
Mentok Bawah, Cinema XXI Patok Harga IPO di Rp 270

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Perusahaan pengelola bioskop Cinema XXI, PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk. (CNMA) bakal melantai di bursa dengan melepas sebanyak-banyaknya 8.335.000.000 saham atau 10% dari modal disetor. Berdasarkan pemberitaan media massa, perusahaan telah mematok harga penawaran umum berada di batas bawah, yakni Rp 270 saham.
Dengan harga penawaran umum sebesar Rp 270 per saham, dana yang akan diperoleh mencapai Rp 2,25 triliun. Sebelumnya pada masa bookbuilding 10-14 Juli lalu, harga penawaran awal dari initial public offering (IPO), ini sebesar Rp 270 hingga Rp 288 per saham.
Adapun masa penawaran umumnya jatuh pada tanggal 27 hingga 31 Juli. Kemudian, pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan dilakukan tanggal pada 2 Agustus mendatang.
Selain itu, Nusantara Sejahtera Raya juga akan melaksanakan program Employee Stock Allocation (ESA) atau program saham untuk karyawan. Saham yang dibagikan untuk karyawan sebesar 0,13% atau sebanyak 11.112.000 saham.
Kemudian, perusahaan juga akan melancarkan aksi korporasi lainnya, yakni Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (Non-HMETD) atau private placement, sebanyak 10% saham kepada beberapa investor strategis. Adapun private placement itu akan dilakukan oleh PT Harkatjaya Bumipersada (HJB) sebanyak 8% dan dan PT Adi Pratama Nusantara (APN) sebesar 2%.
Untuk memuluskan aksinya, Cinema XXI telah menunjuk PT Indo Premier Sekuritas, PT J.P. Morgan Sekuritas Indonesia, PT Mandiri Sekuritas, dan PT UBS Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
Pada saat public expose beberapa waktu lalu, Direktur Capital Market Mandiri Sekuritas Silva Halim mengatakan bahwa dana segar yang diperoleh akan digunakan untuk perluasan usaha. Yakni, dengan pengembangan dan ekspansi usaha. Selain itu untuk pelunasan sebagian utang bank, dan modal kerja.
Dalam keterangan resminya, lebih rinci dijelaskan bahwa sebesar 65% dari dana IPO nanti digunakan untuk pendanaan belanja modal pengembangan jejaring bioskop di Indonesia. Yakni, dengan pembangunan bioskop baru, pembelian peralatan proyeksi gambar dan suara dengan teknologi terbaru, dan peralatan lainnya untuk.
Kemudian, sekitar 15% akan digunakan untuk modal kerja. Sekitar 20% akan digunakan untuk pembayaran kewajiban jangka pendek Perseroan.
(ayh/ayh) Next Article IPO Cinema XXI Incar Rp2,4 T, 65% Buat Ekspansi