 11% di saat yang sama.

Koreksi tajam harga aset-aset tersebut dapat mengindikasikan bahwa investor melakukan aksi jual yang masif dan kabur mencari perlindungan. Lantas ke manakah investor mengalokasikan aset investasinya?

Mengacu pada poling yang dihimpun oleh Reuters, kebanyakan investor masih menempatkan dananya di saham dengan porsi 51,47% per Juni 2022. Angka tersebut meningkat dari posisi Januari 2022 yang hanya 50,10%.

Sementara itu, di tengah risiko inflasi dan suku bunga tinggi, investor melepas kepemilikan obligasi tercermin dari porsi alokasi yang hanya 36,5% pada Juni 2022. Padahal di awal tahun porsi alokasinya mencapai 39,3% dari total dana kelolaan.

Aset

Jan-22

Jun-22

Saham

50.10%

51.47%

Obligasi

39.32%

36.47%

Alternatif (Komoditas)

5.73%

5.87%

Cash

3.58%

5.16%

Property

1.27%

1.03%

Total

100.00%

100.00%

Menariknya, di tengah tren koreksi harga aset global, investor justru lebih banyak memegang kas alias uang tunai. Porsi kas di bulan Juni 2022 mencapai 5% padahal di awal tahun hanya 3,6%. Kenaikan porsi kas menunjukkan bahwa investor cenderung bermain aman atau lebih defensif.

Namun kas yang dipegang juga bukan sembarang kas. Tentu uang yang dipilih oleh investor adalah mata uang dolar AS. Asal tahu saja, indeks dolar AS sudah menguat nyaris 20% sepanjang tahun ini.


(trp) Next Article Inflasi & Suku Bunga Tinggi, Ini Racikan Investasi Pilihan MI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular