
IHSG Balik Arah Merana, 8 Saham Big Cap Ini Biang Keroknya

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah pada perdagangan sesi I Selasa (12/9/2023), di tengah sikap investor yang cenderung wait and see menanti rilis data ekonomi penting di global pada pekan ini.
Hingga pukul 12:00 WIB, IHSG melemah 0,3% ke posisi 6.942,33. Meski melemah, tetapi IHSG masih mampu bertahan di level psikologis 6.900.
Secara sektoral, sektor kesehatan dan konsumer non-primer menjadi pemberat IHSG pada sesi I hari ini. Sektor kesehatan memberatkan indeks hingga 1,11%. Sedangkan sektor konsumer non-primer memberatkan sebesar 0,99%.
Selain itu, beberapa saham juga memperberat IHSG pada sesi I hari ini. Berikut saham-saham yang menjadi laggard IHSG pada sesi I hari ini.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bayan Resources | BYAN | -8,13 | 18.425 | -2,51% |
Bank Mandiri (Persero) | BMRI | -4,85 | 5.875 | -0,84% |
Merdeka Copper Gold | MDKA | -3,29 | 3.070 | -3,46% |
Bank Negara Indonesia (Persero) | BBNI | -2,42 | 9.325 | -1,32% |
Astra International | ASII | -2,40 | 6.325 | -0,78% |
GoTo Gojek Tokopedia | GOTO | -2,19 | 88 | -1,12% |
Bank Central Asia | BBCA | -1,68 | 9.100 | -0,27% |
Kalbe Farma | KLBF | -1,52 | 1.830 | -1,61% |
Sumber: Refinitiv
Saham raksasa batu bara PT Bayan Resources Tbk (BYAN) menjadi pemberat terbesar IHSG pada sesi I hari ini, yakni mencapai 8,1 indeks poin.
Tak hanya itu, tiga saham bank raksasa juga menjadi pemberat IHSG, yakni saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar 4,8 indeks poin, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebesar 2,4 indeks poin, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar 1,7 indeks poin.
IHSG berbalik melemah di tengah sikap investor yang cenderung wait and see menanti rilis data ekonomi penting di global pada pekan ini.
Pada pekan ini, investor akan memfokuskan perhatiannya kepada rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) periode Agustus 2023.
Data inflasi AS periode Agustus 2023 diprediksi melonjak ke 3,6% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari bulan sebelumnya sebesar 3,2% (yoy), berdasarkan konsensus pasar dalam Trading Economics.
Apabila inflasi naik sesuai perkiraan, ini bakal menjadi kenaikan kedua yang terjadi setelah mencapai titik terendah 3% (yoy) pada Juni lalu.
Sementara dari inflasi inti diperkirakan akan melandai ke 4,3% (yoy) dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 4,7% (yoy). Kendati melandai, secara keseluruhan nilai inflasi dan inti masih jauh dari target bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) di sekitar 2%.
Kendati demikian, data inflasi diperkirakan bisa meningkat lagi karena efek harga minyak mentah dunia yang sempat melonjak hingga ke level US$ 90 per barel.
Bagai pedang bermata dua, ketika inflasi naik sikap The Fed pada pertemuan pekan ketiga bulan ini berpotensi bisa lebih ketat atau menaikkan suku bunga lagi. Sebaliknya, jika kembali melandai ada potensi sikap The Fed bisa lebih melunak.
Namun, pelaku pasar yang memprediksi The Fed akan kembali menahan suku bunga acuannya di pertemuan bulan ini semakin kuat.
Hal ini juga semakin didukung dengan data yang ditunjukan CME Fedwatch Tool yang mengukur peluang suku bunga akan ditahan pada level 5,25% - 5,50% sudah semakin dominan, mencapai 93%.
²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan ²©²ÊÍøÕ¾ Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd) Next Article IHSG Loyo, GOTO dan 3 Raksasa Batu Bara Jadi Beban
