
Deretan Emiten Ini Murah, Tapi Pasar Properti Masih Tak Jelas

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Berdasarkan rilis Perkembangan Properti Komersial (PPKOM) dari Bank Indonesia, tercatat Indeks Permintaan Properti Komersial untuk kategori sewa pada kuartal IV 2022 tumbuh 11,59% (year-on-year/yoy), melambat dibandingkan 16,19% (yoy) pada kuartal sebelumnya.
Hal tersebut juga sejalan dengan Indeks Permintaan Properti Komersial untuk kategori jual pada kuartal IV 2022 melambat 0,76% (yoy), lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 1,48% (yoy).
Untuk Indeks Harga Properti Komersial untuk kategori sewa pada kuartal IV 2022 meningkat sebesar 6,51% (yoy), lebih rendah dibandingkan 6,76% (yoy) pada kuartal III 2022. Selanjutnya, Indeks Harga Properti Komersial untuk kategori jual pada kuartal IV 2022 juga tercatat naik sebesar 0,30% (yoy), lebih rendah dibandingkan 0,42% (yoy) pada kuartal sebelumnya.
Industri properti di Indonesia masih mengalami kondisi yang fluktuatif sepanjang tahun 2022. Namun, para pelaku di industri properti tetap optimistis menatap tahun 2023 sektor properti akan bertumbuh.
Haru Koesmahargyo, Direktur Utama Bank BTN, mengatakan sektor properti masih cukup tangguh.
Dalam webinarÌýEconomic & Property OutlookÌý2023, Haru mengatakan, "Pertumbuhan properti didukung karena kebutuhan rumah masih tinggi dimana backlog perumahan mencapai 12,71 juta yang didominasiÌýkawula muda dan ditambah dengan insentif yang dilakukan pemerintah untuk penguatan dari sisi demand,"
Haru juga memperkirakan prospek sektor properti tahun 2023 masih akan berlanjut tumbuh sejalan dengan proyeksi IMF bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tumbuh 5%.
Selain itu juga didukung dengan masih tingginya kebutuhan rumah. Diketahui, setiap tahun terdapat tambahan sekitar 800.000 keluarga baru.
Bank Indonesia juga masih memperpanjang pelonggaran rasioÌýloan to valueÌý(LTV) KPR hingga 31 Desember 2023 untuk mendorong perbaikan kinerja KPR. Hal ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan sektor properti.
Jangan lupakan proyek IKN. Hilirisasi industri dan pembangunan proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) dinilai juga akan berdampak besar dalam mendorong pertumbuhan sektor properti.
Hilrisasi akan meningkatkan aktivitas manufaktur dalam negeri sehingga menumbuhkan ekonomi dan daya beli masyarakat.
Selain itu Bank Indonesia masih mempertahankan suku bunga dimana BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%.
Selain itu inflasi Januari 2023 tercatat sebesarÌý5,28%Ìý(yoy), lebih rendah dibanding bulan Desember 2022 yang sebesar 5,51% (yoy).
Hal inilah yang akan mendorong sektor properti, karena bertahannya suku bunga membuat beban-beban untuk sektor properti tidak naik sehingga tidak menaikkan harga properti. Selain itu inflasi yang turun menandakan tingkat belanja konsumsi masyarakat semakin tinggi.
Tidak menutup kemungkinan akan banyak masyarakat Indonesia yang kembali membeli properti untuk investasi ataupun ekspansi usaha.
Selain itu terdapat beberapa program prioritas yang diusung oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam rangka mendorong laju sektor real estate di tahun ini.
Pemerintah tengah menjalankan kebijakan pembangunan perumahan dan pemukiman, hingga 2024. Beragam kebijakan tersebut, mulai dari pemantapan sistem pembiayaan primer dan sekunder perumahan, termasuk optimalisasi pemanfaatan sumber pembiayaan jangka panjang seperti TASPEN dan BPJS Ketenagakerjaan.
Hal ini yang membuat sektor properti menarik untuk dilirik di tahun 2023.
Berikut beberapa emiten properti yang terbilang harganya masih cukup murah dengan PBV di bawah 1.
Emiten | Harga Wajar | PBV | Harga Saham per 20/2/2023 |
BSDE | 1,533 | 0,61 | 930 |
CTRA | 981 | 0,96 | 940 |
BEST | 454 | 0,31 | 143 |
PLIN | 3,033 | 0,68 | 2,050 |
LPKR | 236 | 0,34 | 80 |
Untuk laba bersihPT Bumi Serpong DamaiTbk (BSDE) Turun 1,33% pada Kuartal III 2022. PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) meraih laba bersihRp918,30 miliarsepanjang sebulan bulan 2022. Nilai itu turun 1,33% dibandingkan kuartal III 2021 dengan perolehan laba bersih Rp930,77 miliar.
Selanjutnya, P°ÕÌýCiputraÌýDevelopment Tbk (CTRA) mengantongiÌýlabaÌýbersih sebesar Rp1,52 triliun hingga kuartal III 2022. Perolehan tersebut tumbuh 50,30% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp1,01 triliun.
Kemudian, PT Bekasi Fajar Industrial Estate (BEST) sampai 30 September 2022 mencatat laba bersih Rp94,66 miliar. Menjulang 204 persen dari edisi sama tahun lalu minus Rp90,72 miliar.
Sedangkan untuk PT Plaza Indonesia Realty Tbk (PLIN) meraup laba sebesar Rp282,42 miliar hingga kuartal III 2022. Raihan itu turun 25,46% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp378,93 miliar.
Dan emiten Grup Lippo, selama sembilan bulan pertama tahun 2022 PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) mencatatkan rugi bersih mencapai Rp1,93 triliun atau melonjak hingga 236,09 persen (yoy).
Beberapa emiten di atas adalah beberapa dari banyaknya emiten di sektor properti yang memiliki valuasi yang murah. Untuk pertumbuhan pada kuartal III 2022 memang bervariatif, ada yang mengalami kenaikan ada yang mengalami penurunan.
Investor bisa menilai secara keseluruhan kinerja emiten-emiten tersebut ketika laporan keuangan kuartal IV 2022 sudah terbit di idx untuk memastikan kembali bahwa valuasi emiten-emiten tersebut benar-benar murah bukan hanya sebesar murah, namun kinerjanya juga membaik.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan ²©²ÊÍøÕ¾ Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
²©²ÊÍøÕ¾ÌýINDONESIA RESEARCH
(Susi Setiawati/saw) Next Article Ssstt...Bos Bumi Serpong (BSDE) Borong Saham Lagi, Mau Naik?