²©²ÊÍøÕ¾

Tenang! Rupiah Tak Sendiri, Mata Uang Asia Ambruk Berjamaah

rev, ²©²ÊÍøÕ¾
Rabu, 02/08/2023 14:30 WIB
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (²©²ÊÍøÕ¾/ Tri Susilo)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Mayoritas mata uang Asia terpantau melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (2/8/2023) setelah beberapa faktor eksternal menjadi pemicunya.

Merujuk dari Refinitiv, pukul 13.30 WIB, menunjukkan terjadi pelemahan terhadap mayoritas mata uang di Asia terhadap dolar AS. Terpantau Won Korea Selatan menjadi yang paling melemah secara harian yakni sebesar 0,66%. Sedangkan Rupiah Indonesia mengalami pelemahan sebesar 0,5%. Namun hal ini tidak berlaku bagi Yen Jepang yang menguat 0,37%.


Sebagai informasi, pelemahan Rupiah hari ini diawali dengan pembukaan di posisi Rp 15.130/US$1 atau melemah 0,13% dan kemudian terus-menerus melemah hingga siang hari ini menyentuh titik tertinggi Rp 15.195/US$1.

Setidaknya terdapat tiga faktor yang membuat mata uang Asia melemah terhadap dolar AS, yakni pengumuman fitch rating terhadap surat utang AS, kebijakan Bank Sentral Jepang (BoJ) untuk melonggarkan Yield Curve Control (YCC), dan potensi kenaikan suku bunga AS di September 2023.

Pertama yakni Fitch Ratings telah menurunkan surat utang pemerintah AS dari AAA menjadi AA+.

"Penurunan peringkat AS mencerminkan penurunan fiskal yang diyakini akan terjadi selama tiga tahun ke depan, beban utang pemerintah tinggi dan terus meningkat, dan erosi tata kelola relatif terhadap negara-negara lain yang berperingkat 'AA' dan 'AAA' dalam dua dekade terakhir yang telah tercermin dalam kebuntuan batas utang yang berulang-ulang dan resolusi di saat-saat terakhir," ujar Fitch.

Hal ini semakin meningkatkan ketidakpastian global seperti yang dijelaskan Kepala ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro.

"Downgrade utang AS sekali lagi menunjukkan jika volatiltas global akan tetap bertahan dalam jangka menengah. Dalam kondisi seperti saat ini, pasar keuangan Indonesia akan datang dari ketidakpastian global berupa keluarnya dana asing," tutur Andry, kepada ²©²ÊÍøÕ¾.

Kedua yaitu BoJ melonggarkan kebijakan YCC hingga ke batas 1,00%. Kebijakan tersebut diperkirakan akan membuat investor Jepang memilih menarik dananya dari luar negeri dan memilih mengincar obligasi Negeri Sakura.

Jepang sebagai negara maju menjadi negara yang sangat dicermati pelaku pasar, khususnya perihal kebijakan suku bunga maupun obligasi.

Sebagai negara maju, rating yang tinggi, dan risiko yang kecil menyebabkan maka setiap kenaikan yield obligasi akan menarik pelaku pasar. Alhasil Yen Jepang mengalami penguatan sedangkan mata uang lainnya anjlok.

Ketiga yaitu potensi kenaikan suku bunga AS di September 2023 sebesar 25 basis poin (bps).

Semakin tingginya suku bunga AS, maka imbal hasil deposito dan obligasi di AS akan menarik investor untuk masuk ke AS. Alhasil akan berdampak terhadap penguatan dolar AS dan mata uang Asia lainnya akan melemah.

²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com


(rev/mij)

e:banner stickystaticbanner -->