
IHSG Kembali Tatap Level 6.700! Ada Rintangan Nih Tapi

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 1,29% menjadi 6.678,24 selama sepekan lalu. Ini merupakan kinerja mingguan terburuk sejak pekan pertama 2023 atau dalam tiga bulan terakhir.
Pelaku pasar di global, termasuk di Indonesia khawatir dengan krisis yang menimpa Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank. Pasar khawatir bahwa fenomena krisis yang pernah terjadi di 2008-2009 kembali terulang di tahun ini.
Belum lagi penurunan harga saham Credit Suisse semakin membuat para pelaku pasar makin ketar-ketir.
Beberapa data ekonomi yang rilis pun tampaknya masih belum bisa menyelamatkan IHSG dari keterpurukan dalam minggu lalu.
Badan Pusat Statistik (BPS) pada Rabu (15/3) sekitar pukul 11.00 WIB, mencatat, neraca perdagangan Indonesia tetap mengalami surplus pada Februari 2023. Surplus tercatat sebesar US$5,48 miliar. Surplus ini disebabkan ekspor yang lebih tinggi yakni US$ 21.40 miliar, sementara itu impor hanya US$ 15,92 miliar.
Surplus tersebut tercatat lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang hanya sebesar US$ 3,87 miliar.
Angka surplus ini berada di atas konsensus pasar yang dihimpun ²©²ÊÍøÕ¾ dari 12 lembaga. Konsensus ekonom memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Februari 2023 sebesar US$ 3,2 miliar.
Surplus Februari ini sekaligus memantapkan rekor surplus 34 bulan beruntun sejak Mei 2021.
Selain itu,IHSG mendapatkan angin segar dari rilis suku bunga Bank Indonesia (BI). BI mempertahankan suku bunga acuan ini seiring dengan kebijakan moneter netral yang bertujuan untuk mencapai target inflasi 2%-4% pada September tahun ini sambil mendukung pertumbuhan ekonomi.
Selama pekan ini, investor masih akan terus menyimak perkembangan problem sektor perbankan Amerika Serikat (AS) dan Credit Suisse.
Selain itu, hasil rapat FOMC bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), soal suku bunga acuan yang akan diumumkan pada Kamis (23/3) dini hari waktu Indonesia bakal menjadi perhatian utama pelaku pasar. Rezim suku bunga tinggi ala The Fed menjadi momok menakutkan buat pasar saham global akhir-akhir ini.
Konsensus pasar yang dihimpun Trading economics menyebut, The Fed akan menaikkan suku bunga 0,25% pada FOMC Maret ini.
The Fed saat ini sedang dalam situasi sulit, memilih menghentikan inflasi yang meninggi dengan terus bertindak agresif soal suku bunga atau mengendurkan 'otot' sejenak demi berfokus menyelamatkan sejumlah bank yang terkena krisis likuiditas.
![]() Teknikal |
IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu hari (daily) dan menggunakan Bollinger Band (BB) dan pivot point untuk mencari resistance dan support terdekat.
Pada Jumat lalu (17/3), IHSG berhasil membentuk candle Marubozu hijau, sekaligus memantul dari level support krusial (6.559).
IHSG ditutup di 6.678, setelah sempat menyentuh level resistance terdekat (6.681) pada intraday, yakni 6.683.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Posisi RSI rebound ke 40,18, setelah sempat di 24,85.
Sedangkan, dilihat dari indikator lain yaitu Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis MACD masih berada di bawah garis sinyal dengan kecenderungan melebar. Sedangkan, histogram MACD terus membentuk bar negatif.
Pada hari ini, IHSG akan menguji resistance terdekat 6.681 sebelum menentukan arah selanjutnya. Apabila mampu menembus resistance tersebut, IHSG bisa menjajal kembali level psikologis 6.700.
Sedangkan, level support terdekat IHSG berada di level psikologis 6.600.
²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH
(trp/trp) Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat