²©²ÊÍøÕ¾

Market Commentary

IHSG Masih Bersemangat, 7 Saham Ini Jadi Penyemangatnya

Chandra Dwi, ²©²ÊÍøÕ¾
Selasa, 11/07/2023 12:37 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Jumat 28/2/2020 (²©²ÊÍøÕ¾/Tri Susilo)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali cerah pada perdagangan sesi I Selasa (11/7/2023), mengikuti pergerakan bursa saham global yang juga cenderung cerah.

Hingga pukul 12:00 WIB, IHSG menguat 0,56% ke posisi 6.769,06. IHSG masih bertahan di level psikologis 6.700 pada sesi I hari ini.

Secara sektoral, sektor energi menjadi penopang terbesar penguatan IHSG pada sesi I hari ini, yakni sebesar 1,96%. Selain itu, sektor konsumer non-primer juga menjadi leader IHSG yakni sebesar 1,11%, kemudian sektor kesehatan sebesar 1,1%.


Beberapa saham juga turut menjadi penopang IHSG, sehingga indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut kembali menguat.

Berikut saham-saham yang menopang IHSG di sesi I hari ini.

EmitenKode SahamIndeks PoinHarga TerakhirPerubahan Harga
Bayan ResourcesBYAN10,6516.9753,82%
Telkom IndonesiaTLKM3,733.9800,76%
GoTo Gojek TokopediaGOTO2,201090,93%
United TractorsUNTR1,4924.4751,56%
Sumber Alfaria TrijayaAMRT1,492.7401,11%
Charoen Pokphand IndonesiaCPIN1,305.4501,40%
Indofood CBP Sukses MakmurICBP1,2211.5251,77%

Sumber: Refinitiv

Saham raksasa batu bara berkapitalisasi pasar terbesar ketiga di bursa yakni PT Bayan Resources Tbk menjadi penopang terbesar IHSG pada sesi I hari ini yakni sebesar 10,6 indeks poin.

Penguatan IHSG terjadi di tengah menghijaunya mayoritas bursa Asia-Pasifik pada hari ini. Per pukul 12:00 WIB, Hang Seng melonjak 1,32%, Shanghai Composite menguat 0,31%, Straits Times Singapura naik 0,14%, dan ASX 200 Australia melonjak 1,19%. Hanya indeks Nikkei 225 yang melemah yakni turun tipis 0,07%.

Sedangkan kemarin, bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street juga ditutup menguat. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,62%, S&P 500 bertambah 0,24%, dan Nasdaq Composite berakhir naik 0,18%.

Positifnya Wall Street dan sebagian besar bursa Asia-Pasifik terjadi karena investor bersiap untuk serangkaian data inflasi pada pekan ini.

Data inflasi pekan ini mengikuti laporan pekerjaan yang dirilis minggu lalu yang menimbulkan adanya kekhawatiran pasar atas potensi kenaikan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Namun, masih ada harapan bahwa inflasi kembali melandai ke sekitar 3%. Konsensus ekonom menyebut, CPI tahunan AS per Juni akan turun menjadi 3,1% dari bulan sebelumnya 4%, dan menandai laju tahunan paling lambat sejak Maret 2021.

Setali tiga uang, CPI inti tahunan juga diperkirakan akan melandai ke 5% dari bulan sebelumnya 5,3%.

Sementara PPI, yang merupakan inflasi dari sudut pandang produsen dan grosir, diproyeksikan naik 0,2% bulan lalu, setelah turun 0,3% di Mei.

PPI kemungkinan naik hanya 0,2% dari posisi tahun lalu, yang akan menandai kenaikan tahunan terkecil sejak September 2020, dan dibandingkan dengan puncak 11,7% pada Maret tahun lalu.

Pelaku pasar di AS tentu ingin melihat penurunan lanjutan inflasi demi mengetahui apakah rencana The Fed terkait pengetatan moneter berhasil atau Jerome Powell cs tetap masih akan hawkish ke depan.

²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan ²©²ÊÍøÕ¾ Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/mkh)