²©²ÊÍøÕ¾

The Fed Gak Bosan Bikin Jiper, Wall Street Rungkad

Putra, ²©²ÊÍøÕ¾
10 April 2023 22:29
Trader Gregory Rowe works on the floor of the New York Stock Exchange, Monday, Aug. 5, 2019. Stocks plunged on Wall Street Monday on worries about how much President Donald Trump's escalating trade war with China will damage the economy. (AP Photo/Richard Drew)
Foto: Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, dibuka kompak memerah pada Senin waktu setempat seiring kekhawatiran resesi kembali muncul dan investor menunggu data inflasi pada pekan ini.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melemah 0,04%, S&P 500 merosot 0,47%, dan Nasdaq Composite yang sarat saham teknologi ambles 0,72%.

Sejumlah saham tech raksasa memerah, seperti Apple yang turun 1,9%, induk Google Alphabet yang melemah 1,7%. Demikian pula, saham produsen mobil listrik Tesla anjlok 3,6% usai perusahaan berencana memangkas harga sejumlah kendaraan listrik mereka.

Saat ini, pasar saham Negeri Paman Saham sedang volatil dan investor cenderung wait and see sembari mencerna adanya data pasar tenaga kerja.

Data ketenagakerjaan pada Maret yang dirilis Jumat pekan lalu menunjukkan ekonomi AS yang tangguh, membuat investor melihat potensi The Fed akan mengerek lagi suku bunga pada rapat Mei.

Data tenaga kerja nonfarm payrolls (NFP), misalnya, tumbuh sebesar 236.000 selama Maret, sejalan dengan estimasi Dow Jones sebesar 238.000, atau turun menjadi 3,5%, bertentangan dengan ekspektasi yang diproyeksi bertahan dari bulan sebelumnya di 3,6%.

Menurut kepala investasi Private Wealth Glenmede Jason Pride, data tersebut konsisten dengan ekspektasi resesi yang bergerak lambat yang terjadi di AS, yang sayangnya tidak mengarah pada penyelesaian segera masalah inflasi.

"Dengan demikian, kemungkinan kenaikan suku bunga seperempat poin lagi di Mei akan lebih tinggi karena data tampaknya tidak membenarkan jeda [kenaikan suku bunga] Fed," tambahnya, dikutip ²©²ÊÍøÕ¾ International, Senin (10/4).

Pekan ini, investor berada disibukkan dengan sejumlah data ekonomi, termasuk data indeks harga konsumen (inflasi) terbaru dan indeks harga produsen (PPI) yang masing-masing akan dirilis pada hari Rabu dan Kamis.

Data-data tersebut akan menjadi kunci dalam menentukan apakah atau kapan Fed akan berhenti atau mengakhiri kebijakan suku bunga tingginya.

"Dugaan kami adalah pasar saham membutuhkan Goldilocks ekonomi, sedikit perlambatan demi terus mendinginkan ekspektasi inflasi, tetapi tidak terlalu banyak memicu ketakutan 'hard landing'," jelas Raymond James dari Tavis C. McCo.

Selain soal kekhawatiran resesi, pada minggu ini, bank besar AS akan menjadi pembuka musim laporan keuangan-mulai dari JPMorgan, Citigroup, hingga Wells Fargo.

Rilis keuangan sektor perbankan akan menjadi sorotan investor usai pasar keuangan AS mengalami momen kolapsnya dua bank menengah mereka di awal Maret lalu.


(trp/trp) Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular