²©²ÊÍøÕ¾

Kongsi OPEC+ Arab Saudi-Rusia Sukses, Harga Minyak Melonjak

Susi Setiawati, ²©²ÊÍøÕ¾
01 September 2023 09:30
PT Pertamina Hulu Energi
Foto: dok PT Pertamina Hulu Energi

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Harga minyak mentah dunia di buka bervariasi pada pembukaan perdagangan Jumat (1/9/2023) setelah lonjakan 2% pada perdagangan sebelumnya.

Harga minyak mentah WTI dibuka stagnan di posisi US$83,63 per barel, sementara harga minyak mentah brent dibuka turun tipis 0,05% ke posisi US$86,82 per barel.

Pada perdagangan Kamis (31/8/2023), minyak WTI di tutup melesat 2,45% ke posisi US$83,63 per barel, begitu juga minyak brent di tutup melonjak 1,16% ke posisi US$86,86 per barel.

Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) naik lebih dari US$2 per barel pada hari Kamis, naik selama tiga bulan berturut-turut, di tengah ekspektasi bahwa pemotongan oleh kelompok negara-negara penghasil minyak OPEC+, yang dipimpin oleh Arab Saudi, akan terus berlanjut hingga akhir tahun 2023.

"Pasar minyak mentah bereaksi terhadap perpanjangan pengurangan produksi OPEC," ucap Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates. "Pemotongan ini bisa dilakukan hingga akhir tahun ini."

Brent ditutup sekitar 1,5% lebih tinggi untuk bulan Agustus, sementara WTI naik 2,2%, dengan kedua benchmark minyak membukukan kenaikan untuk bulan ketiga berturut-turut karena tanda-tanda pengetatan pasokan.

Para analis memperkirakan Arab Saudi akan memperpanjang pengurangan produksi minyak secara sukarela sebesar 1 juta barel per hari hingga bulan Oktober mendatang, menambah pengurangan yang dilakukan oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, atau disebut OPEC+.

"Dengan harga Brent yang terhenti di pertengahan US$80an, prospek minyak mentah Arab Saudi kembali ke pasar dalam waktu dekat terlihat tipis dan dampaknya semakin terasa di seluruh dunia karena tingkat stok komersial minyak mentah dan produk bahan bakar terus berlanjut turun," ucap Ole Hansen, analis Saxo Bank.

Di sisi penawaran, data pemerintah terbaru menunjukkan produksi minyak mentah AS naik 1,6% pada bulan Juni menjadi 12,844 juta barel per hari, yang merupakan level tertinggi sejak Februari 2020, sebelum pandemi COVID-19 menghancurkan permintaan bahan bakar dan produk minyak lainnya.

Adapun, persediaan minyak mentah AS (USOILC=ECI) turun lebih besar dari perkiraan sebesar 10,6 juta barel pada minggu lalu, terkuras oleh tingginya ekspor dan pengoperasian kilang, menurut data pemerintah AS pada hari Rabu.

Belanja konsumen AS meningkat 0,8% bulan lalu, Departemen Perdagangan melaporkan dan S&P 500 naik setelah data inflasi AS sesuai dengan perkiraan, menggarisbawahi ekspektasi The Federal Reserve dapat menghentikan pengetatan moneternya.

Bank sentral AS dapat mengakhiri siklus kenaikan suku bunga jika pasar tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi terus melambat pada kecepatan bertahap saat ini, menurut Eric Rosengren, mantan presiden Fed Boston.

Namun, data pabrik Tiongkok yang lemah membatasi kenaikan minyak lebih lanjut.

Aktivitas manufaktur Tiongkok kembali menyusut pada bulan Agustus, menurut survei resmi industri, sehingga memicu kekhawatiran akan melemahnya perekonomian negara terbesar kedua di dunia tersebut.

Indeks manajer pembelian (PMI) resmi Tiongkok naik menjadi 49,7 dari 49,3 pada bulan Juli, menurut Biro Statistik Nasional, namun tetap di bawah level 50 poin. Angka di atas 50 poin mewakili ekspansi dari bulan sebelumnya.

Pemerintah AS pada hari Rabu merevisi turunnya pertumbuhan produk domestik bruto untuk kuartal kedua menjadi 2,1%, dari laju 2,4% yang dilaporkan bulan lalu, dan data yang dirilis secara terpisah menunjukkan pertumbuhan gaji swasta melambat secara signifikan pada bulan Agustus.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan ²©²ÊÍøÕ¾ Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(saw/saw) Next Article Harga Minyak Dunia Terbang 15% Bulan Juli, Ulah Kartel OPEC+?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular