
IHSG Gaspol, 6 Saham Ini Jadi Bahan Bakarnya

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau pada perdagangan Selasa (17/10/2023), mengikuti pergerakan pasar saham global yang juga bergairah pada hari ini.
IHSG ditutup menguat 0,63% ke posisi 6.939,62. IHSG hingga hari ini masih bertahan di level psikologis 6.900.
Secara sektoral, sektor infrastruktur menjadi penopang terbesar IHSG pada hari ini, yakni hingga mencapai 16,35%. Selain sektor infrastruktur, ada sektor lain seperti sector kesehatan sebesar 1,95%, sector energy sebesar 1,64%, sector industry sebesar 1,57%, dan sector bahan baku sebesar 1,26%.
Selain itu, beberapa saham juga turut menjadi penopang IHSG pada akhir perdagangan hari ini. Berikut saham-saham yang menopang IHSG pada perdagangan hari ini.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Barito Renewables Energy | BREN | 26,66 | 3.430 | 24,73% |
Bayan Resources | BYAN | 13,77 | 19.550 | 4,55% |
Telkom Indonesia (Persero) | TLKM | 3,53 | 3.790 | 0,80% |
Amman Mineral Internasional | AMMN | 3,40 | 6.250 | 1,63% |
Kalbe Farma | KLBF | 3,12 | 1.825 | 3,69% |
Chandra Asri Petrochemical | TPIA | 2,57 | 2.660 | 3,10% |
Sumber: RTI
Saham energy baru dan terbarukan (EBT) milik konglomerat Prajogo Pangestu yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi penopang terbesar IHSG pada akhir perdagangan hari ini yakni mencapai 26,6 indeks poin.
IHSG yang menguat seiring cerahnya bursa saham global pada hari ini, ditopang oleh melesatnya saham-saham teknologi terutama di Amerika Serikat (AS).
Penguatan IHSG terjadi meski investor cenderung wait and see menanti keputusan suku bunga Bank Indonesia (BI) pada Kamis mendatang.
BI diproyeksikan masih akan tetap menahan suku bunganya di angka 5,75% pada Kamis mendatang. Pelaku pasar perlu mencermati hasil resmi kebijakan BI ini karena akan menentukan kestabilan mata uang rupiah dan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya.
Beralih ke Asia, China sebagai negara dengan perekonomian terbesar di Asia dan merupakan negara dengan tujuan ekspor terbesar Indonesia diproyeksikan mengalami kemunduran perihal pertumbuhan ekonominya.
Konsensus berekspektasi bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) China berada di angka 4,4% atau lebih rendah dibandingkan kuartal-II 2023 yakni di angka 6,3%.
Perlambatan ekonomi China dapat berdampak kepada perekonomian Indonesia yang juga berpotensi melambat dan mengganggu pasar keuangan domestik.
²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan ²©²ÊÍøÕ¾ Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd) Next Article IHSG Bergairah di Hari Kejepit, 7 Saham Ini Jadi Penopang
